Bagian Satu

5K 171 4
                                    

Aku patung bagimu.~ Raisa

Raisa baru tiba dari Jogjakarta, ia sengaja memberi kejutan kepada Albar dengan tanpa memberi tahu kedatangannya saat liburan semester. Namun ia begitu terkejut melihat pemandangan didepan matanya. Albar duduk di pelaminan bersama perempuan lain yang ia kenal.

Menikah dengan keluarga pemilik sebuah pondok pesantren, pastilah tidak jauh dengan istilah poligami dan semua itu adalah hal yang wajar.

Raisa terduduk lemas didepan gerbang pesantren. Ia hanya menundukkan kepalanya demi menyembunyikan tangisannya. Tak berapa lama ia segera menyelinap di kerumunan dan segera masuk ke sebuah rumah.

"Sudah sampai Nok?" Hafizah ibu mertuanya menghampirinya.

"Iya umi. Raisa mau masuk kamar dulu." Raisa segera memasuki kamarnya.

Kamar ini adalah kamar Lukman, suami pertamanya, kembaran Albar. Kamar yang menjadi saksi bisu atas kepedihan pengantin muda yang didiamkan oleh suaminya, ditinggal pergi dihari ketujuh pernikahan ke Amerika. Kemudian suaminya kembali dalam keadaan tak bernyawa diantar oleh perempuan yang mengaku sebagai istrinya dan sedang mengandung.

Wanita rivalnya itu adalah Azizah, wanita dan cinta pertama Lukman. Dan juga menjadi istri kedua Albar. Albar menikahinya dengan alasan menyelamatkan putranya. Sementara Albar menikah dengan Raisa dengan alasan menyelamatkan status Raisa yang menjanda diusia muda dan sempat depresi ringan dengan pernikahannya.

Dan kali ini, Albar menikah dengan Hasya, wanita yang sangat dicintai oleh Albar. Raisa duduk di tepian ranjang, memandang foto Lukman.

"Kenapa harus aku?" Raisa menangis lirih memandang foto suaminya itu.

"Apa aku begitu buruk sehingga semuanya tidak ada yang mencintaiku?" Raisa meremas bajunya.

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Raisa tak keluar kamar semenjak kedatangannya. Ia semalaman menangis, membayangkan Albar bermesaraan dengan Hasya. Ia hanya memakan makanan yang ia bawa untuk Albar.

Jam delapan pagi Raisa keluar. Hafizah terlihat membereskan beberapa bekas hajatan yang digelar kemarin. Raisa mendekati mertuanya.

"Umi, Raisa mau pulang ke Jogja sore ini ya. Tadi teman Raisa mengajak Raisa pergi ke Bogor, mau jadi relawan." Raisa menatap semua barang -barang yang berserakan.

"Sudah bertemu Albar?" Hafizah menatap wajah sendu Raisa.

"Semalam Raisa sudah WA" Raisa berbohong.

Selama tiga tahun, Albar tidak pernah mengirim pesan untuknya. Membalas pesan dari Raisa pun tidak. Menjawab telepon Raisa juga tidak.

Raisa enggan membantu mertuanya. Rasa sakit yang menderanya telah meracuni rasa kemanusiaannya.

"Kamu sudah pulang?" Albar datang dan menatap Raisa yang menurutnya berbeda dari pertemuan terakhir mereka.

"Sore ini saya mau pulang ke Jogja. Hanya mampir." Raisa berbohong.

Berbohong adalah kebiasaanya saat bertemu dengan Albar. Jika ia jujur belum tentu Albar mau mendengarnya.

Hafizah meninggalkan keduanya. Raisa menuju dapur dan mencari makanan. Ia melihat ada sisa rawon yang ada dipanci. Ia melihat banyak barang berserakan. Akhirnya ia menggulung lengan bajunya ke atas, kemudian ia melepas hijab nya karena berencana makan dan bersih-bersih.

Albar terkejut, melihat Raisa tanpa hijab. Raisa begitu cantik, kulitnya putih, hidungnya mancung dan tak lupa rambut blonde serta curly membuatnya semakin mempesona.

Albar tak pernah menyangka, gadis yang biasa menutup wajahnya dengan niqab, hari ini menunjulkan wajahnya. Selama ini ia hanya melihat fotonya sekali pada saat perjodohan mereka, itu pun Albar tak memperhatikan, karena ia tak tertarik pada gadis yang memiliki masalah kejiwaan.

Merasa ada yang memperhatikan Raisa segera memasang hijab dan niqabnya lagi. Ia terkejut melihat Albar sudah ada didekat pintu ruang tengah terpesona menatapnya.

"Maaf. Mas Albar butuh apa? Nanti Hasya dan Azizah yang akan menyediakan. Raisa mau sarapan dulu. Kalo Mas Albar mau ikut, silahkan.." Raisa mencari piring tanpa memperhatikan Albar.

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang