Diamuk Clara

25 7 10
                                    

Halloo, setelah sekian lama aku ga update, akhirnya update juga. Agak lama ya, sekitar hampir satu bulan, wkwk.
Tapi gapapa kan ya? Nanti kalau udah ga terlalu sibuk bakal diusahakan buat sering up kok.

Pokoknya, jangan bosan-bosan baca cerita ini, ya! Jangan bosen lihat kelakuannya Deka CS, apalagi Kalil. Walaupun ceritanya masih kaku hehe

Happy reading, Brosist!
Don't forget to vote and comment (~ ̄³ ̄)~










Setelah Kalil berpamitan, ia pulang. Ia merasa tidak enak karena sudah beberapa kali ditelepon oleh teman-temannya yang mungkin khawatir dengan dirinya.

Ia bergegas untuk pulang, tapi teringat pesan neneknya untuk mampir ke rumah nenek. Tanpa izin lagi, ia akhirnya memutuskan untuk langsung pergi ke rumah neneknya—Nenek Damian.

Memasuki area gang, ia berusaha mencari rumah neneknya. Entah kenangan dari mana, ia seperti tidak asing dengan tempat ini. Apakah ia pernah ke mari? Jika iya, itu karena ia masih balita. Ia belum terlalu mengingatnya, tapi rasanya waktu hanya beberapa tahun yang lalu.

"Permisi, nyari siapa, Kak?" celetuk Seorang gadis yang menbuyarkan pikiran Kalil.

Kalil menoleh ke arah sumber suara. Seorang gadis dengan kaos putih, celana jeans, dan rambut coklat digerai. Cantik.

"Eh? Lagi nyari nenek, nih! Nenek Damian. Kenal gak?" balasnya juga bertanya.

Gadis itu tersenyum. Oh, senyumnya manis sekali, terlihat dimplenya yang berada di kedua pipi itu. Matanya menyipit ikut tersenyum.

"Kenal dong. Dia nenek aku. Kakak siapanya, ya? Kok aku gak kenal?"

Kalil terkejut. Ia tidak tahu jika nenek mempunyai cucu lain. Mengapa tadi tidak bercerita?

"Ya, iyalah ga kenal. Orang aku aja kayaknya pas ke sini baru umur 2 tahun. Gimana kamu? Embrio aja belum jadi, mungkin," ucap Kalil dalam hati.

"Aku Kalil, cucunya nenek Damian yang paling ganteng," ucapnya dengan percaya diri.

"Hih, masih gantengan kak Jarrel deh!" kesal gadis itu.

Mendengar namanya, lagi-lagi Kalil terkejut. Ia membelalakkan matanya dan membuka mulutnya tidak percaya.

"Jarrel? Jangan bilang ...."

"Jarrel siapa lagi deh?" Kalil berpura-pura mengerutkan keningnya karena penasaran. Meskipun di lubuk hatinya, ia mulai berperasaan aneh.

"Jarrel tuh cucunya nenek Damian juga, dia anaknya tante Caca," jelas gadis itu.

Kalil hanya manggut-manggut saja, tidak ingin penasaran lebih tentang Jarrel. Nama Jarrel banyak ditemukan di belahan dunia atau bahkan Jarrel itu adalah Jarrel yang satu sekolah dengan dia.

"Naya!" seruan dari seorang wanita paruh baya terdengar.

Si pemilik nama lantas menoleh dan menyahutinya. "Iya, Nek?"

"Masuk!" pintanya lagi.

Kalil yang merasa tidak asing, langsung saja bertanya pada gadis yang bernama Naya itu. "Itu nenek Damian bukan?"

Naya menoleh, hanya karena seruan dari sang nenek, ia hampir melupakan keberadaan Kalil di sana.

"Iya, itu nenek. Ayo, masuk!" Tanpa ia meminta pada Kalil, ia sudah lebih dulu menggandeng tangannya.

"Assalamualaikum ...," ucap Kalil saat memasuki rumah.

Pandangannya ia edarkan ke seluruh isi rumah. Sepi dan terasa adem. Padahal hanya rumah biasa yang terletak di ibukota.

Power Actuator  (Terbit ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang