Betelgeuse

97 17 26
                                    

Di taman itu Jeno dan Winter duduk. Jeno belum berbicara apa-apa dan Winter hanya diam. Winter bingung bagaimana memulai pembicaraan. Apakah ia harus bertanya? Atau langsung menjelaskan apa yang sebenernya terjadi?

"Maaf," ucap gadis itu pada akhirnya.

Ia merasa bersalah karena telah membuat kekasihnya salah paham. Ia menundukkan kepalanya dengan ekspresi memelas. Ia tahu bahwa ia bersalah karena terlalu akrab dengan Cya, sementara ia memiliki pacar. Ia harus tahu bahwa ia memiliki batasan.

"Huft." Jeno menghela napas.

Tangan Jeno memegang kepala Winter lalu membiarkan kepala gadis itu tersandar di dadanya. Kemudian tangannya mengelus lembut rambut gadisnya itu.

"Gak papa. Kamu gak salah, Sayang. Aku yang salah. Harusnya aku gak langsung cemburu dan pergi gitu aja. Maaf ya, aku udah bikin kamu sedih."

Jeno ingin mengutuk dirinya sendiri karena langsung pergi saat itu. Ia memang bodoh telah bersikap seperti anak kecil. Padahal ia sudah dewasa, ia harus berani menghadapi masalah, bukannya lari. Apalagi Winter yang meminta maaf terlebih dahulu. Ia malu karena ia tidak bersikap layaknya orang dewasa.

Tangan Winter melingkar di badan Jeno, kemudian ia mengangguk mengerti. Ia masih merasa sedikit bersalah, tetapi ia sudah lebih lega karena ia tidak kehilangan Jeno. Ia sangat takut jika pemuda itu marah dan memutuskannya secara sepihak.

"Aku sayang banget sama kamu." Kalimat itu keluar dari mulut Winter.

Senyum Jeno terlihat, tetapi tipis. "Aku juga sayang banget sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu," jawabnya lembut.

Winter kira bahwa ia akan putus. Ia kira bahwa hubungannya akan berakhir. Namun semesta masih baik padanya. Hubungannya selamat. Dan setelah ini, ia akan lebih menjaga jarak dengan laki-laki lain agar Jeno tidak marah.

...

Jaemin sudah siap dengan jaket denimnya. Ia akan menjemput Lia untuk mengajak gadis itu makan malam. Setelah menyemprotkan parfum dan merapikan rambutnya, ia berjalan menuju pintu.

Pintu besar itu terbuka. "ANJIR SETAN!" teriaknya setelah melihat seseorang berambut panjang berdiri tepat di depannya.

"Bilang apa lo tadi? Setan?! Lo ngatain gue setan?! Secantik ini lo bilang setan?!" Gadis itu mengangkat tangannya bersiap memukul Jaemin.

"Eh, gak kok. Ampun. Gue cuma kaget aja. Lagian lo kenapa tiba-tiba ada di depan rumah gue?" tanya Jaemin.

Gadis itu adalah Karina. Ia sengaja mendatangi rumah Jaemin untuk memastikan bahwa Jeno sudah pergi untuk menemui Winter.

"Temen lo udah pergi?" tanyanya langsung tanpa basa-basi.

"Udah. Lo ke sini cuma mau mastiin aja? Atau sekalian mau nginep?" Jaemin tidak bosan menggoda Karina.

"Dih, gak sudi gue nginep di tempat lo," jawab Karina dengan ekspresi datar.

"Jadi cewek jangan judes gitu dong. Pantes aja jomblo dari dulu."

Karina memutar bola matanya. "Males gue ngobrol sama lo. Mendingan gue pergi. Bye!"

Karina pergi menuju pintu gerbang karena sudah malas berbincang dengan Jaemin. Ia juga sudah memastikan Jeno sudah pergi untuk bertemu dengan Winter. Tujuannya sudah beres dan ia ingin segera pulang.

"Kok buru-buru banget? Lo gak mau masuk dulu gitu? Atau mau gue anterin pulang? Jok belakang gue kosong nih." Jaemin berjalan mengikuti Karina.

"Gak perlu. Gue bawa motor sendiri. Bye!"

Setelah menghidupkan motornya, Karina segera menarik gas dan pergi meninggalkan Jaemin yang masih melihatnya dari depan rumah.

"Susah banget sih bikin lo suka sama gue," gumam Jaemin.

"Untung gue udah punya Lia. Sama-sama judes sih, tapi gak papa deh," lanjutnya.


🌸🌸🌸🌸

Halo semua^^
Gimana sama bab ini?
Kalo suka jangan lupa vote, komen sebanyak-banyaknya, dan share ke temen-temen kalian ya^^
Terima kasih🙏

LUCID DREAM 2: UNIVERSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang