Dua Permintaan

539 32 0
                                    

Enjoy to reading!
_..._..._..._..._..._..._..._..._..._...

"Lo boleh pulang bareng sama gue, tapi nilai ulangan matematika lo harus di atas delapan puluh lima. Kalo bisa sempurna gue turutin dua permintaan dari lo."

Sandra menyipitkan matanya. Maksud Sevix apa tiba-tiba datang ke ruang kelas Sandra sepagi ini dan membuat penawaran semacam ini?

"Darimana lo tau kalo gue ada ulangan matematika hari ini?"

Sevix memalingkan wajahnya ke arah kanan kemudian dia menatap Sandra, "Setuju atau enggak sama penawaran gue barusan?" Sevix sengaja memutar arah pembicaraan.

"Kesempatan gak datang dua kali." tambah Sevix.

"Urusan nilai bisa di atur lah." batin Sandra.

"Oke boleh. Siapa takut?!" Sandra langsung menerima tantangan itu dengan penuh percaya diri.

"Gue suka cewek pinter. Inget itu."

Sandra tidak membalas apapun lagi karena Sevix langsung melenceng pergi dari hadapannya.

"Gak tahu aja dia. Dua temen gue juara kelas semua." Sandra tersenyum ala smirknya.

Ulangan matematika berada di jam terakhir. Jadi, Sandra masih bisa menyusun rencana untuk mendapatkan nilai ulangan yang harus di atas KKM nanti. Pokoknya apapun caranya gue harus mendapatkan nilai sempurna itu!

"Zara, Diva. Gue gak ke kantin, ya, tapi sebelum kalian ke kantin, gue mau ngomong penting." pukul 09.30-10.00 adalah waktu yang biasa di gunakan siswa SMA 1 Prima Angkara untuk istirahat.

Kalu dilihat dari sorot mata Sandra. Zara dan Diva bisa menerawang Sandra memang sedang tidak bercanda, tapi mereka juga tidak bisa menebak apa yang sedang Sandra pikirkan. "Kenapa si, lo?" tanya Zara bingung.

"Gue mau belajar buat ulangan. Nanti ada ulangan kan?"

"Ada, sih," jawab Zara dan Diva bersamaan dengan mimik ekspresi bertanya-tanya. Benarkah yang barusan menanyakan hari ini ada ulangan lalu dia berkata akan belajar untuk ulangannya nanti adalah sahabatnya? Sandra Riela Ikhsa? Zara dan Diva tidak tahu pasti. Mungkin ada orang yang menyamar menjadi Sandra hari ini? atau hidayah sedang menghampiri dirinya?

Wajar saja dua orang yang Sandra ajak bicara ini keherananan karena Sandra memang sama sekali tidak pernah memikirkan yang namanya ulangan.

Sandra serius kali ini. Meski saat menerima tantangan dari Sevix, Sandra sangat meyakinkan tapi pada kenyataannya Sandra tidak benar-benar yakin akan bisa mendapatkan nilai sempurna itu. "Ajarin gue nanti kalo ada yang gue gak bisa."

"Lo tadi pagi makan apa sih, San?" tanya Diva penasaran.

Zara masih tidak bisa berkata-kata. Speechless pada Sandra hari ini. Seolah pertanyaan yang barusan Sandra lontarkan membuat seluruh jiwa Zara membeku, seluruh badan Zara mendadak tidak bisa di gerakkan.

"Sevix nantang gue buat dapet nilai seratus di ulangan nanti. Terus kalo bisa, dia mau nurutin dua permintaan apapun yang gue minta."

"HAH?!!" Zara nyaris tergelak histeris, masih tidak menyangka. Diva menganga kemudian menutup mulutnya.

"Nyontek ke kita kan bisa. Gak perlu belajar, San. Lo suka banget sama Sevix, kan? Kapan lagi lo bisa dapet penawaran itu?!" ucap Diva penuh energi.

"Tapi Sevix sukanya cewek pinter. Bukan cewek nyontekan kayak gue. Gue mau berusaha sendiri. Gue mau belajar."

"Iya, San, bener kata Diva. Ini tuh kesempatan besar. Lo gak bisa sia-siain gitu aja."

"Gak. Gue harus belajar, gue harus mulai serius kali ini." entahlah, mulai di menit ini Sandra ingin merubah mindset-nya.

"Gue mau usaha sendiri. Nanti gue baru bisa belajar sama kalian."

Sandra ini keras kepalanya melebihi batu, "Ya udah. Kalo lo maksa mau belajar sendiri di waktu yang sangat amat singkat ini. Kita siap ajarin lo."

"Sekarang?" tanya Sandra.

"Lo warasnya lima menit doang, ya? Kan ulangannya nanti. Ya sekarang lah belajarnya, pake nanya lagi." omel Diva.

Zara sama gregetnya dengan Diva, dia tidak kalah kesal, "Mepet banget kalo belajar sekarang. Kenapa gak dari kemaren coba si Sevix ngabarin hal kayak gini."

"Dadakan banget tau gak?! Kayak ngurus anak SD yang suruh nyari taneman buat besok pagi, pas malem baru bilang besok suruh bawa." Zara masih saja mengomel seolah Sandra memang anaknya yang baru mengabari ibunya bahwa besok pagi dia suruh membawa tanaman.

"Gue juga gak tau Sevix bakal bilang gini." Sandra berusaha membela dirinya sendiri karena terus di salahkan oleh kedua sahabatnya. Dia kesal.

"Huff. Ya udah, belajar belajar sana cepet!"

"Kok lo jadi galak, sih ra." ekspresi yang saat ini Sandra tunjukan benar-benar seperti anak yang habis di tuduh menghilangkan tuper ware emaknya.

Zara menghela napas panjang, "Maaf deh,"
"Logika matematika, tuh mudah kok San. Hitungannya jarang di materi ini."

Zara dan Diva menjelaskan materi logika matematika pada Sandra dengan telaten.

~~~~

Saat ini jam sudah menunjukan pada jam pelajaran terakhir, maka ulangan matematika akan segera di mulai.

"Sandra," panggil Diva yang berada di meja belakang.
"Semangat, lo pasti bisa." Diva tersenyum.

Zara ikut tersenyum, "Inget Sevix. Sevix loh, San. Biar lo cepet punya ayang." ucap Zara dengan nada bicara bercanda.

Sandra membalas senyuman hangat dari mereka berdua lalu Sandra memeluk Zara karena kebetulan Sandra dan Zara memang satu bangku, "Iya iya makasih." Sandra merasa sekujur tubuhnya baru saja mendapat energi yang membuat semangat hidupnya bertambah, segelintir harapan membuat dia yakin bahwa Sandra bisa mencapai keinginannya. Kalau gagal? entahlah, hal itu tidak pernah ingin Sandra pikirkan.

~~~

"Bisa juga, lo, dapat seratus." Sevix tersenyum miring sekaligus memberikan tatapan yang membahagiakan, kalau Sandra tidak salah tebak. Ah, atau mungkin itu hanya ekspetasi Sandra saja?

"Eng--"

Sevix memotong pembicaraan Sandra, "Udah ayok pulang bareng. Gue mjau nepatin janji gue ke lo."

Sandra mengerutkan keningnya, "Tapi-"

"Iya gue gak lupa juga tentang dua permintaan itu, kan?"

"Bukan." kata Sandra membuat gerakan silang pada tangannya.

"Terus kalo bukan itu, apalagi hm?"

Sandra tidak ingin menyiakan kesempatan ini, tapi.

"Kelamaan lo. Mikirin dua permintaan lo nanti aja sambil di jalan kan bisa."
"Mau ice cream?" tanya Sevix.

"B-boleh. Rasa coklat, ya?"
"Ya, kak?! Lo suka rasa apa?" Sandra balik bertanya.

"Samain aja kayak lo." jawabnya singkat.

***
Saya rasa vanilla bolehhh.
***

Hm, apa, ya, semoga cerita ini cepet tamat deh dan semoga ide cemerlang saya mengalir deras. Aamiin🙆‍♀

Vote, komen, share, katanya kita temen kan? TENGKUYY😜✨✌

966 words

Kakak Kelas [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang