Kata Dei

2 1 0
                                    

Beberapa saat Ayu terbius,mendengar cerita cempreng Priambodo sahabatnya.Dia masih sama ,selalu berapi api dan penuh semangat.

"Hei ,kamu mau ke mana Pit?"

"Mau ke rumah temen ,oh ya.Sudah siang ,aku pamit dulu .Makasih ceritanya dan minumnya Preng!"

Pri tertawa ,sebaris gigi putihnya nampak jelas.Kamu masih sama Preng,selalu ceria.

"Kemana ?Aku mungkin bisa nganter Pit?"

Cepat Ayu menggeleng .

"Gak usah ,maksih.Salam untuk keluargamu ."Ayu segera berlalu ,dan meraih helmnya.

"Pit,nomornya dong,kita boleh bersahabat kan?"

Ayu mengangguk ,dan berlalu dengan motor maticnya.Pri melongo ,apa coba maksudnya ,mengangguk dan berlalu ,aghhh....dia kan sudah bersuami !Pri tersenyum .

"Kesambet !"temannya melihatnya aneh.

Pri tak menghiraukan ,diapun pergi meninggalkannya.

Ayu berhenti di seberang jalan ,menatap sebuah rumah yang cukup besar .Dari kejauhan nampak suasana segar di sana ,aneka pohon tumbuh dengan subur.

Perlahan di parkir motornya di depan gerbang.Ayu mencari bel untuk memberi tanda bahwa ada tamu ,di lihat di sekitar pagar teralis hitam tak ada bel pintu.Ayu menggerak gerakkan selot gerbang agar tuan rumah tahu kehadirannya.
Beberapa lama Ayu tak melihat seseorang keluar dari dalam rumah yang pintunya terbuka.
Ayu ragu ,harus masuk atau menunggu ,di tengok kanan kiri tak ada seseorang yang di tanyai.

"Mbaknya mau ke dalam?"suara seseorang mengagetkannya.

"Oh...i...ya Pak,tapi saya bingung gak ada yang keluar dari tadi ."

"Gak di kunci kok ,Mbak.Langsung buka aja ,masuk gak papa .Pak Suta ada di dalam.Pintunya ada lonceng kecil ,saya tinggal dulu!"

Ayu tersenyum dan mengucap terima kasih.

Rumah yang unik,Ayu langsung bisa menemukan lonceng yang di maksud .

"Assalamualaikum."seorang lelaki keluar dengan membawa serbet di pundaknya.

"Wa alaikumsalam,cari siapa Mbak?"

"Benar ini rumah Pak Sutajaya ,saya Ayu kakaknya Dimas."

Lelaki itu segera menyilakan Ayu duduk ,dengan tergopoh masuk .
Rumahnya bener bener antik,penuh dengan ukiran .Foto foto para pahlawan bangsa ada di dinding ,apa Pak Suta pejuang ya ?

"Mbak !"

"Oh...Bapak...Ibuk.Maaf ,saya datang tiba tiba ."

Pak Sutajaya dan istrinya sangat ramah ,tak nampak wajah sedih dan kemarahan yang pernah di lihat Ayu dulu ketika tiba tiba datang ke rumahnya.Mereka bergantian menceritakan kondisi Dei.

"Boleh saya ketemu Dei ,Pak?"

Bu Nawang segera meraih tangannya ,di gandeng Ayu dengan lembut.

"Dia masih diam ,dan sering menangis tanpa sebab.Tapi kondisinya lebih baik ,sudah bisa tidur meski harus minum obat ,kakak iparnya sangat telaten menjaganya."

Ayu tersenyum,Alhamdulillah.

Perlahan di buka pintu kamar Dei,terlihat gadis itu meringkuk di pojok tempat tidurnya sambil memegang kedua lututnya.Dia menyembunyikan wajahnya di antara lututnya.

"Assalamualaikum,Dei.Aku Ayu....!"

Dei seperti tak mendengarnya.Atau sedang larut dengan ilusinya.

Ayu meminta ijin untuk duduk di dekatnya,Bu Nawang mengangguk.

"Dek...kenalkan aku Mbaknya Dimas,kamu temen Dimas kan?"

Dei terhenyak mendengar Ayu menyebut Dimas.
Tajam Dei menatapnya ,matanya terlihat berair .Isak tangisnya tiba tiba meledak,di peluk Ayu dengan erat.Ayu membalasnya ,mengusap rambutnya .

"Menangislah jika itu membuatmu  lega."bisiknya lembut.

"Di ...mas....di....a...ma....ti....hiks....hiks...hiks..."di lepaskan pelukan Ayu dan berlari menjauhinya.

"Deiii...tenanglah Nduk,dia kakak Dimas ,temanmu itu...Dimas baik baik saja ...hiks...hiks...hiks..."Bu Nawang ikut menangis melihatnya.Ayu perlahan mendekatinya.

Setengah memaksa ,di tarik lengan Dei untuk ikut duduk di kursi kamar .
Di buka ponselnya ,di perlihatkan foto Dimas yang sedang tersenyum bersama Ayu .Ayu sengaja melihatkan foto lama ,sebelum kejadian ,agar Dei tahu Dimas baik baik saja ,meski kenyataannya Dimas lebih parah darinya.

Tanpa suara ,Dei meraup ponsel Ayu,di usap lembut gambar Dimas.
Tangisnya kembali ,dan ponsel Ayu di buang Dei.

Bu Nawang hanya bisa mengambil nafas panjang ,Ayu tetap tersenyum .
Ada wanita paruh baya yang mengambil dan memberikan ponselnya.

"Makasih Bu,maafkan Mbak ya ,Dek.Satu yang pasti Dimas baik baik saja ,kumohon Dei tenang ya ,lihat keluarga Dei .Mereka sangat ingin Dei kembali seperti dulu,katanya mau jadi dokter atau dosen mungkin ,jadi Dei harus semangat lagi ya ...Mbak pamit dulu,Dei istirahat!"Ayu menatap Dei yang meringkuk di pojok kamar dengan rambut acak acakan ,wajahnya tegang dan berpeluh.

Ayu perlahan mengusapnya,air bening menetes di sudut matanya tanpa bisa di cegah ,teringat Dimas adik bungsunya ,yang kondisinya tak jauh berbeda.

Dei tiba tiba memeluk erat dari belakang.

"Dimas!"suaranya bergetar ,ada luka yang sangat dalam di sana .

Semua terpaku ,membiarkannya ,Dei tak pernah bersuara selama ini ,hanya menangis ,berteriak mati...mati ...dia mati ,hari ini dia mengucap jelas nama Dimas ,sahabat dekatnya.

Dari pihak sekolah keluarga Dei tahu ,keduanya menjadi teman dekat karena sering ikut olimpiade dan keduanya sama sama mendapat juara ,mereka yakin bukan Dimas yang menyebabkan Dei seperti itu .Praduga sementara keduanya korban pelecehan tapi entah siapa pelakunya.

TAK BER UJUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang