Tanpa Hadiah?

409 31 6
                                    

Enjoy to reading-!
_...__..._..._..._..._..._..._

"Zara, lo gak ngantuk?"

Satu jam setelah Sadiva bertanya itu kepada Zara. Akhirnya Zara tidur juga. Niat awal untuk memberikan obat tidur akhirnya di urungkan. Karena sebelumnya mereka tidak pernah memberikan surprise pada Zara, ini adalah waktunya. Kalau Zara tidak tidur, entah akan seperti apa rencananya.

Sadiva dan Sandra mulai mendekor di tembok kamar Zara sebelah samping, Talia--bundanya Zara juga sedang membuat kue cokelat dan nasi tumpeng untuk di makan bersama, nanti.

Pukul 02.00. "Ini kok wangi kue."

"H-hah." sontak Talia, Sandra, dan Sadiva langsung terkejut mendengar suara Zara. Untung semua sudah siap. Tinggal menyalakan lilin di atas angka 17.

Zara mulai membuka matanya, perlahan dia mengucek kedua matanya lalu terlihat cahaya yang tak terlalu terang di hadapannya, "tujuh belas--" Zara masih sedikit linglung. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

Sandra menyalakan lampu, "HAPPY BIRTHDAY." Sadiva dan Talia teriak bersamaan.

Zara mulai tersadar, kemudian dia tertawa tapi-- "Bunda, ikut ngerjain aku."
"Sekarang sekongkolnya sama mereka."

Talia memeluk sang anak, entah sejak kapan Zara mengeluarkan air matanya. Apakah dia secengeng itu? Ada rasa haru dan sedikit tidak menyangka dirinya telah tujuh belas tahun hidup di pelukan bundanya. Zara menangis bahagia. Orang lain belum tentu seberuntung dirinya. Tapi yang benar-benar bahagia bukan yang paling beruntung, yang paling bahagia adalah mereka yang paling pandai bersyukur.

"Ayo kita makan." Ayah Zara masuk ke kamar Zara dengan membawa satu goreng sosis sambil mengunyahnya.

"Ayah. Ucapin selamat ulang tahun dulu dong ke anaknya. Makannya nanti." ucap Talia yang di balas gelagak tawa oleh Zara dan dua temannya.

Jujur, Sadiva sedikit iri pada Zara. Sadiva tidak pernah merasakan bagaimana rasanya mempunyai Ayah. Dia mati-matian menahan air matanya yang sebentar lagi tidak bisa terbendungi, Sandra yang menyadari hal itu langsung mengusap pundak Sadiva.

Sadiva yang tidak ingin terlihat sedih oleh orang lain langsung mengalihkan pembicaraan, "Eh, ayo photo. Kita photo dulu untuk mengabadikan momen ini."

Setelah mengambil gambar Zara, Ayah, dan Bunda. Sekarang giliran kedua teman Zara yang akan photo bersama dengan background yang telah di dekor oleh Sadiva dan Sandra.

"Sandra lo pinggir, kan yang ultah Zara. Yang pegang kue juga Zara."

"Iya. Iya. Bawel, pose ngantuk ya gengs." mereka bertiga memejamkan mata, cekrek. Njay -eh.

-


Zara membuka lembaran demi lembaran buku bersampul hitam putih yang di dalamnya terdapat sebuah tulisan dan beberapa foto. Itu dari Aksa, tentunya. Kali ini Aksa telah berhasil -lagi--mengubah sebagian dari raga Zara menjadi gulali. Manis. Sekaligus berwarna. Ah, Aksa selalu tak bisa membuat hari Zara tanpa senyum karenanya.

"Lucu banget." diam-diam Zara mengamati photo dirinya dengan Aksa. Dia merasa lucu di bagian pose Aksa yang memegang hidung Zara saat mereka sedang photo box kala itu. Dan ekspresi Zara yang cemberut, tapi itu sungguh menggemaskan. Sebenarnya itu karena Zara memang tidak suka hidungnya di pegang oleh Aksa. Tapi lucu juga ternyata.

Tidak ada hentinya Zara tersenyum pada setiap lembaran yang dibuat oleh Aksa. Seluruh buku tersebut sangat bermakna dan memories. Kini sampai pada lembaran terakhir, dia membaca sebuah tulis tangan yang di tempelkan di buku tersebut oleh Aksa, kurang lebih bacaannya seperti ini.

"Jangan bilang makasih sama Aksa. Tapi bilang makasih sama diri sendiri karena udah mau bertahan sampai sejauh ini. Kita mungkin bisa terlihat baik-baik saja dari luar, tapi sebenarnya tidak ada manusia yang terus menerus bahagia. Entah itu besar atau kecil masalahnya, yang pasti kita semua berhak untuk seimbang untuk menyuarakan rasa sedih dan bahagia itu hal wajar, tapi ijinkan aku untuk terus menjadi alasanmu agar tetap tersenyum. Selamanya." --Aksa Zavier Aditama milik Zara♡('ω')♡

Tulisan tersebut kurang lebih berisi tentang dirinya dengan Aksa. Manis, haru, beberapa juga ada yang sedikit menggelikan. Tapi apapun itu, Makasih Aksa-yang.

Hari ini adalah hari Senin. Hari di antara Minggu dan Selasa--Gak salah kan.

Hari Senin, hari dimana SMA 1 Prima Angkara melaksanakan upacara bendera. Hal paling tidak menyenangkan karena semua murid harus berdiri di tengah lapang. Kali ini Zara, Sadiva, dan Sandra berada di barisan tengah.

"Cie, hbd." terdengar suara lirih dari belakang telinga Zara. Sepertinya suara itu cukup familiar di pendengarannya.

Benar saja. Saat Zara menengok ke belakang ada Aksa yang berdiri di belakangnya. Tapi tunggu. Dia kan beda angkatan dengannya. Juga mereka tidak satu kelas. Aksa pasti memaksa dirinya agar bisa memasuki barisan upacara kelas Zara. Kelas 11 IPA 2.

Lagi lagi Zara tersenyum. Aksa ada-ada saja.

Setelah upacara selesai, ada waktu lima menit sebelum pelajaran di mulai. Aksa mengajak Zara duduk di koridor kelas sepuluh. Mau apa dia? batin Zara.

"APA?"

"Galak amat mba pacar, belum juga ngajak ngobrol."

Aksa memandangi Zara, Aksa sedang merasakan bukti nyata bahwa Tuhan memang maha sempurna. "Mau ngomong apa Aksa ganteng?"

Zara reflek menutup mulutnya. Dia tidak sadar, dia baru saja mengucapkan kalimat seperti itu di hadapan Aksa??

Tapi lelaki di hadapannya saat ini benar benar definisi sempurna yang sesungguhnya. Aksa terlihat lebih rapi di hari Senin, hehe. Zara suka. Apalagi ini masih pagi, bajunya belum keluar dari celana.

Padahal beberapa kali Zara sudah meminta pada Aksa agar tetap menjaga kerapihannya. Tetapi tetap saja, lihat saja Aksa di jam istirahat nanti. Kerapihannya akan berkurang 80%-- masih tetap ganteng, sih. Kalo rapi ganteng banget, Sa.

Aksa sungguh gemas melihat raut wajah Zara yang menahan salting, padahal bukankah Aksa yang harusnya terbang karena baru saja Zara memuji dirinya ganteng.

"Aku nggak akan bilang makasih sama kamu, Sa,"
"Aku mau bilang tetap disini sama aku sampai kapanpun." pinta Zara.

Aksa ingin sekali memeluk Zara, tapi suasana tidak mendukung karena ini masih berada di lingkungan sekolah.

Yang di lakukan keduanya hanya saling menatap, tatapan yang memiliki arti dalam dan bermakna. Mereka adalah dua orang yang cocok dan sama-sama takut kehilangan.

***

AKSA, TUH, KATA ZARA KALO PAKE SERAGAM YANG RAPI. TAPI KALO DI KELUARIN JUGA TETEP CAKEP AKSJSNSNDDN

***

Part yang lagi gue tulis kok uwu semua, padahal hati moengil gue lagi patah((

Bahagia bahagia deh fiksi gueee. Tapi Sandra dan Sevix gatau yaa. AHAHAHAH //ketawa jahat.

Ada yang kangen Sevix gak sie?? dia lama gak muncul, kkkk

Eh, seneng banget bisa upload dua part sekaligus, kkkkkk

😜✌✨

anu, itunya jangan lupa
vote komen!!!

1009 words

Kakak Kelas [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang