"Jam tambahan?" Clarissa mengernyitkan dahi.
Aziz mengangguk.
"Malik, tuh, walaupun pinter, suka keteteran kalau di kelas. Jadi apa yang dijelasin kadang gak masuk ke otak dia, performanya pas lagi eksekusi langsung suka gak bagus. Jadi dia yang minta sendiri ke dosennya buat diadain jam tambahan, atau istilahnya konsultasi spesial gitu, loh."
Kesannya seperti Malik benar-benar melakukan hal itu, padahal Aziz hanya membual.
Clarissa menipiskan bibir. Aneh juga kasusnya. Tapi, ia tak terkejut, karena menurutnya kebanyakan siswa juga begitu. Saat di rumah otak mereka bekerja seperti tak ada hari esok, namun ketika tiba waktunya duduk mendengarkan guru di dalam kelas, rasanya pikiran mereka jatuh terperosok.
Hari ini hari Jum'at, dan memang tak mengherankan jika Malik memiliki beberapa jam tambahan.
•••
Tapi, esoknya juga. Bahkan hari Minggu pun, Malik tak ada di rumah.
Sementara perempuan itu kebingungan, dirinya dan Aziz sendiri kini sudah seperti teman dekat. Pada hari Sabtu kedatangannya yang kedua, Aziz menawarkan Clarissa untuk singgah sebentar, duduk berbincang di teras sembari meminum teh dan biskuit yang baru saja dibelinya dari minimarket terdekat. Mereka tak bicara banyak, namun Clarissa yakin Aziz adalah tipe pendengar dan penyulut topik yang hebat.
Hari Minggu kedatangan yang ketiga, pria itu bahkan menawarkan Clarissa untuk masuk ke dalam rumah. Memperkenalkannya pada Satya dan Farhan, bahkan Farhan bergerak kurang ajar meminta nomor ponselnya. Mereka langsung bertukar kontak hari itu juga, dan Clarissa diberikan alasan bahwa saat itu teman-teman Malik memang menginap beberapa hari di rumahnya, seperti pertemanan pada umumnya.
Dan karena Clarissa selalu datang di siang hari, maka mereka bisa dengan leluasa memberikan alasan bahwa Mina bekerja sampai malam, seperti biasa.
Karena selain tidak diperkenankan memberitahu siapapun, Malik juga berpesan untuk mereka tidak membicarakan bahkan satu kata pun mengenai keadaan Mina yang sekarang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Lelaki itu memang tidak suka masalah hidupnya diketahui banyak orang, dan itu berarti sampai sekarang Malik masih belum menganggap Clarissa wanita yang memiliki arti di hidupnya, setidaknya seujung kata 'teman'.
Dan naas, Clarissa tak mengetahui itu semua. Bergerak memarkir mobil lima hari berturut-turut di depan rumah sang pujaan hati, bertemu dengan salah satu teman pria itu dan mendapat berbagai alasan mengenai ketiadaan Malik di tempat. Pun ketika pada hari keempat kedatangannya Malik mendapat jatah libur, pria itu sepanjang hari hanya tertidur. Membuat baik Aziz, Satya, maupun Farhan hanya bisa bicara melindur.
Hal itu sedikit banyak menaruh kecurigaan pada Clarissa yang perlahan memilih mundur.
Perempuan itu memang bisa dikatakan bergerak terlalu cepat; ia sudah mengatakan mengenai kedatangannya melalui pesan, tapi Malik tidak menjawab. Beberapa hari ini, saking kacaunya situasi di restoran, membuat Malik tak punya pilihan selain membisukan semua kontak kecuali keempat temannya dan November, karena kebetulan dokter itu dapat akses untuk mengetahui perkembangan kondisi Mina di sana. Malik benar-benar sudah tidak peduli selain dengan sang kakak dan tumpukan hutangnya pada seorang pria.
Dan karena hal itu, Clarissa terus datang.
Datang, datang, dan datang, tak peduli berapa kali pun Aziz mengatakan yang dicari tak akan tayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
centimeters (COMPLETED)
General Fiction"149 cm Malik dan 191 cm Clarissa, seperti apakah hubungan mereka dimulai?" ••• Pemilik rambut krem sepunggung itu tersenyum bodoh, sedangkan si penggemar jaket jeans hanya bisa mendengus setiap kali melangkahkan kaki. Mendambakan hidup yang menyena...