Hey, Jakarta

124 61 88
                                    

Hallo, sebelumnya terima kasih karena mau mampir dan membaca cerita saya. Saya harap, kalian juga mau untuk memberikan vote dan komentar.

Apabila ada kesalahan di penulisan saya, saya meminta maaf atas kesalahan tersebut. Sebenarnya sudah saya perbaiki, hanya saja ... Saya memperbaiki di aplikasi Ms Word, bukan di Wattpad. Karena jika saya perbaiki di Wattpad, komentarnya akan hilang.

Terima kasih atas perhatiannya.
Selamat membaca (◠‿・)








Hallo, hallo!!
Ini aku kesannya kayak cuek banget ya, jadi author. Ga pernah nyapa, ga pernah mempersilakan untuk membaca, hmm...

Tapi, ya sudah.
Selamat membaca semuanyaa ( ◜‿◝ )♡

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi ini, sebelum pukul 10.00. Deka, keluarga, dan temannya sudah menunggu di terminal bus. Mereka menanti bus yang akan ditumpangi oleh Deka ke Jakarta.

"Ka, kamu yang mau berangkat. Tapi kok aku yang sedih," ujar Gallen di tengah keheningan.

"Hahaha, padahal Dekanya udah tenang," sahut Liam dengan tawa khasnya.

"Nanti ketemu lagi kok," Deka menepuk punggung Gallen pelan, seakan memastikan bahwa mereka akan bertemu kembali nantinya.

"Padahal emang masih ketemu," batin Fathir yang sibuk memainkan ponselnya.

"Hai, Ka. Sudah lama menunggu?"

Seseorang menghampiri dan menyapa Deka. Pria berpakaian rapi, tapi masih dengan gaya santai ala liburan. Pria ini adalah pak Brian, kepala sekolah Deka yang akan mengantar sekaligus membantu Deka mengenal Jakarta dan sekolahnya nanti.

Deka yang menyadari akan kehadiran pak Brian segera berdiri dan membungkuk. Kemudian ia tersenyum sembari mencium punggung tangan pak Brian.

"Udah siap?" Pak Brian mengusap kepala Deka seraya tersenyum, kumis tipisnya terpampang.

"Insyaallah, siap, Pak." Balas Deka.

"Tapi, saya yang gak siap, Pak," celetuk Kalil yang mengikuti Deka mencium punggung tangan pak Brian.

"Loh, kok malah kamu?" 

"Kan nanti bakal jarang ketemu Deka, Pak. Sebagai teman sejati, pasti kangen lah," balas Kalil. Teman sejati katanya.

Tanpa sepengetahuan Deka, karena Deka masih mendengarkan bisikan orang tuanya. Fathir mengedipkan sebelah matanya pada pak Brian. Bukan mengapa, tapi kode seperti ini biasanya untuk membohongi atau mengelabuhi sesuatu. Fathir meminta pak Brian untuk pura-pura mengiyakan saja.

Power Actuator  (Terbit ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang