Orbit

82 13 8
                                    

"Jaem, sini!" Jeno memanggil Jaemin yang sedang bermain basket sendirian.

Jaemin yang merasa dipanggil segera menghampiri Jeno yang duduk di kursi di pinggir lapangan. Sore ini Jeno datang ke Universitas Regulus untuk menjemput Winter, berhubung kekasihnya itu sedang membeli thai tea bersama dengan sahabatnya, jadi ia mampir sebentar untuk menemui Jaemin.

"Dah kelar kuliah lo?" ucap Jaemin.

"Udah. Gue ke sini sebenernya mau jemput pacar, tapi dia lagi beli minum bareng temennya. Makannya gue nyamperin lo dulu," jelas Jeno.

Jaemin meminum air mineralnya sambil mengangguk. Ia duduk di sebelah Jeno yang baru datang. Rasanya sudah lama ia tidak bermain basket bersama sahabatnya itu. Mereka bermain basket bersama tim sekolah terakhir kali adalah sebelum ujian nasional. Dan sampai sekarang mereka belum pernah lagi bermain basket bersama.

"Ada yang mau gue omongin," ujar Jeno.

Melihat raut wajah Jeno, Jaemin tahu bahwa sahabatnya itu tengah dilanda kegalauan. "Lagi galau lo? Hubungan lo sama doi ada masalah?"

Jeno menghela napas. "Bukan galau sih, lebih tepatnya khawatir."

"Khawatir kenapa? Setahu gue doi anaknya baik kok."

"Gue tahu. Tapi bukan itu masalahnya."

Jaemin berdecak pelan. "Langsung ke intinya aja."

"Kemarin pas gue ke rumah Winter, gue liat ada cowok main ke rumahnya. Nyokapnya Winter ngenalin kita, katanya cowok itu temen kecilnya Winter," jelas Jeno sesingkat yang ia bisa.

Jaemin tertawa. Ia mengerti betul apa yang dikhawatirkan sahabatnya itu. "Jadi itu yang buat lo khawatir? Takut doi berpaling ke temen kecilnya itu? Takut ada saingan?"

"Nah itu lo tahu," balas Jeno.

"Kalo gue liat sih Winter udah cinta mati sama lo, Bre. Gak mungkin dia berpaling gitu aja. Temennya itu emang lebih cakep dari lo?" tanya Jaemin.

"Mana gue tahu." Jeno mengangkat pundaknya.

"Udah lo tenang aja, selagi mereka gak terlalu deket atau sering ngabisin waktu bareng, lo gak usah khawatir. Selama sikap Winter masih sama, berarti hubungan lo masih aman," ucap Jaemin menasihati.

"Gitu ya?" Jaemin mengangguk mantap.

"Kalo ada apa-apa, bilang gue. Pasti gue bantuin. Apalagi masalah asmara sahabat gue ini, dengan senang hati gue bantuin." Jaemin merangkul Jeno dengan senyum khasnya.

"Lo aja masih suka lirik sana-sini, gimana mau bantuin. Belajar fokus dulu aja sama pacar lo yang jutek itu," ujar Jeno sambil menyingkirkan tangan Jaemin.

Jaemin tertawa kencang. "Gue udah beda, Bre. Gue setia kok sama doi."

Ponsel Jeno berbunyi. Itu pesan dari Winter. "Gue mau jemput Winter dulu nih. Udah kangen kayaknya."

"Yoi, Bre. Ati-ati nyetirnya," ucap Jaemin yang kembali bermain basket.

....

Jeno melihat Winter berdiri sendirian di depan Fakultas Ekonomi. Setelah berhenti di depan gadis itu, ia tersenyum.

"Maaf kalo lama," ujar Winter.

Jeno memberikan helm kepada Winter. "Harusnya aku yang bilang gitu. Maaf kalo aku lama jemputnya. Tadi ngobrol dulu sama Jaemin."

"Ah, iya maaf juga aku bikin kamu nunggu lama."

Kemudian Winter memakai helm dan naik ke motor. Jeno segera menancap gas dan motornya berjalan meninggalkan kampus.

LUCID DREAM 2: UNIVERSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang