27

1.1K 59 12
                                    

" Aku mencintaimu, meski bibir ini menampik hal itu"

______

Shanon sudah berada di hutan belakang sekolah. Ya, gadis itu benar benar berambisi untuk mencari jenazah Nino dan juga Bima. Meskipun memang kemungkinan ia menemukannya hanya 20 persen, tapi tak menutup kemungkinan hari ini adalah hari keberuntungannya.

Sudah cukup lama ia berada di sana, pun sudah cukup jauh ia masuk ke dalam hutan tapi tanda tanda keberadaan jenazah temannya itu tak juga ditemukan. Ia mulai frustasi saat rasa penat sudah sangat ia rasakan.

Huh benar benar melelahkan. Jarum jam bahkan sudah menunjukkan pukul 5 sore. Bayangkan, dari pukul 10 pagi hingga pukul 5 sore ia menyusuri hutan sendirian! Berbekal handphone di tangannya ia bertekad membuktikan firasatnya.

"Hufft anjir capek banget! Matahari akan tenggelam kalo gue balik terlalu larut nanti Shena akan curiga. Tapi gue ga bisa balik tanpa menemukan jasad mereka. Gue yakin jasad mereka masih ada di hutan ini" monolognya yakin.

Mengapa Shanon begitu yakin jika jasad Nino dan Bima ada di dalam hutan belakang sekolah? Itu karena bukti terakhir yang ditemukan polisi ada di sana. Mobil Nino terakhir ditemukan terparkir di dalam hutan.

Shanon mengingat ingat dimana tempat mobil Nino terparkir. Hingga akhirnya ia sadar, tempat itu sudah di lewatinya tadi. Ah mungkin ia kurang teliti pikirnya begitu. Alhasil ia pun kembali ke tempat tersebut dan menyusuri sekitar tempat tersebut lebih detail lagi.

Hampir tiga puluh menit ia kelimpungan mencari bukti di tempat tersebut. Namun tak juga setitik jawaban itu terlihat. Saat gadis itu merasa putus asa dan hampir pergi dari tempat tersebut, ia menyadari di depan sana terdapat jurang. Oh shit mengapa ia baru menyadarinya?!

Jurang itu mungkin berjarak hampir 1 kilometer dari tempatnya berdiri. Ia segera berlari menuju jurang yang ia yakini ada di depan sana.

Hari mulai gelap, sementara Shanon masih terus berlari untuk mencari bukti. Sesampainya di sana, ia membuang nafas panjang. Melihat jurang yang sepertinya cukup dalam tersaji di depan mata.

Langit sudah gelap jadi tak ada cahaya yang menyinari hutan tersebut, alhasil Shanon hanya menggunakan senter handphone sebagai penerangnya.

"Sial!! Gue rasa di dasar jurang itulah mayat mereka berada! Tapi gimana caranya gue,-"

Duk!!!

"ARRRGHHHHHH TOLONGGG!!!" teriak Shanon.

Shit!!

Tanpa sengaja shanon tersandung batu yang ada di depannya. Hingga ia jatuh dan tubuhnya terguling ke dalam jurang. Gadis itu spontan teriak dengan suara kencang, tubuhnya terus berguling guling masuk menuju dasar jurang. Entah apa yang akan terjadi nantinya yang jelas Shanon cukup pintar dalam berusaha melindungi diri. Kedua tangannya ia taruh menutupi bagian kepala agar tak terjadi luka serius.

Dep!!

Tubuh Shanon berhenti berguling tertubruk ranting pohon yang cukup besar, perlahan ia mulai membuka tangannya dan membuka matanya. Huh untunglah gadis itu masih di beri keselamatan walau memang kepalanya terasa sangat pusing, punggungnya terasa sangat nyeri, dan belum lagi beberapa luka baret yang ada di tangan dan wajahnya.

Shanon berusaha bangun dan menyadari bahwa ia tak sampai dasar jurang karena terhalang ranting kayu ini. Oh God, syukurlah. Untungnya juga handphone miliknya tak sampai hilang. Ia erat menggenggamnya tadi.

Gadis itu kembali menyalakan senter handphonenya, menyorot ke arah dasar jurang yang letaknya tak lagi jauh dari tempatnya saat ini. Mulutnya menga-nga lebar dan spontan berteriak saat ia melihat beberapa tikus di bawah sana memakan daging yang bentuknya seperti tangan manusia.

SHENA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang