Rio terbangun penuh dengan semangat. Ia melihat Raisa yang saat ini tertidur dipelukannya. Gadis cantik itu kini menjadi miliknya seutuhnya. Gadis yang mengisi hari-harinya saat kuliah dan menjadi salah satu sahabatnya. Dikecupnya kening Raisa hingga sang pemilik menggeliat.
"Sholat Mas." Raisa bangkit.
"Ayo check out saja. Kita mau sholat pakai apa? Semalam Deva sudah mengerjai kita dengan hanya menyisakan lingerie ini?" Rio memamerkan lingerie merah dari nakas. Raisa menutup mata karena malu.
Alhasil, pengantin baru itu pulang saat subuh masih mengenakan pakaian pengantin lengkap. Sebuah kekonyolan yang membuat para pegawai hotel cekikian.
"Kok pulang?" Juwita , adik Rio terkejut membuka pintu saat subuh.
"Kelakuan kalian." Rio menyentil kepala adiknya.
Harsono melihat Rio dan Raisa datang. Mendatangi mereka bertiga. Ia ikut menyentil kepala Juwita. Kelakuan Deva dan Juwita sudah diketahui ayah mereka semalam.
"Segera masuk dan sholat Nak!" Harsono menyuruh Raisa masuk.
Raisa dan Rio masuk ke sebuah kamar yang besar dengan dekorasi minimalis. Raisa takjub, kamar Rio begitu rapi dan bersih. Maklumlah ada pembantu dan yang pasti memang pemilik kamar itu suka kerapian.
Raisa menunggu Rio keluar dari kamar mandi. Sementara Raisa mencari baju pada koper yang dibawa pulang oleh kedua adik iparnya. Tak lama Rio keluar.
"Sholat dulu aja Mas. Aku agak lama." Raisa segera masuk kamar mandi saat melihat Rio yang hanya memakai handuk keluar kamar.
Usai sholat Rio mencoba menata lemari pakaiannya agar pakaian Raisa bisa masuk sebelum mereka membeli lemari baru. Tak berapa lama aroma sabun mandi memenuhi ruangan. Rio menoleh, melihat Raisa yang tidak memakai hijab. Rambut panjang warna blonde dengan gaya curly dan basah membuatnya terpana.
Rio seorang pria normal, tak mungkin ia tak berhasrat melihat pemandangan indah didepannya. Sementara Raisa segera menunaikan sholat subuh. Raisa melepas mukena dan segera melipatnya. Kemudian ia mulai membuka kopernya lagi dan mencari hair drayer untuk mengeringkan rambut.
Rio segera menghampiri istrinya. Ia ikut duduk disebelah Raisa yang sibuk membuka koper. Rio mengamati istrinya. Sial!! hasratnya kembali datang, ia hanya bisa menelan ludah mengingat janjinya di hotel.
Raisa terlihat santai melirik Rio yang terus menatapnya. Entah kenapa pernikahan kali ini membuat Raisa lebih yakin, tidak malu-malu dan lebih menyerahkan diri pada Rio.
"Lupa bawa obat spesial itu?" Rio menanyao Raisa.
Raisa segera tau tentang obat spesial yang Rio maksud. Raisa terkekeh melirik Rio yang bermuka aneh.
"Kenapa harus bawa? Aku kan nggak minum." Raisa terkekeh.
"Loh.. bukannya buat kebaikan kita?" Rio terkejut dan panik.
"Kenapa aku harus minum? Aku tidak pernah berhubungan dengannya. Tidak pernah berciuman sekalipun." Kata Raisa tak sanggup menahan tawa.
"Jadi kamu?" Rio terkejut.
"I am virgin." Jawab Raisa tegas.
Rio segera memeluk Raisa. Satu rahasia besar dari hidup Raisa kembali terbongkar. Rio terus menciumi istrinya.
"Kamu berhasrat Mas?" Goda Raisa.
"Mbak Raisa, dipanggil Papa." Terdengar ketukan pintu dan suara Deva mengirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
General FictionSemua akan terjawab, saat kau menanyakan dan mencobanya.~ Raisa