Beberapa waktu lalu saya mencoba kembali membaca cerita-cerita yang saya buat. Ketika baca ulang JUSTICE, saya sadar bahwa Anantya tidak mendapat keadilan di sini. Karena itu chapter 20 saya putuskan spesial untuk Anantya.
Happy Reading
...
Anantya POV
"TYAAA!!!"
Teriakan itu terdengar memilukan. Tapi aku sama sekali tidak bergeming. Aku telah memutuskan. Meskipun air mataku mengalir mendengar suara ibunya yang begitu putus asa, aku sudah memutuskan.
Ayah, apa dengan begini aku sudah menjadi anak yang baik?
Aku menusukkan belati tepat di jantung. Ah, rasanya menyakitkan. Darah mengalir deras, kesadaranku
mulai memudar. Aku merasakan sensasi seolah terjatuh ke jurang yang sangat dalam. Apa begini rasanya mati?"Anantya,"
Ah, suara siapa itu?
"Belum saatnya,"
Semakin dekat. Sebenarnya siapa yang berbicara?
"Pasti, terlalu berat untukmu ya?"
Siapa?
Cahaya yang begitu terang meraih tanganku, menyelamatkanku dari jurang kegelapan. Cahaya itu kemudian mendekapku. Begitu hangat. Rasanya seperti terlahir kembali.
Aku membuka mata perlahan. Sekeliling begitu terang. Angin lembut bertiup membelai tubuhku. Kuedarkan pandangan. Daun-daun kecil bercahaya melayang di sekitarku. Aku bangkit, mulai berjalan dengan langkah pelan. Ujung jariku menyentuh dauh-daun itu, penasaran. Cahayanya menyebar, membentuk layar hologram yang kosong.
Aku mengerenyitkan dahi, heran. Apa ini?
Kusentuh daun-daun lain. Hal yang sama kembali terjadi. Muncul layar hologram kosong dari daun-daun itu. Tidak ada petunjuk yang bisa kudapatkan dari layar-layar hologram itu. Aku menyerah, kembali bersandar ke batang pohon tempat aku tertidur tadi.
Tunggu, pohon?
Aku berbalik arah dan berjalan mundur agar bisa melihat dengan jelas pohon besar itu. Pohon itu diselimuti cahaya lembut. Daun-daunnya masih berterbangan. Rasanya, aku pernah melihatnya.
Mama!
Hal pertama yang terbesit di benakku adalah sosok seorang wanita bersurai pirang panjang dengan mata permata yang terlukis dalam potret besar di aula utama Istana Emerald. Potret itu dilukis berdasarkan pemandangan yang berhasil ditangkap oleh batu rekaman selama proses penobatan ibuku sebagai Putri Mahkota. Daun-daun bercahaya menjadi latar belakang potret. Orang-orang Obelia percaya bahwa penobatan ibuku sebagai Putri Mahkota diberkati oleh Pohon Dunia.
"Jadi ini adalah Pohon Dunia ..."
Aku tertegun sejenak, mengagumi keindahan pohon besar itu. Hembusan angin menjadi sedikit lebih kencang, membawa hawa berat di sekitarnya. Selagi otakku memutar kembali kilas balik sesaat sebelum ia 'mati', layar-layar hologram kosong itu mulai memunculkan gambar-gambar. Aku mendekati salah satu hologram yang menampilkan bayi yang baru lahir.
"Athanasia-"
Seorang wanita bersurai pirang bergelombang membisikkan nama untuk bayi itu. Tetapi salah satu pria di sampingnya yang bersurai senada langsung memperingati.
"Diana! Tolong jangan sembarangan!"
"Nama itu berarti keabadian. Hanya untuk penerus tahta, Diana. Hanya Tuan Putri yang boleh menggunakannya," kata pria itu panik menjelaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
JUSTICE
FanfictionKehidupan ketiga menjadi akhir yang adil bagi Athanasia De Alger Obelia. Namun, kebahagiaan membuat Athanasia lengah. Gadis itu tidak pernah menyadari, bahwa bahkan meski ada seseorang yang masih setia melindunginya, juga ada orang-orang yang akan m...