Tiga

180 7 1
                                    

Enjoy to reading!
_..._..._..._..._..._..._..._

Hari ini langit terlihat sangat cerah. Matahari dari ufuk timur sudah beranjak untuk beralih menyinari bumi yang di dalamnya terdapat ribuan insan yang mengharapkan kebahagiaan di bumi.

Cuaca yang bagus, mendukung. Gumam Sandra, dia mulai membuka gorden kamarnya lalu menghirup kesegaran udara di pagi hari.

Sandra menghela napasnya perlahan, matanya juga tertutup beberapa detik hanya untuk menghirup udara segar di pagi hari ini.

Saat Sandra mulai menuruni anak tangga, dia melihat Asmita sedang membuka bukunya, entah apa yang sedang Asmita kerjakan.
"Asmita pagi-pagi udah buka buku. Simpan dulu deh, nikmatin dulu hari liburnya nggak usah buka buku ngapain. Tutup nggak?!"

"Ini adalah contoh kakak yang sesat." balas Asmita. Asmita mulai berpikir, mengapa selama ini dia memiliki kakak yang seperti itu. Semodel Sandra. KENAPA GITU LOH.

"Lagian ngerjain tugas apasih, enggak biasanya nugas di akhir pekan."

"Gue banyak remidinya." ungkap Asmita.

Setelah mendengar pernyataan seperti itu dari Asmita, Sandra langsung menutup mulutnya, jujur, Sandra sedang menahan tawa.

~~~

Sevix sudah berada di halaman rumah Sandra. Yang kini sedang Sevix rasakan sungguh resah. Sevix sudah hampir memencet tombol rumah Sandra, tapi berkali kali dia mengurungkan niatnya lagi.

"Ayah, Assalamualaikum. Saya Sevix, bagaimana kabar Ayah?" dia membayangkan apa yang akan dia katakan saat pertama kali bertemu Ayah nanti.

"Bisa, yu, bisa." Sevix bermonolog sendiri.

"Duh," suara Ayah.

Sevix jelas terkejut. Pintu tiba tiba terbuka bertepatan dengan Sevix ketika akan mengetuk pintu rumah, dan disaat yang bersamaan pula Ayah membukakan pintu.

Bisa kalian bayangkan, posisi tangan Sevix yang berada di atas seolah akan mengetuk pintu berada di hadapan wajah Ayah Sandra sekarang. Masih untung Sevix tidak mengetuk jidat milik Ayah.

"Mati, gue." gerutu Sevix, dia memukul mukul jidat miliknya sendiri.

"Mati kenapa?" lirih Ayah.

Sevix menggelengkan kepalanya dengan memasang wajah dua kali lipat lebih ramah. Lebih ke tertekan, si kalau Ayah perhatikan sebenarnya. "Eh, A-yah. Assalamualaikum." Sevix buru buru menyalimi tangan Ayah, "Perkenalkan nama saya Sevix."

APA NGGAK TERLALU FORMAL?? KAYAK MAU PEMBUKAAN PRESENTASI GITU LO SEVIXX. GIMANASI, KATANYA TADIK UDAH NGAPALIN.

"Maaf, Ayah persoalan tadi." tambah Sevix.

"Oh ini yang namanya Sevix. Ada keperluan apa kamu kesini."

Sevix menganggukan kepalanya. "Ingin bertemu dengan Sandra dan keluarga Sandra." kata Sevix to the point.

"Sudah siap di introgasi?"

Wajah Sevix langsung pucat pasi. Dia membulatkan matanya dengan sempurna tanpa sadar.

"Enggak, dong, santai aja. Yuk masuk ke dalam." ajak Ayah.

Akhirnya, Sevix mulai mengembuskan napasnya dengan lega.

Sevix ini benar benar ingin membuat Ayah tertawa. Mulai dari tangan Sevix yang tidak sengaja hampir mengenai wajah Ayah saat akan mengetuk pintu. Belum lagi di saat yang bersamaan, dia menenteng sebuah keresek putih yang berisi martabak, katanya. Andalan para lelaki masih di pegang erat oleh tahta martabak sepertinya, bahkan dari zaman Ayah dulu. Dion menjadi sedikit nostalgia tentang dirinya ketika sedang PDKT ke rumah Talia dahulu.

Kakak Kelas [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang