Pertandingan

287 19 0
                                    

Enjoy to reading!
_..._..._..._..._..._..._...

Abian dan Darry sedang berjalan menuju lapangan basket. Ketika jam istirahat pertama berbunyi, mereka langsung bergegas pergi kesana.

"Lo serius mau tanding sama Sevix?"
"Cuma gara gara satu orang cewek?"
"Cuma gara gara San-"

"Buat gue Sandra bukan cuma Bi!" potong Darry.

"Ya, tapi kan bisa di bicarakan pake kepala dingin."
"Sambil nge chill bareng."

"Gede juga nyali lo." suara Sevix. Ternyata dia sudah berada di area lapangan basket lebih dulu dari Abian dan Darry.

Abian dan Darry sontak langsung menghentikan obrolannya.

"Nggak usah banyak banyak omong. Kita selesaikan secara gentle man disini sekarang." Darry melempar bola basket ke hadapan Sevix. Dia sudah tidak sabar.

Bola yang di lempar Darry barusan tidak mengenai Sevix karena Sevix segera menangkapnya di saat waktu yang tepat. "Eh. Kalem bos, perjanjiannya di setujui ngga?"

"Apa perjanjiannya?" tanya Darry.

"Yang kalah harus ngejauhin Sandra, gimana?" argumen Sevix.

Darry nampak sedang mempertimbangkan sesuatu. Senyuman picik yang mereka ciptakan menambah suasana semakin panas di luar ruangan. Apalagi pukul sepuluh pagi, matahari sedang hangat hangatnya menerpa kulit.

"Siap terima kekalahan? Kalo setelah ini lo kalah, lo nggak usah ganggu hubungan gue sama Sandra."

Darry menatap penuh kebencian pada Sevix. "Yang harus siapin mental buat jauhin Sandra, tuh, elo." tunjuk Darry pada pundak Sevix di tambah sedikit dorongan.

Sevix membuat smile down. "Sekalian lo yang jadi wasit kita, Bi. Kita buktiin semuanya disini sekarang."

Abian menatap Sevix dan Darry sekilas. "Kalian serius? Di kantin katanya ada menu baru, kita bicara baik baik aja yu."
"Gue denger-denger. batagor teh Ica sekarang nambah satu varian, kayanya nampol abis rasanya."

"NGGAK!" jawab Sevix dan Darry secara bersamaan.

"Buset dah kompak amat." Abian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sedikitpun.

"Yaudah kalo kalian mau maksa bertanding, gimana kalo pertandingannya lomba makan batagor?" usul Abian.

"Enggak Bi!! Ini serius." wajah Sevix sedikit memerah, sebab matahari perlahan mulai naik. Di tambah, Sevix memang berkulit putih. Jadi akan memerah jika berada di bawah sinar mentari.

"Disini panas cuy."
Abian tidak kehabisan ide sampai situ saja, dia masih memiliki penawaran satu lagi. "Oh, kalo nggak lomba joget tiktok aja kata gue mah di tempat estetik dalem ruangan. Ntar gue yang nilai siapa yang paling bagus." ucap Abian cemerlang. Dia yakin, kali ini mereka tidak akan menolak pendapatnya.

"ABIAN UDAH!" nada bicara Darry naik satu oktaf.

"Yaudah iya. Di kasi pilihan yang lebih mudah nggak mau."
"Tapi serius penawaran gue nggak bisa di pikirkan matang matang terlebih dahulu?"

Abian masih tidak habis pikir pada mereka berdua, dia sudah membuat penawaran terakhirnya. Namun itu semua hanya sia sia. Abian hanya di tolak mentah begitu saja oleh Sevix dan Darry. Dia sudah menyerah.

~~~

Darry mendriblling bola basket. Tatapannya terfokus penuh pada ring di atas, belakang tubuh Sevix. Dengan deru napas penuh kemenangan, akhirnya Darry berhasil mencetak satu point. Dia menyusul point Sevix. Kini keduanya sama rata.

Kakak Kelas [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang