Dekaku yang Malang

13 3 0
                                    

Tidak henti-hentinya aku ingatkan untuk selalu vote dan komen ...

-Selamat Membaca-
Salam ceria dari Matcha
(◍•ᴗ•◍)❤








Sapaan pagi menyambut Deka dan temannya saat masuk ke gerbang sekolah. Dari kejauhan, banyak siswi yang berteriak menyebut nama Merdeka Indonesia. Hal ini termasuk hal yang biasa, memang banyak orang yang menyukai Deka. Entah dari ketampanannya atau kepintarannya. Perhatian Deka tentu tidak luput dari rasa kagum para siswi.

Deka menggendong tasnya di pundak sebelah, sebelahnya lagi membawa sebuah karpet dari rumah. Karpet itu sengaja ia bawa karena katanya, pagi ini akan ada acara makan bersama. Maka, ia berinisiatif membawanya sendiri.

Selama Deka berjalan, ia selalu mengedarkan pandangannya ke seluruh lapangan, mencari keberadaan kekasihnya, apakah sudah berangkat atau tidak. Atensi Deka bertemu dengan Zellia. Gadis yang sempat mengacaukan pesta ulang tahun Arisha.

Rasa malas terlihat dari tatapan Deka. Namun, Deka tidak menunjukkan secara langsung. Hanya tersenyum tipis saat Zellia menghampirinya.

"Hai, Deka!" ucapnya menyapa Deka. Senyuman mengembang dari wajah cantiknya. Ekhem, lebih cantik Arisha kalau menurut Deka.

Gadis itu segera meraih tangan Deka, lalu menggenggamnya kuat. Kesempatan ini ia gunakan untuk mendekati Deka karena Arisha tidak berangkat ke sekolah, masih berlibur di rumah neneknya.

"Lepas, Zel. Aku ga mau kasar lagi ke kamu," ujar Deka selembut mungkin, berusaha melepas genggaman tangan Zellia.

Fathir yang orangnya emosian, meski pendiam, segera menarik paksa tangan Zellia. "Gak usah buat orang emosi pagi-pagi, Zel. Jangan sampai Deka ngasarin kamu lagi kayak kemarin," katanya, penuh penekanan.

Bukannya menjauh, Zellia menantang Fathir dengan senyum miringnya. "Emangnya aku takut? Mumpung di sekolah, aku bisa aduin ke kepala sekolah. Deka yang biasanya lembut ke cewek, sekarang mulai kasar dan tidak memegang prinsipnya lagi."

"Deka, minggir aja dulu. Masuk ke kelas!" perintah Fathir tanpa melirik Deka.

Deka yang seperti paham, langsung bergegas masuk ke dalam kelas. Disusul Gallen dan Kalil. Tidak ada Clara dan Devi karena mereka harus mampir ke minimarket dulu untuk membeli kebutuhan wanita. Bayangkan jika mereka ada, sudah pasti Zellia akan kena omel oleh Devi dan Clara.

"Deka, ih! Kok ninggalin, sih!" Zellia ingin mengejar Deka, namun pergelangan tangannya dicekal oleh Fathir. Fathir sedikit menarik Zellia untuk menjauh dan mengantarkannya ke kelas–sekelas dengan Arisha.

Saat tiba di depan kelas, Deka dicegah oleh salah satu teman sekelasnya. Namanya Donny, cowok yang rambutnya tebal dan panjang, jarang sekali dipotong. Maunya dipotongin sama guru BK.

"Eit, Ka, pinjam badanmu boleh?" sela Donny di ambang pintu.

Deka mengerutkan keningnya, apa maksudnya ini. "Ha?" Hanya itu yang ia ucapkan. Wajahnya memasang kebingungan.

"Mau foto sama kamu, boleh?" Izinnya pada Deka.

Deka mengangguk. Toh, hanya foto saja, kan?

"Ayo, mau di mana?" Deka menyetujui saja. Tidak merasa keberatan.

"Di lantai atas, tepatnya di rooftop sekolah."

Mendengar jawaban dari Donny, membuat Gallen merasa tidak enak. Ada suatu hal yang ia khawatirkan. Gallen cukup peka, cowok yang biasa menyelipkan bahasa Inggris di setiap ucapannya itu mempunyai feeling buruk.

Kalil yang tahu dari raut wajah Gallen segera menyenggol lengan Deka pelan. Kalil berada di belakangnya, jadi lebih mudah untuk menarik baju seragamnya juga. "Ka, jangan ikut," bisiknya.

Power Actuator  (Terbit ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang