Kehidupan ketiga menjadi akhir yang adil bagi Athanasia De Alger Obelia.
Claude De Alger Obelia bersedia mengeluarkan banyak dana demi pesta penobatan yang mewah untuk Athanasia sebagai Putri Mahkota. Anastasius dan Zenith telah berhasil disingkirkan. Semua menganggap Claude dan Athanasia adalah pahlawan.
Athanasia yang sempurna. Dengan surai emas dan mata permata. Seorang Tuan Putri yang sangat pintar dan berani. Kecantikannya terkenal seantero Obelia, bahkan dua pemuda tampan pun bertekuk lutut dihadapannya.
Izekiel Alphaeus yang baru diangkat sebagai Duke Alphaeus, juga Lucas sang Penyihir Menara. Keduanya berusaha merebut cinta Athanasia. Pertarungan emosional itu pada akhirnya dimenangkan oleh Lucas.
Entah bagaimana cara Lucas bernegosiasi dengan Claude, pesta pernikahan Putri Athanasia dan Tuan Penyihir Lucas berlangsung sangat mewah. Izekiel hanya menatap kebahagiaan dua pasangan baru itu, menerima nasib menjadi sadboy dibawah seringai kemenangan Lucas.
Tanpa sadar Athanasia telah berbahagia diatas penderitaan orang lain.
Tapi siapa peduli? Pertarungan cinta memang harus menyisakan seseorang yang berakhir menyedihkan. Lagipula, Izekiel sudah merelakannya.
Putri Athanasia dan Lucas menghabiskan waktu di istana, sangat jarang keluar. Bahkan meski putrinya sudah menikah pun, Claude masih saja overprotektif terhadap putrinya. Mau bagaimana lagi, keduanya menikah diusia muda, Athanasia bahkan masih berusia 18 tahun. Itu normal dalam tradisi kerajaan. Lagipula, baik jiwa Athanasia ataupun Lucas sudah sama-sama dewasa.
Hingga, suatu hari di istana Emerald terjadi sebuah kehebohan kecil.
"Tuan Putri, ada sebuah surat dari Kerajaan Melviano," ujar Lily, menyampaikan surat tersebut pada sang Tuan Putri tercinta.
Kerajaan Melviano? Aku tidak pernah berhubungan dengan mereka. Hm ... Yah paling undangan basa-basi untuk hubungan politik. Siapa peduli, ayah tidak akan mengizinkanku menghadiri pesta dimanapun. Padahal statusku saat ini Putri Mahkota, tentu saja sosialisasi itu penting, batin Athanasia.
"Bakar sajalah, Lily!" Ujar Athanasia kesal, "ayah juga tidak akan mengizinkan,"
"Tapi, Tuan Putri, itu menyalahi aturan tata krama antar kerajaan. Membakar surat dari Kerajaan lain sama saja menghina kerajaan tersebut," ujar Lily.
"Memangnya kenapa? Tidak ada yang bisa menandingi Obelia, ayah juga biasa membakar surat dari kerajaan lain. Kalau terjadi perperangan pun akibat satu surat yang kubakar, itu salah ayah yang tidak pernah mengizinkanku ke luar!" Balas Athanasia, kembali sibuk dengan berkas-berkas kerajaan yang ditanganinya.
"Apa susahnya menuruti perintah Athanasia, nona pelayan? Jangan membuat istriku kesal," ujar Lucas yang sedang tiduran di sofa ruang kerja Istana Emerald.
Lily undur diri, mengikuti perintah Sang Tuan Putri. Entah sudah berapa banyak surat yang dia bakar akhir-akhir ini. Memang, Kaisar tidam mengizinkan Putri Mahkota keluar istana dengan alasan keselamatan. Tetapi, tetap saja membakar surat hanya karena kesal itu keterlaluan, terlalu sombong.
Tidak, di mata Lily, Tuan Putri Athanasia selalu terlihat sebagai sosok gadis baik hati yang begitu cantik dan bijaksana. Masalahnya, Lily merasakan firasat buruk kali ini. Firasat seorang ibu itu biasanya benar.
Lily memang belum menjadi ibu. Demi melayani Tuan Putri, Lily berkali-kali menunda lamaran Felix Rovein, ksatria tangan kanan Raja. Wajar saja, Athanasia dibesarkan oleh Lily seperti anak sendiri. Pasti sulit bagi Lily untuk melepas Athanasia, bahkan dengan kenyataan bahwa kini Tuan Putri kecil nya telah menikah.

KAMU SEDANG MEMBACA
JUSTICE
FanfictionKehidupan ketiga menjadi akhir yang adil bagi Athanasia De Alger Obelia. Namun, kebahagiaan membuat Athanasia lengah. Gadis itu tidak pernah menyadari, bahwa bahkan meski ada seseorang yang masih setia melindunginya, juga ada orang-orang yang akan m...