Demo dan Ancaman

12 2 0
                                    

-Selamat Membaca-
Salam ceria dari Matcha
(◍•ᴗ•◍)❤





Penolakan semakin bertambah, banyaknya komentar negatif memenuhi laman web pendapat Deka. Sang pemilik pendapat mulai dibuat kebingungan. Harus apa dan bagaimana. Ditambah lagi dengan kasus Aldeir Charge yang semakin rumit, banyak perusahaan yang mengklaimnya.

Deka dibuat dilema dengan situasi saat ini. Antara ia harus memperebutkan kembali kepemilikan Aldeir Charge atau melepaskan dan mengikhlaskannya. Antara harus memilih diam mengalah dengan penolakan atau beraksi tanpa melihat adanya penolakan.

Deka memandang layar kontrol CCTV, keningnya mengerut ketika melihat sekumpulan orang berjalan menuju gerbang perusahaannya. Lantas, ia beranjak dan melihatnya dari lantai atas.

Benar. Banyak orang mendatangi perusahaannya, beberapa dari mereka membawa spanduk yang bertuliskan, "Hancurkan Gedung Ini! Bawa Deka Menjauh!"

Melihat isi spanduk itu, membuat Deka geram. Matanya melotot tidak percaya. Sebesar inikah pengaruh pendapatnya kemarin? Ia hanya mengutarakan saja, tanpa niat adanya demo dan pengeroyokan. Bahkan, dalam opininya kemarin, Deka menuliskan untuk merundingkannya secara damai dan baik. Tidak perlu koar-koar.

Gallen masuk ke ruangan Deka. Pintunya terbuka lebar, menimbulkan bunyi yang cukup keras. Deka yang ada di luar ruangan, seperti balkon, segera berlari menuju ruangannya.

Melihat Gallen yang tergesa-gesa dengan napasnya yang menggebu, Deka bertanya. "Ada apa ini?"

"Huh ... gawat, Ka! Mereka udah gedor-gedor gerbang, mau masuk!" pekiknya, panik.

Deka tahu. Pria itu juga turut panik melihatnya. Begitu juga dengan Gallen. Beberapa pekerja mulai gelisah, antara mau keluar mengusirnya atau bersembunyi melindungi diri.

Tiba-tiba saja Fathir dan Clara masuk, membawa beberapa kertas yang dilipat asal, ada juga yang hanya diremas. Penasaran dengan isinya, Deka mengambil salah satu kertas itu.

Dilihat beberapa ancaman tertulis di sana. Deka yakin, ancaman itu berasal dari para perancang robot ataupun penggunanya. Merasa bahwa ini tidak benar, Deka segera ke luar menemui mereka. Tidak peduli teriakan Gallen yang menggema.

Deka berlari, menuruni tangga yang panjang dan berkelok. Lelah, tentunya. Namun, karena tidak sabar, Deka hanya pasrah. Semakin mempercepat langkahnya, hingga ia terjatuh dan berguling menuruni tangga.

"Agrhh!" erang Deka keras.

Beberapa pekerja yang berada di sekitar tangga dengan sigap menyiapkan diri untuk menahan badan Deka. Pertama yang mereka selamatkan adalah kepala Deka, untuk saat ini mereka tidak mengindahkan bahwa Deka atasannya. Yang terpenting keselamatan Deka yang paling utama.

Salah satu pekerja yang menahan badan Deka bertanya, "Tuan, tidak apa-apa?"

Deka mengangguk, hendak berdiri dan merapikan pakaiannya yang berantakan. Meski seluruh tubuhnya terasa sakit dan pegal, Deka tidak memedulikannya. Pria dengan jas kantor merah itu segera berlari menuju gerbang perusahaannya.

Devi melihat Deka ke luar, sedikit tentang karena sejak tadi Devi lah yang menenangkan mereka. Menghampiri Deka dan menariknya untuk pergi ke sudut tempat yang lebih tinggi. Di sana ada mikrofon, biasanya untuk pengumuman bagi para pekerja.

Power Actuator  (Terbit ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang