I'm a satellite
Neoreul maemdora
Daheul su eobseo
I'm a satellite, i'm a satellite
I'm a satellite of you
.
.
.
.Aku adalah satelit
Di sekitarmu
Tidak bisa dihubungi
Aku adalah satelit, aku adalah satelit
Aku adalah satelitmu
.
.Hari ini Jeno mengantar Winter berangkat kuliah. Kebetulan kelasnya dimulai pukul sepuluh jadi ia bisa mengantarkan kekasihnya itu ke kampus pukul delapan.
Setelah Winter menaiki motornya, ia segera menancap gas. Perjalanan ke kampus Regulus hanya memakan waktu lima belas menit karena jarak dari rumah Winter yang tidak terlalu jauh.
Di depan pintu gerbang Fakultas Ilmu Budaya, Jeno menghentikan motornya untuk menurunkan Winter.
"Belajar yang bener biar pinter," ujar Jeno kepada Winter sambil menerima helm.
"Iya, kamu juga semangat kuliahnya," balas Winter.
"Pastinya dong." Jeno tersenyum di balik helm full facenya.
Winter masih bisa melihat Jeno tersenyum karena pemuda itu memiliki eye smile yang khas. Setelah itu ia pamit untuk masuk ke dalam.
Jeno melihat Winter memasuki gerbang dan berjalan menuju pintu masuk. Ia belum pergi sebelum gadis itu menghilang di balik pintu gedung.
"Lo Jeno, kan?" Suara itu terdengar di sebelah kanan Jeno.
Jeno melihat kanannya. Ia melihat seorang pemuda mengenakan jaket denim dengan ransel dan tas hitam panjang di punggungnya.
"Cya?" tanya Jeno memastikan.
Cya menyunggingkan senyum. "Ada yang gue omongin sama lo."
"Gue juga," ucap Jeno.
"Wah, kebetulan banget. Gimana kalo di Cafe Luna? Di ujung gang itu." Cya menunjuk gang di sebelah gedung fakultas.
"Oke. Naik," suruh Jeno sambil menggerakkan kepalanya ke kanan belakang.
Cya segera naik ke motor Jeno. Kemudian Jeno menancap gas menuju Cafe Luna.
....
Dua pemuda itu duduk di meja dengan dua kursi. Jeno meletakkan ranselnya di samping kursi, begitu juga dengan Cya. Mereka siap untuk masuk ke dalam perbincangan serius.
"Lo duluan," ujar Jeno dengan ekspresi datar menatap Cya.
"Tapi kayaknya lo ada kuliah hari ini, lo aja yang duluan."
Jeno mengerutkan dahi, ia tidak mengerti. "Gue gak ngerti apa hubungan gue ada kuliah sama duluan ngomong. Oke, gue cuma mau tanya sama lo. Sebenernya lo sedeket apa sama pacar gue?"
Cya tampak tersenyum membuat Jeno bingung dengan respon pemuda di depannya.
"Gue sama Winter cuma sebatas temen kecil aja. Dulu gue sempet pindah dan gak pernah ketemu lagi sama Winter. Sekarang gue balik lagi, jadi gue mau temenan lagi sama dia," jelas Cya dengan santai.
Jeno masih dengan ekspresi datarnya. Ia belum bisa menebak bagaimana sifat Cya yang sebenarnya. Ia hanya melihat pemuda itu yang selalu menanggapi segala hal dengan santai. Apa dia tidak merasa pacar temannya itu mencurigainya?
"Lo cemburu?" tanya Cya sambil menyenderkan punggungnya di kursi.
"Ehm...." Jeno berpura-pura batuk.
"Gini, gue ngerti kalian temenan. Tapi gue minta tolong jangan terlalu deket sama Winter. Lo tahu dia udah punya pacar," lanjutnya.
Cya tertawa. Kemudian ia menepuk-nepuk pundak Jeno. "Jangan tegang gitu, Bro. Santai aja. Gue tahu kok gue punya batasan."
"Oke. Jadi lo mau ngomong apa sama gue?" tanya Jeno.
Cya berdiri. Ia mengambil ransel dan tas bassnya. Lalu ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan selembar kertas berwarna biru.
"Pastiin lo dateng karena pacar lo bakal tampil," ucap Cya sembari meletakkan kertas itu di depan Jeno.
Kemudian Cya beranjak pergi keluar dari cafe meninggalkan Jeno yang masih mematung di tempatnya.
Jeno melihat kertas biru itu. "Tiket?"
🌸🌸🌸🌸
Halo semua^^
Rencananya aku mau cepet nyelesain cerita ini, jadi aku bisa move on ke cerita selanjutnya😅
Tapi tenang, cerita ini masih lumayan panjang kok, lumayan aowkaowaowkwao
Kalo suka sama bab ini jangan lupa vote, komen sebanyak-banyaknya, dan share ke temen-temen kalian ya^^
Terima kasih🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCID DREAM 2: UNIVERSE
FanfictionSetelah mimpiku menjadi nyata, dia muncul kembali. Menggali semua yang telah terkubur dalam memori. Dia seperti bintang jatuh yang indah dan mengejutkan, namun dia terlihat di waktu yang salah. -Kim Winter #2 luciddream (7 Maret 2022) #3 weus (5 Jan...