Tentang Sejarah

112 70 20
                                    

Hallo, sebelumnya terima kasih karena mau mampir dan membaca cerita saya. Saya harap, kalian juga mau untuk memberikan vote dan komentar.

Apabila ada kesalahan di penulisan saya, saya meminta maaf atas kesalahan tersebut. Sebenarnya sudah saya perbaiki, hanya saja ... Saya memperbaiki di aplikasi Ms Word, bukan di Wattpad. Karena jika saya perbaiki di Wattpad, komentarnya akan hilang.

 Karena jika saya perbaiki di Wattpad, komentarnya akan hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih atas perhatiannya.
Selamat membaca (◠‿・)













Ujian telah berakhir dua hari yang lalu. Namun, sekolah mengadakan adanya tes tertulis mengenai sejarah Indonesia. Bisa berupa peperangan, atau yang lainnya. Tujuannya, agar seluruh siswa di sekolah ini bisa mengerti dan memahami betapa kerasnya perjuangan para pahlawan terdahulu.
T

ujuan lain, agar seluruh siswa bisa meniru dan mencontoh sisi baik dari para pahlawan.

Siswa dari kelas 7 hingga kelas 9, mengerjakan tes tersebut di kelas masing-masing. Dengan materi yang telah diajarkan oleh bapak, ibu guru sesuai dengan kelasnya. Tapi, dengan syarat yang hampir mirip seperti syarat pada tes lainnya. Adanya pengawas, juga larangan keras untuk mencontek.

"Aelah, sejarah susah amat, panjang lebar kayak beban hidup aja" gerutu Devan menyandarkan punggungnya ke kursi, ia meremas bolpoin yang ada di tangan kirinya.

Devan tidak sadar jika ada pak Deny sebagai pengawas berada di belakangnya. Pak Deny tentu tahu dan mendengar gerak-gerik siswa siswinya yang berada di dalam kelas.

"Oh, iya. Ujian telah berakhir dan sekarang tes pelajaran sejarah?" Tanya pak Deny pada semuanya.

Deka yang berada tidak jauh dari Devan pun menyahut. "Iya, pak.

"Wah, jadi teringat bapak saya dulu ikut perang," pak Deny melepas kacamatanya, memasukkan ke dalam saku bajunya.

"Loh? Serius, pak?!" Pekik Gallen yang dengan cepat menoleh ke arah belakang, di mana pak Deny masih setia berdiri di belakang Devan.

"Iyaa, dong." Pak Deny berjalan ke depan sembari mengingat masa-masa dahulu, beliau pernah diceritakan oleh sang ayah. "Dulu, bapak saya pernah berkata, "perang memanglah susah, terlebih senjata kita pada masa itu masih berbekal sebilah bambu yang diruncingkan ujungnya. Indonesia dijajah sangat lama. Bahkan sampai Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya pun, Indonesia masih dijajah." Dan hingga saat ini pun masih.." lanjutnya.

"Ha? Kita dijajah sama negara mana, pak?" Seorang siswi yang duduknya berada paling depan, tepatnya di depan meja pengawas, bertanya.

Power Actuator  (Terbit ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang