10

24 1 1
                                    

"Lo gak kuliah, Mar?" Malik melahap sebuah risol di atas meja. Damar memang memiliki jam khusus yang diminta sang dosen di hari libur. Hal ini terjadi karena guru tersebut begitu penasaran dengan pengetahuan agama yang lelaki itu miliki, hingga memohon jam konsultasi.

"Besok. Tadi Pak Ardi bilang mau jenguk ibu mertuanya."

"Ooh ... " balas lelaki itu singkat.

Soal Clarissa, ternyata perempuan itu tak bisa menyempatkan diri datang karena mendadak ada tamu penting yang harus ia sambut saat itu juga, dengan jadwal yang mendadak berubah. Wanita itu tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang tersaji di depan matanya, dan memilih menitipkan Malik pada Slavia.

Jadilah setelah mandi, ia pulang bersama Damar yang terus diberisiki Slavia.

Entah perasaan apa yang datang di pikirannya, ketika melihat jelas kedekatan yang berusaha diraih Slavia pada sang sahabat. Seperti ... ada sesuatu yang aneh.

Slavia sudah bukan sok akrab lagi, tapi rasanya ini agak terlalu janggal untuk orang yang hanya ingin "berteman" dengan orang lain.

•••

"Damar," jawab lelaki itu sopan.

Slavia tersenyum semringah, kemudian segera dihampirinya lelaki itu dengan langkah riang. "Halo. Saya Slavia. Udah tahu, belum, saya siapa?"

Damar sedikit terkejut ketika Slavia mendadak berlutut dan meraih kedua tangannya, dibawa ke depan dada.

Pun Malik yang melihat hal itu merasa baru saja menyaksikan hal yang mampu membuatnya terkejut seumur hidup.

"Sudah. Pemain basket Rusia."

"Ah, senangnya!" pekik pria itu dengan wajah bersemu. Malik membulatkan mata dengan mulut penuh roti melihatnya.

Ini adalah pemandangan teraneh yang pernah terjadi di depan matanya.

"Senang berkenalan sama kamu, Damar! Oh ya, nama kamu Damar aja? Gak ada nama panjang?"

"Damar ... Raditya."

"Kalau nomor hapemu?"

•••

Cukup. Malik tak sanggup lagi menceritakannya.

Rasanya aneh. Sangat aneh. Janggal. Mengganggu.

Sebetulnya lelaki itu sudah punya pikiran yang menjurus ke 'itu' ketika mengingat kembali tingkah Slavia yang tidak biasanya di depan Damar. Tapi bisa saja lelaki itu hanya merasa senang berada di dekat Damar, atau terpesona seperti kebanyakan orang. Atau Slavia baru saja menukar kepribadian gandanya. Atau pria itu kerasukan roh Pokemon dan menjadi segila Pikachu.

Tidak mungkin, kan ... Slavia menyukai laki-laki?

Apalagi ini Damar. Paling taat dari yang tertaat.

Ah, tidak mungkin. Sepertinya tidak. Ia yakin Slavia hanya punya beberapa kepribadian sekaligus yang secara ajaib bisa berganti sewaktu-waktu.

Tapi ... kalau iya ... entah bagaimana Damar akan menanggapinya.

Entah seputus asa apa perasaan yang nanti akan dirasakan Slavia.

centimeters (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang