Ayu benar benar tak bisa menutupi rasa sedihnya,antara bersalah dan kecewa pada keluarganya ,yang mentah mentah menyalahkannya dan menjauhinya.
Tubuhnya semakin kurus ,Aya jadi kasihan melihat perubahan kakaknya,wajah sayu ,tak bersemangat ,wajah cantiknya berubah kusam di tambah lagi Ayu jadi irit bicara.Meski Aya berusaha mengajaknya bicara ,Ayu menjawab satu dua kata tak lebih.Aya menjadi cemas,meski kakaknya tetap bekerja ,mengantar Egi tapi tetap saja sebagai saudara yang paling dekat ,Aya takut melihat perubahan kakaknya."Gaa...pulanglah!"Aya membujuk Ega,jika Ega pulang ,hati kakaknya agar sedikit terhibur.
"Males Tan,Ega fokus ujian."jawabnya tanpa menoleh.
"Tapi Gaa,liatlah sebentaar aja.Bundamu kangen ,Tante kuatir Ga,Mbak Aya kenapa napa.Pulang ya ,bentar aja!"Aya setengah memohon .
"Biar aja Tan.Bunda sedang menyesali kejahatannya,Ega belum ingin pulang."
"Tapi Gaa,Mbak Ayu tubuhnya sangat kurus,wajahnya pucet banget.Dengan hadirmu ,bisa obati rasa bersalahnya."
Ega menggeleng ,menatap Tantenya,memohon tidak memaksanya.
"Lagian,meski kamu di sini.Mbak Aya selalu kirim uang untuk semua kebutuhanmu Ga,pulanglah barang lima menit!"Aya sedikit menekan kata katanya.
Ega mengalihkan pembicaraannya,"Minggu depan Ega akan tengok Ayah.Tante mau ikut?"
Aya berpikir ,semua fokus pada Mas Yadi ,sedangkan di sini Mbak Ayu tetep berjuang ,cukupi kebutuhan keluarganya,mengirim uang untuk anak dan suaminya.Bukankah itu sudah jelas ,Mbak Ayu sayang sama mereka.Mungkin benar kata Mbak Ayu ,hanya bercanda dan Mas yang terlalu perasa.
"Tannn!"
"Kayaknya gak dulu Gaa,titip salam aja ya,uang dari Mbak Ayu kasihkan Ayahmu ."
Ya,Mbak Ayu selalu mengiriminya uang ,untuk berobatnya.Tanpa satu katapun,yang selalu di titip di tas Egi .Setiap hari Sabtu,di taruh di amplop tertutup,di tulis untuk Ega dan Egi ,untuk Mas ....awalnya Aya tidak tahu ,tapi Egi yang bilang .
"Tantee,kata Bunda ada surat untuk Mas Egi dan Ayah."
Aya berpikir beneran sebuah surat,ternyata dua sampul berisi uamg yang telah di tulisi.
Sepulang sekolah hari itu,Ayu akan mengirim barang pesanan .Entah kenapa ,Ayu tidak membawa motornya.Ayu berjalan dengan perasaan tak menentu,tiba tiba matanya berkabut.Kepalanya serasa sangat ringan,dan tak tahu lagi apa yang terjadi.Ayu hanya mendengar suara lelaki memanggilnya.
"Mbak....Mbak....bangun Mbak!"
Tubuhnya yang letih ,jiwanya melayang,tak mampu membuka matanya.
"Jay....harusnya kamu bawa ke rumah sakit bukan ke rumah,kalo kenapa napa piye,Ibuk takut Jay!"
"Mbaknya hanya lelah,banyak pikiran mungkin Buk.Lagian Jay bingung kalo ke rumah sakit ,di tanya aku apanya,siapa namanya.Ribet,semoga segera siuman.Ibuk sudah oleskan minyak angin kan,bentar lagi bangun ."suara lelaki itu ,sepertinya Ayu kenal,tapi siapa?
Perlahan di buka matanya,tampak warna hijau muda di kamar yang asing ,Ayu berusaha bangun,meski tubuhnya tak bergeming,kenapa dengan tubuhku.Apa aku sudah mati,tapi suara itu jelas terdengar,kepalanya terasa berat.
"Alhamdulillah Nduk,akhirnya bangun kamu.Minum teh anget ini dulu ya,terus maem bubur ini ,biar Ibuk suapi."wanita paruh baya berkebaya dan berjarik ,pakaian khas daerah Solo.
"Ayu di mana ?"suaranya terdengar sangat lirih ,hingga wanita itu mendekatkan telinganya ke arah Ayu.
"Hum....Ayu namamu.Kamu di rumah Ibu,tadi Jay yang bawa kamu pulang.Kamu pingsan di jalan sewaktu Jay pulang kerja,tak ada orang di sana."terangnya lembut,sambil duduk di dekat Ayu,menyendok teh hangat ke bibir Ayu yang terkunci.
"Hak,buka pelan.Apa yang terjadi sampai pingsan di jalan,Jay bilang kamu seperti banyak pikiran,jadi gak fokus tadi jalannya."Wanita berkebaya itu sabar menyendokkan minuman sedikit demi sedikit ,meski bibir Ayu enggan membuka.
"Alhamdulillah,meski sedikit masuk.Maem bubur e ya Nduk?"
Ayu menggeleng lemah ,air matanya mengalir begitu saja,membuat wanita paruh baya itu menghentikan aktifitasnya.
"Menangislah !Mungkin itu bisa buat kamu tenang."lembut Ayu merasakan tangannya mengusap bahunya.
"Alhamdulillah ,sudah siuman Buk."suara itu begitu menggoda telinga Ayu.Ayu pelan mencari arah suara itu,dada Ayu berdesir....Dimass.
"Sudah Jay,motormu di ambil?"
"Ya ,Buk.Untung sepi ,aman Buk.Mbaknya mau makan Buk?"
Wanita paruh baya itu berbisik ,dengan masih mengusap bahu Ayu.
Jay menganggukkan kepalanya ,dan mengambil piring bubur.
"Hum...enak loh Mbak.Mumpung anget,Ibukku paling manteb kalo bikin bubur.Mbak coba ya,dikit aja!"
Dimas,kamu beneran Dimas ,Ayu terus menatapnya,Ayu membuka bibirnya perlahan ketika lelaki yang di panggil Jay menyuapinya,Ayu kembali menitikkan air mata,hatinya sedikit terobati ,ada rasa bahagia melihat Dimas adiknya masih peduli padanya.
Kedua anak ibu itu saling menatap dan tersenyum ,mungkin senang Ayu mau makan .
"Kamu bisa membujuknya.Ibuk sholat dulu ,kamu suapi dulu Mbak e,coba tanya i siapa namanya dan di mana dia tinggal,pasti keluarganya lagi bingung mencarinya."
"Ibuk sholat dulu ya Nduk!Bubur e di maem lagi,biar tubuh e kuat,ya!"tatapanya penuh dengan kasih sayang ,itu tatapan Ibuk dulu sebelum Mas Yadi salah paham padaku,tapi sekarang gak ada tatapan sayang itu dari Ibuk.
"Namaku Jay,Mbak sapa namanya?"
"A-yu."meski lirih ,Jay bisa mendengarnya.
"Mbak Ayu sehat dulu.Kalo sudah enakan,Jay akan anter Mbak pulang .Ayok makan lagi!"perintahnya dengan tatapan yang sulit di mengerti.
Dengan kesabaran Ibuk dan Jay,Ayu lebih baik setelah tiga hari di rawat di rumah Jay.
Ayu sadar dia bukan Dimas adiknya,wajah dan suaranya bagai pinang di belah dua .Tapi Ayu hanya menyimpannya dalam hati.
Ayu berterima kasih sudah di tolong,dengan setengah memaksa Jay mengantarnya pulang ,Ayu tahu itu akan jadi gosip karena pulang di anter lelaki muda tak di kenal,tapi Ayu tak peduli lagi apa kata mereka .Ayu cemas Egi mencarinya karena tiga hari gak pulang,jadi Ayu tak menolak di antar pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK BER UJUNG
RandomAwal bahagia sebuah pernikahan ,tak di sangka 20 tahun pernikahan harus membesarkan dua anaknya.Berpisah terpaksa karena suaminya yang sakit dan pulang kembali pada keluarganya ,karena merasa di abaikan bahkan menuduhnya ,Ayu Fitria akan membunuhnya...