Part 11 - My Teacher is My Husband
*****
Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin ungkapan ini cocok banget dianalogikan buat kondisi gue sekarang.
Bagaimana tidak? Pertama, gue difitnah dan dipaksa nikah oleh orang-orang desa berpikiran sempit itu. Kedua, gue sekarang harus menjalani hidup sebagai istri seseorang yang paling enggak bisa bikin gue tenang hingga detik ini. Ketiga dan yang paling berhasil bikin gue shock sampai keringat dingin bercucuran di dahi gue sejak kembali dari wc adalah guru fisika baru gue.
Harusnya pas gue berpapasan dengan kak Radit tadi, gue langsung usir dia pulang. Bahkan feeling gue pun udah ngasih sinyal, tapi gak gue gubris karena kebelet.
Sekarang gue cuma bisa menyesal pas tau kalau ternyata guru fisika gue yang baru adalah suami gue sendiri dan dia sekarang udah berdiri tegak menghadap ke papan tulis yang lagi dia tulisin sesuatu di sana. Gak lupa sama kemeja putih dan celana hitamnya serta kacamata bulat yang bertengger di pangkal hidungnya.
Sekilas, gue jadi berasa liat kloningan guru matematika gue yang killer itu.
"Perkenalkan nama saya Raditya Tubagus Ragendra, S. Pd. Kalian bisa panggil saya Aditya. Mungkin kalian sudah dengar kabar kalau mulai hari ini saya akan mengajar mata pelajaran fisika di kelas dua belas menggantikan pak Alde," jelas kak Radit begitu selesai nulis nama lengkapnya di papan tulis.
WUAJEEEERRRRRRRR
Gue menjerit dalam diam. Frustrasi karena lupa kalau kak Radit itu sarjana S-1 untuk program studi pendidikan fisika. Dia fresh graduate dan emang lagi pengen melamar kerja jadi guru. Gue mati kutu dan bener-bener gak tau harus bereaksi kayak apa pas dia memperkenalkan diri di depan teman-teman gue.
Pasrah. Cuma itu yang bisa gue lakuin saat ini. Pengen protes, tapi nanti teman gue pada tau kalau gue ada hubungan sama kak Radit. Padahal gue udah lepas cincin dan pura-pura biasa aja hari ini, tapi kedatangan kak Radit sebagai guru baru di sekolah gue itu di luar prediksi.
"Key." Kanaya setengah berbisik manggil gue.
Mendengar itu, mata gue melirik ke Kanaya. Bisa gue liat tampang kepo bocah di sebelah gue ini. "Apa?" sahut gue harap-harap cemas.
"Guru fisika kita itu, dia tetangga lo gak sih?" tanya Kanaya, masih fokus menatap kak Radit dari mejanya. Lalu beralih natap gue dan menyambung, "Yang suka lo panggil kak Radit itu loh, Key. Anak tetangga lo yang--"
Refleks gue letakin jari telunjuk ke bibir Kanaya, melarangnya melanjutkan kalimat. "Sssttt! B-bukan. Dia bukan kak Radit yang itu," sanggah gue gelagapan, sementara Kanaya nyipitin mata seakan gak percaya sama jawaban gue.
"Masa sih?"
"Beneran ih."
Kanaya menggumam, lantas beralih natap kak Radit yang masih sibuk jelasin sesuatu di sana. Gue gak denger dia ngomong apa karena pikiran gue lagi adventure akibat kekepoan Kanaya yang udah mendarah daging.
"Tapi mukanya agak mirip gak sih. Ganteng, tapi nyeremin gitu. Hmm ..., apa gue salah ingat ya?" tambah Kanaya mulai sedikit ragu, masih belum melepaskan tatapan selidiknya dari kak Radit.
Gue mengangguk setuju, kekeuh membantah. "Lo salah orang--"
"Kamu yang rambutnya pendek, coba ulangi apa yang saya sampaikan dari tadi."
Teguran dari kak Radit membuat seisi kelas natap gue horror. Gue tau kalimat itu buat gue karena di kelas ini cuma gue yang rambutnya pendek dan sekarang gue gak tau harus jelasin apa karena dari tadi gue gak merhatiin kak Radit ngomongin apa aja di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Become Your Wife || Lee Taeyong
Teen Fiction____ "Dipaksa nikah gara-gara dituduh lakuin hal mesum sama nikah karena emang udah ngelakuin hal itu beda, Kak. Kita yang gak bersalah ini bakal dicap jelek di masyarakat. Masa depan gue ataupun karir lo bisa hancur dalam sehari." Mungkin dipaksa m...