Maaf, ya

6 3 0
                                    

Wuhuu, up lagii!! Hari ini up beberapa bab sekaligus, lhoo. Ayo, jangan lupa vote dan komennya. Matcha tunggu, kok.

Kalau ada yang salah, bisa langsung diingatkan, ya!

-Selamat Membaca-
Salam ceria dari Matcha
(◍•ᴗ•◍)❤






"Pokoknya aku gak suka, ya, Kak! Kakak itu sadar ga, sih. Zellia itu suka sama kakak, bahkan dari awal dia pindahan ke sini waktu masih kelas 10. Aku temannya, dan aku tahu persis gimana gerak-gerik dia. Dan tanpa kakak tahu, dia sering fotoin kakak diem-diem, sering ceritain kakak ke aku. Dia gak tahu kalau kita pacaran, Kak. Mau sampai kapan kayak gini. Aku, aku udah sabar buat ga emosi, mau gimana pun dia temenku. Tapi, makin ke sini makin buat aku emosi, Kak. Aku gak suka ..." cecar Arisha terisak. Matanya mulai sembab mengeluarkan air matanya.

Deka tidak tahan melihat kekasihnya yang menangis, cowok itu segera mengusap air mata Arisah sebelum benar-benar akan membasahi pipinya. Ia tersenyum tipis, berusaha menenangkan Arisha yang sepertinya masih ada sisa-sisa emosi.

"Ssuut. Udah, dong. Kakak udah gapapa, maafin kakak, ya? Kakak selama ini ga peka. Kakak gak tahu, ya ... sebenarnya pernah menduga, tapi kakak ga mau suudzon, Na. Nanti kalau kakak ngira seperti itu bakal salah lagi, kamu bakal ngira kalau kakak suka sama dia juga karena kakak tahu kalau dia suka sama kakak," balas Deka setenang mungkin. Ia memegang bahu Arisha yang masih bergetar lemah.

"Tapi, Kak ... kenapa kakak ga kasarin dia? Kenapa kakak ga usir dia atau tepis dia biar dia menjauh? Perlakuan kakak itu yang bikin semua cewek pada suka. Kakak ga suka kasarin cewek, kakak lemah lembut, perhatian, dan peka. Gimana ga baper coba," cicit Arisha.

Gadis itu menyandarkan kepalanya di dada Deka, memeluknya dengan erat seakan tidak terima jika ada wanita lain yang berani memeluk Deka. Terkecuali dirinya dan keluarga ataupun teman terdekat Deka saja. Arisha tidak pernah marah saat Deka bersenda gurau dan dekat dengan kedua teman cewek terdekat, siapa lagi kalau bukan Devi dan Clara. Tapi, ia yakin bahwa Devi juga memiliki seorang kekasih. Itulah sebabnya, ia membiarkan saja.

"Cemburu, ya, hm?" goda Deka menatap intens netra hitam kecoklatan milik Arisha. Sepasang mata yang membuatnya kagum dan ingin memandanginya setiap saat. Apalagi, matanya yang masih berlinang air mata membuatnya semakin gemas.

"Gak!" Arisha mendorong wajah Deka untuk menjauh dari wajahnya.

"Jangan bohong, Na, nanti jadi Pinokio," ujar Deka diselingi tawanya.

"Apa, sih! Gak usah bikin kesel, kamu kebanyakan main sama si Kolil jadinya seperti ini!" dengkus Arisha. Gadis itu melembungkan pipinya dan memalingkan wajahnya.

"Kok Kolil? Namanya Kalil, Na. Ga boleh asal panggil orang yang bukan nama aslinya, ya?" Deka menarik badan Arisha untuk lebih dekat dengannya, kemudian ia rangkul.

"Jangan gitu lagi, oke? Ga baik. Kamu mau, kalau dipanggil kayak gitu. Gak mau, kan?" Deka menyisir rambut Arisha dengan jari-jari tangannya. Rambut Arisha sangat lembut dan juga wangi, membuat Deka ingin mengendusnya lagi dan lagi, tanpa henti.

"Rambut kamu wangi banget, panjang lagi. Gak mau dipotong? Atau mau dipanjangkan lagi jadi seperti Rapunzel? Tapi, Rapunzel rambutnya pirang. Kamu hitam. Jangan disemir, ya, aku suka rambut hitam kamu. Rambutnya segini aja, jangan dipanjangkan lagi, nanti kamu gerah." Deka bergumam, tapi sama sekali tidak didengarkan oleh Arisha.

Merasa tidak direspon, Deka melihat wajah kekasihnya. Matanya sayup-sayup ingin terpejam, mungkin terlalu banyak menangis membuatnya mengantuk. Pesta ulang tahunnya menjadi kacau dan tak seperti yang diharapkannya. Deka juga yang meminta maaf padanya, meski bukan sepenuhnya salah Deka.

Power Actuator  (Terbit ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang