Enjoy to reading!
_..._..._..._..._..._..._..."Kak." panggil Asmita.
"Doi lo yang kemaren lo sebut namanya," Asmita beralih memandang Sandra.
"Belum pernah di ajak kesini?" lanjut Asmita."Kepo amat lo jadi bocah!" Sandra semakin geregetan pada Asmita, apalagi ketika Asmita mendekatkan wajahnya pada Sandra dengan mimik wajah yang serius.
Sandra mengusap wajah Asmita, "Bisa biasa aja ngga." Asmita mulai menyadari apa yang dilakukan dirinya ternyata sungguh APAAN BANGET!
Asmita sendiri saja menganggap dirinya APA APAAN. Apalagi menurut orang lain?
"Lo juga biasa aja kali, ngga usah usap wajah gue kayak gitu segala. Kotor nih muka gue gegara tangan lo." ucap Asmita setelah berhasil mengikis jarak, menjauhkan wajahnya dari Sandra.
"Gue laporin bunda nih." ancam Asmita.
Entah suatu kebetulan darimana, Ajeng, ibunda dari Asmita datang dari arah dapur membawa sebuah minuman. Kalau tebakan mereka benar, bunda membawa sebuah jus alpukat kesukaannya.
"Bunda nih kak Sandra udah pacar pacaran." lapor Asmita lantang."CEPU BANGET SIH LO!!" Sandra buru buru membekap mulut Sandra dengan tangan kanannya, meski Sandra tahu ini sudah terlambat. Tapi tidak ada alasan untuk tidak menyerang Asmita dalam saat saat seperti ini.
Ajeng yang baru saja akan segera duduk langsung melerai kedua anaknya.
"Hust! Udah udah, kalian tuh udah gede loh.""Siapa kak?"
"Suruh main kesini dong."APAAAACC?? BUNDA MAHHK!
Bunda benaran berhasil membuat pipi Sandra berwarna merah muda seperti kepiting rebus.Asmita sudah tidak dapat lagi menahan tawanya. Televisi yang berada di tengah ruang tamu menjadi teralihkan sebab mereka sibuk pada kegiatan men ceng cengi Sandra.
"Puas, lo, Mi!" sinis Sandra pada Asmita. Ini kalo Ayah disini pasti dia akan berada di tim Sandra, membela Sandra.
Kabarnya saat ini Ayah masih belum bisa pulang sebab proyek di luar kota dalam kurun waktu satu bulan ini belum habis kontrak. Mungkin sekitar satu minggu lagi, Ayah baru bisa kumpul disini bersama kami.
Sandra selalu bersyukur berada disini. Kekeluargaan yang Sandra miliki saat ini tidak semua orang bisa rasakan. Sedari kecil, Sandra itu orang yang selalu cukup dalam mendapat belas kasih dari orang tuanya. Tidak ada bandingan yang bisa menyaingi keluarga cemara yang bahagia. H A H A H A.
Hanya, bagian kurang beruntungnya adalah.. Waktu untuk berkumpul bersama mungkin bisa Sandra hitung dengan jari. Sandra selalu percaya bahwa apapun yang dilakukan orangtua untuk dirinya, pasti itu yang terbaik.
"Ayah capek kerja juga buat kalian, makannya kamu sekolah yang baik." itu adalah kalimat yang selalu tercantum dalam ingatan Sandra ketika dirinya sedang down.
-
"Kak,"
Mama Sevix-atau istri dari pak Dion yang sekarang, memanggil Sevix. "Kakak." ulang Fita.Sevix segera berdiri dari tempat yang di dudukinya. Dia langsung beranjak dari ruang tunggu lalu menghampiri Fita yang berada di balik pintu tempat Dion di rawat. "Gimana Papa?" tanya Sevix penasaran dengan keadaan Papanya setelah beberapa jam menunggu kabarnya.
"Udah siuman sekarang, kamu di tanyain Papa gih masuk." titah Fita seraya mengelus lembut kepala Sevix.
Tanpa berbasa basi lagi, Sevix langsung berlari ke ruang pasien untuk menemui Papanya.
"Se-vix."
"Iya, ini aku, Pa." ungkap Sevix, dia masih sedikit merasa bersalah.
"Kamu anak Papa yang baik, sayang. Kamu juga enggak pernah gagal buat banggain keluarga. Maaf kalo selama ini Papa terlalu keras sama kamu."
Demi apapun Sevix sedang menahan air matanya agar tidak segera jatuh disini. Dia gengsi, sama persis seperti Papa. Papa itu adalah tipe orang yang tidak terlalu ekspresif dalam mengungkapkan sebuah makna kasih sayang. Bahkan ini adalah kali pertama Sevix mendengar kata 'sayang' yang di ungkapkan secara langsung oleh Papa pada diri Sevix sendiri.
Sevix merangkul Papanya yang terduduk di kasur pasien, dia mulai mengelus punggung Dion dengan penuh perasaan sayang. Entahlah, semoga semua bisa tersampaikan lewat peluk yang Sevix berikan pada Papa.
Di balik Sevix yang sedang berpelukan, Sevix mulai mengedipkan matanya pedih, lalu sebuah butiran bercairan warna bening mulai lolos kemudian terjatuh dari kedua mata Sevix. Dengan secepat mungkin Sevix segera mengelapnya lagi, dia tidak ingin kelihatan cengeng di depan keluarganya. Terlebih lagi ada Vino disini. Masa cowok nangis, si, pikir Sevix.
"Padahal gue udah nyiapin tisu. Kalo mau nangis, mah, nangis aja kali nggak usah di tahan. So lakik." ejek Vino. Padahal kenyataannya, Vino juga sekuat tenaga sedang menahan tangisnya agar tidak pecah di keadaan seperti ini.
"Idih. Emang gue lakik." dalih Sevix, merasa tersindir.
"Maafin Mama juga, ya, nak Sevix. Maaf karena Mama belum mampu menjadi peran Mama yang baik seperti yang Sevix harapkan." ungkap Fita pada Sevix.
Fita merasa gagal menjadi ibu yang baik untuk anak anaknya. Mengungkap fakta tentang dirinya yang bisa bersama dengan Dion hingga saat ini adalah sebab dirinya yang dulu cinta lokasi di tempat pekerjaan. Dulu Fita adalah sekretaris pribadi Dion. Fita tidak tahu persis masalah detail apa yang bisa membuat Dion pisah dengan ibu Sevix. Dion hanya mengungkapkan bahwa dia ingin lebih serius dalam menjalin hubungan dengan Fita hingga akhirnya mereka memilih untuk mengikat janji di pelaminan hukum agama agar sah untuk hidup bersama.
"Mama sudah cukup baik buat Sevix." imbuh Sevix apa adanya. Kalo Mama udah cukup buat Papa bahagia, itu lebih dari sekadar berharga. Apa yang lebih membahagiakan dari kebahagiaan orang yang kita sayangi?
"Makasih juga, ya, Vino sudah selalu ada dan selalu berusaha mengendalikan keadaan bila semua sedang riuh." kini giliran Vino yang tersenyum kemudian memeluk Papanya. Di susul oleh Fita, selanjutnya yang terakhir Sevix memeluk semuanya. Memeluk harta yang paling berharga yang Sevix miliki.
"Ini kita kayak lagi simulasi lebaran vibesnya." tiba tiba di tengah suasana mengharukan, Vino mengeluarkan celetukan yang membuat semua orang yang ada disitu langsung tergelak ngakak. Dasar Vino memang humoris.
***
Ada yang masih melek??
***
Alllokk😁✌
Adda yang kanggen acu nggga?? Lama banget nggak upload, kena ghosting kalian wkwk.925 words
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas [Proses Revisi]
Teen FictionBlurb: Hampir semua orang atau bahkan mungkin semua orang pernah menyukai kakak kelasnya. Tinggi, putih, hitam manis, fashionable, wangi, rapi, humoris. Apalagi yang kalian kagumi selain itu? perhatiannya mungkin, ck! Bagaimana dengan kakak kelas ku...