4

24 0 0
                                    

Clarissa sudah menyiapkan segalanya hari ini. Pakaian terbaik, wangi-wangian ternyaman, dan bahkan reservasi tempat. Belum cukup, ia sengaja memarkirkan mobil di paling ujung agar bisa berlama-lama dengan Malik.

Namun, sepertinya ia sedikit terlalu jauh.

Harusnya Clarissa tahu Malik adalah laki-laki yang tak menyukai apapun. Dan bodohnya ia, karena tak bisa menahan rasa gemasnya, wanita itu dengan gegabah mengambil gerakan yang membuat mood di meja makan itu hancur seketika. Malik memang menunggu, tapi wajahnya tak bisa bohong.

Merasa sudah harus sadar diri, Clarissa juga mempercepat kunyahannya dan untung saja ia berhasil mendapatkan persetujuan Malik untuk ikut pulang bersamanya. Wanita itu kini mencoba sedikit menahan diri, walau tetap saja tak bisa dipungkiri Clarissa beberapa kali curi-curi pandang ke arah lelaki tersebut, merasa ingin menenggelamkan Malik dalam peluk.

Nyaris saja mereka benar-benar memasuki mobil, Clarissa tak sengaja menangkap sesuatu yang mencurigakan. Penguntit, jelas sekali dari pergerakan pelaku dan korban yang jauh dari kata alami.

Bergerak cepat, Clarissa memilih menjadi lesbi untuk beberapa saat.

Rupanya strategi tersebut berhasil, si penguntit pergi. Mungkin dia juga menghindari identitasnya diketahui lantaran Clarissa meminta nomornya secara tidak langsung. Setelah itu, seorang gadis yang menjadi korban langsung menunduk berterima kasih berkali-kali, dan langsung mempercayai Clarissa untuk mengantarnya pulang.

"Ada yang luka? Kalo enggak, kamu langsung telfon orang rumah aja, biar mereka tahu sekarang kamu ada dimana."

Ah, sebenarnya Clarissa sangat terenyuh Malik bisa mengeluarkan sisi seperti ini. Tapi ia yakin perlakuan lembut Malik saja tidak akan pernah cukup untuk menyembuhkan trauma atau bayang-bayang yang dialami korban, dalam kasus ini stalking. Wanita itu dapat melihat si gadis yang masih tampak gemetar dan sepenuhnya waspada, bahkan posisi duduknya sudah sangat mepet ke pintu kiri agar dapat langsung keluar kalau saja Malik dan Clarissa ternyata adalah orang jahat.

Benar-benar menjijikkan. Menguntit seseorang.

Clarissa mencoba fokus pada jalanan, pegangan pada setir ia kuatkan untuk menahan dirinya tidak memaki si penguntit saat itu juga. Beberapa menit perjalanan terasa menyesakkan bagi wanita itu sampai akhirnya mereka berhasil menemukan rumah yang ditinggali sang gadis.

"Terima kasih, terima kasih banyak untuk pertolongannya. Ah, Kak Clarissa dan Kak Malik mau mampir sebentar ke dalam?" Si gadis, Sahara, masih menunduk dalam berkali-kali sembari menawarkan keduanya untuk singgah sebentar mengistirahatkan diri.

"Sebetulnya kami mau, tapi kami masih banyak urusan yang harus segera diselesaikan. Mungkin lain kali kita bisa bertemu lagi. Ah, di rumahmu ada orang, kan?" Clarissa menjawab sopan tawaran Sahara, yang dibalas anggukan semangat gadis itu. "Ada Ibu sama Bapak."

"Ya sudah kalau gitu, kami pamit, ya. Kamu tadi sudah tukaran kontak sama Malik, kan? Biar aku tanya dia aja. Nah, kami permisi, bye-byeee~~~~"

Setelah saling mengucap salam, keduanya kembali memasuki mobil dan melanjutkan perjalanan, kali ini menuju kediaman Malik Andhra.

"Saya ada beberapa foto yang diambil sewaktu kejadian. Saya kirim ke kamu, ya."

Clarissa mengangguk.

Malik langsung sibuk dengan ponselnya, namun kentara sekali ia melakukannya sembari mencuri pandang pada Clarissa.

"Kamu ... " Wanita itu terkejut ketika Malik tiba-tiba membuka mulut, lalu teringat kembali alasan mereka kini hanya berdua dan mendadak jantungnya dipacu kembali. "Kenapa?"

centimeters (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang