Important: Ini brand kosmetikmu, ya? *sends a photo*
Clarissa nyaris membanting ponselnya karena masih ada yang menghubungi setelah berkali-kali menerima pesan dari berbagai pihak seharian ini. Namun, ketika melihat nama yang tertera di sana, perempuan itu langsung bersikap seperti baru saja bangun pagi dan siap menerima hal baru selama sehari penuh.
Kalau Malik, urusannya beda.
Clarissa Ruby: Yap
Clarissa Ruby: Kamu beli?
Important: Kakak saya
Clarissa Ruby: Ooohhhh~~ semoga suka, ya! Kalau mau sampai-in review bisa langsung ke saya aja
Important: Kamu pemiliknya, kan? Emang boleh?
BOLEH. SANGAT BOLEH. TENTU SAJA BOLEH. KENAPA TIDAK.
Detik berikutnya perempuan itu menampar diri sendiri. Tenang. Perlahan.
Important: Nanti saya bilang
Clarissa Ruby: Sipp!!
Pria itu langsung offline.
Kemudian Clarissa memekik kesenangan sembari menginjakkan kakinya ke tanah bergantian, diikuti dengan wanita itu yang langsung memeluk ponselnya.
Astaga. Lucu. Gemas. Clarissa sudah tak tahan.
Perempuan itu tahu dalam memulai sebuah hubungan, tidak bisa langsung merasa dekat dengan cepat sekalipun ia mau. Mereka perlu mengenal, setidaknya untuk selangkah lebih jauh.
Seperti ketika ia bersekolah.
Tentu sebelum mengenal satu dikali satu, ia perlu tahu berapa hasil dari satu ditambah satu. Dan sebelum itu pun pasti ia sudah mengerti apa itu 'satu'. Mundur lagi, agar bisa menyebutkan angka 'satu', haruslah ia bisa memahami huruf-huruf alfabet dengan benar.
Semuanya terhubung dengan baik, dan jadilah dirinya yang sekarang.
Seperti ketika ia memulai di PlayGround, lalu TK, SD, SMP, SMA, dan berakhir jadi seseorang yang bisa mengajarkan itu semua ke generasi selanjutnya.
Semua memiliki fase, dan Clarissa harus jadi orang yang bisa menciptakan kapan waktunya mereka bisa bergerak ke Taman Kanak-Kanak dalam hal ini.
Meski hanya selangkah, meski harus menempuh waktu yang lama, mereka tetap berkembang.
Yah ... setidaknya itulah yang ia inginkan.
Jadi untuk sekarang, gadis itu berharap mereka bisa menikmati waktu di PlayGround bersama.
"Clarissaaaaa~~~"
Terkejut. Perempuan itu terkejut setengah mati.
"Slavia?"
"Yoooo ... " Seorang lelaki berambut perak berdiri di depan pintu ruang kerjanya, melambaikan tangan dengan semangat. "Lama gak ketemu, ya. Makin tinggi aja."
Clarissa spontan beranjak dengan antusias, kemudian setengah berlari untuk memeluk lelaki tersebut.
Slavia Lev tak lain tak bukan adalah kakak satu-satunya dari Illiana Lev, sang sepupu. Meski perbedaan usia mereka tak jauh, tapi Slavia seakan sudah menjadi figur dewasa bagi Clarissa. Perempuan yang lahir tanpa saudara kandung itu besar hanya dengan campur tangan ibunya, maka dari itu kehadiran Slavia dan Illiana mampu mengisi tempat kosong bernama 'saudara' di hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
centimeters (COMPLETED)
General Fiction"149 cm Malik dan 191 cm Clarissa, seperti apakah hubungan mereka dimulai?" ••• Pemilik rambut krem sepunggung itu tersenyum bodoh, sedangkan si penggemar jaket jeans hanya bisa mendengus setiap kali melangkahkan kaki. Mendambakan hidup yang menyena...