Abu-abu

371 28 1
                                    

Enjoy to reading!
_..._..._..._..._..._..._..._...

"San, lo inget nggak. Dulu pas kecil kita selalu berharap akhir pekan adalah hari hujan."

"Supaya kita bisa lari bareng kejar kejaran sama hujan." Darry membesarkan volume suaranya. Hujan turun semakin deras.

Sandra jadi terbayang akan suatu hal. Dulu dia pernah keluar rumah secara diam diam untuk bermain hujan bersama Darry, sebab jika di ketahui oleh orang tuanya, pasti Sandra akan di larang untuk keluar rumah. Saat itu, dia juga mengajak Asmita. Yang beruntungnya bisa berhasil keluar rumah secara sembunyi.

Hujan selalu menjadi tempat paling menyenangkan untuk cerita kita.

"Iya, Dar, gue enggak lupa."

"Sekarang lo nggak mau nemenin gue hujan hujanan?"

Karena tak kunjung ada jawaban. Tanpa aba aba, Darry langsung menarik tangan Sandra ke halaman hijau yang luas. Di depan rumah Sandra.

"Seru 'kan?" kata Darry.

Sandra hanya mengangguk. Darry tahu apa yang Sandra sukai. Jika Sandra sadar, saat ini wajahnya begitu ceria. Dia terlihat sangat menikmati hujan yang turun dari atas langit.

"Sevix sini, seru." ajak Sandra sambil melambaikan tangannya. Sesekali dia juga mengusap wajahnya, agar pandangan dia tetap jelas untuk bisa melihat Sevix.

Tanpa pikir panjang. Sevix segera berlari menyusul Sandra. Mereka saling bergenggaman tangan. "Kamu juga suka hujan?" tanya Sandra.

"Suka. Karena ada kamu."

"Tcih. Bilang aja terpaksa." dengan sekuat hati, Darry tidak mengucapkan kalimat itu secara langsung di hadapan mereka. Kalau disana tidak ada Sandra, sih, Darry pasti akan menembak Sevix habis habisan.

Kemudian mereka bertiga berlari saling mengejar. Tidak luput suara tertawa dari masing masing terdengar renyah dan membahagiakan. Entah apa yang sedang mereka tertawakan.

~~~

"Lo bisa selamat sekarang, tapi kita lihat nanti." nada bicara Darry terdengar seperti ancaman saat mengatakan itu pada Sevix.

Darry jelas tidak akan berani membicarakan hal ini jika ada Sandra. Untungnya Sandra sedikit jauh dari jangkauan mereka sekarang.

"Berisik lo bajingan-!"
"Tahu apa soal gue hah?" Sevix mendorong tubuh Darry dengan jari telunjuknya, tepat dimana letak jantung Darry berada. Tidak terasa menyakitkan. Tapi jelas Darry tidak terima. Darry menahan emosi di wajahnya, dia tidak boleh meluapkan emosinya sekarang. Belum waktunya.

"Gue tahu semuanya." jawab Darry.

Senyum smirk Darry membuat Sevix semakin menggebu ingin memukulinya sekarang juga. Bahkan kedua tangan Sevix sudah mengepal dengan sempurna di samping tubuhnya.

"Mau apa. Oh mau mukul gue?" dengan beraninya Darry menangkap tangan Sevix yang masih tertahan di bawah yang sudah siap melayangkan hantaman ke wajahnya kapanpun.

"PUKUL GUE SEKARANG-!" tantang Darry.

Sevix mengeraskan rahangnya, napasnya terdengar memburu, menahan sesuatu. Dia berusaha memudarkan emosinya lagi.

"Ga disini-!"

"Hahah. Cemen."

"Kalo lo mau buktiin, kita bisa tanding besok?"
"Kalo lo kalah, lo harus siap kehilangan Sandra."

Kakak Kelas [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang