Jatuh bersama hujan

331 23 3
                                    

Enjoy to reading!
_..._..._..._..._...__..._...

Misi sudah selesai. Baru saja kemaren Sandra menggalau. Bimbang perihal memilih siapa di antara Darry dan Sevix. Sekarang sudah tidak ada lagi problematika di hidupnya tentang memilah.

Sandra semakin jarang berbincang akan kisah percintaannya dengan Sevix pada kedua sahabatnya -bukan, maksudnya, lebih ke mengurangi bercerita banyak hal tentang Sevix pada mereka, sih. -Ya seperti itu lah kurang lebih. Entahlah. Dia merasa bercerita pada Ami sudah lebih dari cukup. Meski bocah SMP yang masih labil ini selalu menjengkelkan, tapi saat ini hanya Asmita yang menjadi sandaran ternyaman Sandra dalam hal membagikan ceritanya, tapi bagaimanapun, Ami benar benar definisi always be the one i love the most. Jiakhh. AMI SALTING GA LOEH?!

~~~

Sandra membuka kembali buku bersampul cream-nya itu. Dia mulai tersenyum gentar, menertawakan tulisannya yang sangat tidak bermakana yang di tulis oleh dirinya sendiri. Terakhir kali dia menulis tentang Sevix. Ya, siapa lagi. Perasaannya saat sedang menulis itu memang begitu erat, tapi setelah di baca ulang. Saya ngapain kemarin? h4h4h4.

Aku adalah orang paling egois
Dalam hal apapun yang berhubungan denganmu
Sering sekali aku mencibir saat ada seseorang yang berusaha mendekatimu
Aku rumit sendiri
Benar benar tidak ingin engkau menjadi milik selain aku
Aku begitu egois dalam mencintaimu
Bagaimana aku memaksa semesta
Agar secepatnya bisa mempersatukan kita
Tidak jarang juga aku berkhayal
Bahwa kita adalah definisi nyata
Dalam cerita dua orang yang saling mencintai
Aku ingin kita tumbuh bersama
Dengan kisah yang bahagia tentunya.

Ah, aku jadi senyum sendiri 'kan. Apaan, sih.
Ribuan kata yang tidak akan pernah sampai pada pembacanya, sih, kalo di kasi judul wahahah.

Terus lagu yang di dengar berjudul Hal Lara. Itu cocok banget buat galau vibes.

Sudahlah, lupakan hari lalu. Yang penting sekarang es batu sudah meleleh 'kan? Sevix bilang tidak ingin di jauhi oleh Sandra. Itu artinya, perasaan Sandra betulan sudah terbalaskan kan?

-

"Itu yang naro bunga depan pintu siapa si."
"Jangan jangan lo mau di santet ya, ada yang ngirimin bunga gitu." dengan seenak jidat, Asmita melempar sebuah bunga itu di hadapan Sandra yang sedang membuka laptop, Sandra berniat untuk melanjutkan episode netflix yang terakhir kali dia tonton kemarin.

Sandra penasaran, dia tidak peduli pada Asmita sang empu informating itu. Yang harus dia ketahui saat ini hanya membuka isi surat yang terselip di dalam bunga mawar merah itu. Memastikan bahwa apa yang Asmita katakan salah atau benar, siapa tahu dirinya benaran di santet oleh orang lain. Atau mungkin isi tulisan itu adalah sebuah mantra guna guna untuk dirinya (?)

"Apaan, sih senyum senyum gitu. Masih jam sembilan loh. Otak lo pagi gini udah di mix sama apa aja?" omel Asmita pada Sandra.

"Mi? ini si Sevix yang ngirim bunga?"

"Ngga tau lah. Emang kenapa."

Sandra membuat ekspresi seolah sebuah lampu berada di atas kepalanya. Menggambarkan ide cemerlang, entah apa yang sedang Sandra pikirkan. Asmita tidak tahu.

"Aneh banget dah punya kakak." Asmita sudah tidak paham lagi pada Sandra, dia melihat Sandra berlari menuju lantai paling atas sembari menggenggam bunga mawar tadi dengan wajah yang masih sumringah.

"Kenapa nggak masuk ke rumah aja, ya, tadi."

"Mana so misterius gitu lagi nggak ada namanya di surat itu."

NANTI SORE GUE TUNGGU DI DEPAN RUMAH LO

Kurang lebih isi suratnya seperti itu.

Tapi yang pasti gue yakin. Ini adalah perbuatan Sevix.

Sandra segera mengeluarkan berbagai macam outfit di lemarinya, Memilih yang terbaik untuk dia pakai nanti saat bertemu Sevix.

~~~

Sandra mencoba mengintip dari balkon kamarnya. Melihat apakah sudah ada seseorang di luar sana. Karena sekarang jam sudah menunjukan pukul empat sore.

Setelah melihat penampakan yang dia cari. Sandra segera turun ke bawah.

"Eh. D-dary? Mau ketemu siapa? Kok nggak bilang dulu mau kesini?" Sandra langsung kikuk sendiri. Pandangannya terus mencari satu nama -Sevix. Atau jangan bilang, yang mengajaknya keluar bukan Sevix, tapi Darry? Nggak, ini nggak mungkin terjadi.

"Mau ngajak lo keluar."

AH TUH KAN!! Sandra kelimpungan, lagi lagi ekspetasi mematahkan dirinya.

Melihat Sandra seolah kebingungan sendiri, Darry menggerakkan satu tangannya di hadapan wajah Sandra. "Lo udah siap kan?"

"Lo mah kebiasaan. Ngajak keluar nggak ngabarin dulu. Emang mau kemana?" Sandra pasrah.

Darry tertawa hambar. Bagaimana bisa untuk ijin terlebih dahulu. Kemungkinan untuk bisa meng-iya-kan ajakannya hanya 0.5 %. Bahkan mungkin tidak ada kemungkinan meng-iya-kan sama sekali.

"Kenapa lo nggak menuliskan nama di surat dan bunga mawar itu?"

Darry terkesiap. Mengangkat kedua alisnya heran.

"Besok besok kalo mau ngajak keluar jangan gini deh caranya." Sandra juga menyesal tidak menanyakan prihal ini langsung lewat chat tadi.

Sedangkan Darry masih dalam kondisi keherannya pada Sandra "Surat mawar apa anjir tadi dia bilang." batinnya.

"Darry,"
"Jawab, jangan cuma diem terus."

"Siapa yang nulis surat, San." ungkap Darry apa adanya.

"Jadi bukan lo?"

"Apanya?" tanya Darry.

Entah senang atau sedih yang harus Sandra rasakan. BERARTI BETULAN SEVIX KAN YANG MENGAJAKNYA KELUAR?! 🅰️🅰️🅰️🅰️🅰️

Tapi kenapa bisa barengan gitu kalian?

"San-"

Eh, itu Sevix. Baru aja di omongin.

Ini adalah kali kedua dimana fenomena Sevix memergoki Sandra dan Darry saat di rumah Sandra. Kebetulan yang sangat tidak ramah.

Yang terjadi saat ini hanya sebuah keheningan. Sevix tidak ingin bertanya ada apa pada mereka berdua. Sandra juga bingung mulai darimana menjelaskannya.

"Lo-" ucapan Sandra dan Darry tidak sengaja bertabrakan.

"Eh. Kenapa, San. Lanjutin." kata Darry.

Sevix tidak ingin memotong pembicaraan mereka. Dia lebih memilih menunggu apa yang akan mereka katakan.

"Ini. Gue udah ada janji sama kak Sevix,"

"Oh." lagi dan lagi. Rasa kecewa itu datang pada Darry.

Darry tertawa namun seperti di buat buat.

"Eh. Ini kayak hujan?" suara Sevix.

"Kok dadakan gini, sih. Perasaan tadi cerah." Sandra ikut kecewa.

Sedangkan Darry malah berdiri di atas rumput yang tumbuh hijau di halaman rumah Sandra. Dia merentangkan kedua tangannya kemudian memejamkan matanya ke atas langit.

"Darry, lo ngapain, jangan hujan hujanan."
"Kalo lo sakit gimana."

"Gue udah sakit, San." balas Darry.

"Gila lo, ya." ucap Sevix setelah melihat Darry semakin menjadi. Sevix tidak menyangka, Darry akan melentangkan tubuhnya di atas rumput itu.

"San, lo inget nggak. Dulu pas kecil kita selalu berharap akhir pekan adalah hari hujan."

"Supaya kita bisa lari bareng kejar kejaran sama hujan." Darry membesarkan volume suaranya. Hujan turun semakin deras.

***

Menurut kalian, hujan itu turun atau jatuh?

***

1017 word

Kakak Kelas [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang