Gulf menyamankan diri dalam pelukan suaminya, walaupun sang suami sedang sibuk menelpon Zee asistennya. Mew menyuruh Zee melepaskan Chris dan memindahkannya ke rumah sakit yang semula.
Chris tentu akan menceritakan apa yang terjadi padanya, karna Mew tau selama ini Chris hanya pura-pura hilang ingatan.
"Bagaimana dengan Tine?" Gulf bertanya pada Mew.
"Aku sudah meminta rumah sakit untuk mengatakan kalau Tine meninggal seandainya Chris bertanya" Mew mengusap pelan rambut Gulf sambil melihat Tine yang asik bermain di tempat tidur sebelah mereka. Kamar ini memang di lengkapi dua tempat tidur.
"Chris pasti mencari Tine setelah tau ayah Tine adalah Samuel kanawut dari berita dia menuntut kakakmu" Mew berkata tegas.
"Dia tidak akan mendapatkan tine kan?" Gulf bertanya sambil mengelus perutnya.
"Tidak, ide mu sungguh brilian sayang, kurasa dia akan percaya Tine sudah meninggal" Mew ikut memeluk perut sang istri.
"Setelah kesempatan untuk mendapatkan Samuel tidak adalagi, aku yakin Chris akan kembali mendekatimu" Gulf memeluk suaminya itu dengan erat.
"Hei, seseorang pernah berkata padaku, jika aku tidak akan pernah bisa keluar dari neraka yang di buatnya" Mew tertawa. Sedangkan Gulf mencubit perut suami nya.
"Kau tidak akan bahagia jika aku adalah neraka" Gulf menatap tajam Mew.
"Aku tau sayang, kau adalah surga ku" mewencium bibir sang istri.
.
.
.
.Sudah tiga Minggu lamanya Mew Gulf dan tin berada di Maldives sampai akhirnya mereka akan pulang hari ini karna Gulf harus menghadiri upacara kelulusannya.
"Bagaimana liburan nya jagoan?" Gulf bertanya pada Tine yang sedang di gendong oleh Mew. Gulf benar-benar sudah di larang Mew menggendong Tine mengingat kehamilannya. Sungguh sangat protektif suami Gulf ini.
"Menyenangkan papa, laut itu sangat indah, uncle Mean dan uncle Plan mengajak Tine berkeliling" Gulf tersenyum begitu melihat betapa bahagianya putranya ini. Gulf sedikit merasa bersalah karena selama liburan dirinya terlalu sibuk di kamar dengan suaminya, walaupun sebagian besar karena dirinya sering mual kalau tidak berada di dekat suaminya.
"Maaf kan papa sayang, papa tidak bisa menemanimu" Gulf mengelus wajah sang anak dengan rasa bersalah.
"Tidak apa-apa pa, Tine tau papa sakit karna ada adik bayi dalam perut" Tine menepuk-nepuk perutnya memberi tahu di mana letak sang adik bayi. Mew dan Gulf tertawa melihat itu.
Mean dan Plan sedang mengawasi para pengawal yang sedang memasukan barang kedalam bagasi pesawat. Mean tidak akan puas jika bukan dia sendiri yang mengawasinya. Mereka tidak mau terjadi apa-apa selama penerbangan nanti.
"Sepertinya Mean dan Plan sudah semakin dekat" Gulf menatap Mean dan Plan dari jendela pesawat di ikuti Mew yang sedang memeluknya. Sedangkan Tine sibuk memakan sereal paginya.
"Tine melihat uncle Mean dan uncle Plan jup(ciuman) seperti papa dan daddy" Tine berkata dengan polosnya. Mew dan Gulf langsung bertatapan satu sama lain.
"Kita harus membatasi Tine melihat hal seperti itu" Mew tertawa.
.
.
.
.
.
."Phi merindukanmu Gulf" Tay memeluk sang adik dan di ikuti oleh New. Tay, New, Zee dan Saint menjemput Mew dan keluarganya ke bandara malam ini.
"Aku juga merindukan kalian" Gulf tersenyum sambil memeluk sang kakak dan kakak iparnya. Selanjutnya adalah Zee dan Saint.
"Bagaimana sidang nya phi?" Gulf bertanya ketika mereka sampai di mobil Limosin yang menjemputnya mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
I CHOOSE YOU END
FanfictionSemua orang masih kaget dengan ucapan Mew, yang di jodohkan dengannya ada lah sulung dari keluarga kanawut bukan si bungsu. "Aku hanya akan menikah dengan Gulf, aku tidak akan menikah dengan anak keluarga kanawut kecuali dengan Gulf" Mew menatap Gu...