Kejutan untuk Deka

44 13 28
                                    

Hallo, sebelumnya terima kasih karena mau mampir dan membaca cerita saya. Saya harap, kalian juga mau untuk memberikan vote dan komentar.

Apabila ada kesalahan di penulisan saya, saya meminta maaf atas kesalahan tersebut. Sebenarnya sudah saya perbaiki, hanya saja ... Saya memperbaiki di aplikasi Ms Word, bukan di Wattpad. Karena jika saya perbaiki di Wattpad, komentarnya akan hilang.

 Karena jika saya perbaiki di Wattpad, komentarnya akan hilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih atas perhatiannya.
Selamat membaca (◠‿・)









Kalian tidak tahu, apa isi dalam chapter ini. Maka dari itu, bacalah!

Jangan lupa vote dan komennya. Agar penulis amatir ini bisa lebih semangat nulisnya. Kalau ga kepincut bau soto sama bakso aja sih ... Aman.

Happy maos, brosist!







Hari ini, untuk pertama kalinya Deka akan menginjakkan kakinya ke sekolah yang selama ini ia tuju. Sekolah yang disarankan oleh pak Brian.

Gerbang sekolah masih terbuka lebar. Suasana di dalamnya masih sepi bagai tak berpenghuni. Hanya segelintir anak yang berlalu lalang mengelilingi area sekolah.

Deka mengedarkan pandangannya ke sana ke mari, melihat adakah orang yang bisa membantunya?

Deka berjalan dengan langkah pelan. Memasuki area sekolah yang luas nan megah bak istana kerajaan. Pepohonan rindang yang berjajar di sekitar lapangan.

"Hai, nak. Apa yang sedang kamu cari di sini? Ayo, masuk." Salah satu satpam yang dari tadi melihat gerak-gerik Deka yang kebingungan, menghampiri Deka. Ia bertanya sekaligus mengajak Deka untuk masuk ke dalam area sekolah.

Deka langsung menoleh ke sumber suara, dan ternyata pak satpam itu sudah berdiri di samping kirinya dengan seragam khas seorang satpam. Hampir mirip dengan seragam anak sekolah SMP.

"Ah, iya. Saya Deka, pak. Murid dari Jawa yang hendak bersekolah di sini. Saya masih sedikit bingung dan ragu dengan sekolah ini," tuturnya pada pak satpam. Tidak lupa, sebelum itu ia sudah mencium punggung tangan pak satpam selayaknya guru dan orang tua.

"Apa yang kamu ragukan?" tanya pak satpam menuntun Deka ke pos satpamnya.

Deka menurut, melangkahkan kakinya mengikuti pak satpam di belakang. "Heum, apa ya? Sebenarnya saya bukan ragu yang meragukan sih. Saya ragu, saya tidak betah di sini. Apalagi tanpa teman saya dari Jawa. Pasti asing. Takutnya nanti saya terlalu gaptek," tuturnya.

Mereka duduk di sebuah bangku yang berada tepat di depan pos satpam. Beberapa anak memang sudah mulai masuk, tapi Deka masih berniat untuk duduk bersama pak satpam. Sesekali ia bertanya dan bercanda.

Power Actuator  (Terbit ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang