Raisa merasa lega, walau akibatnya Azizah pingsan. Hafiza dan Albar sibuk menyadarkan Azizah. Batin Albar berkecamuk sambil menatap Azizah. Ia juga tersentil mendengar pernyataan cinta dari Raisa barusan.
"Umi, kepala Raisa pusing. Raisa berhak bahagia kan umi?" Raisa memegang kepalanya sambil tersenyum.
Hafiza mendengar perkataan Raisa berusan segera melompat dan memeluk Raisa. Kalimat barusan menghantui Hafiza. Ia teringat kalimat pertama Raisa yang dulu menjadi tanda gejala depresinya.
"Anak umi yang cantik,,, Raisa berhak bahagia." Hafiza meembeli rambutnya.
"Tolong beri tau putra umi. Raisa ingin bercerai darinya." Pandangan Raisa kosong.
"Istighfar sayang. Umi dan suamimu ada disini." Hafiza terus membelainya.
"Kamu minta cerai terus Sa. Dan cintaku kamu kacangin begitu saja?" Albar menyahut dengan sedikit emosi.
"Jadi Mas Albar mencintai Raisa?" Raisa tersenyum sinis.
"Iya." Sahut Albar.
"Kok ngakunya nikah cuma sama Azizah dan Hasya." Celetuk Raisa.
Hasya masuk, setelah ia menguping pertengkaran Azizah dan Raisa di teras. Ia menatap wajah Raisa yang kosong, kemudian melihat Albar sibuk mengoleskan minyak kayu putih ke hidung Azizah. Sedikit pilu mendengar pernyataan cinta Albar barusan.
"Aku tau Sya, kamu cinta matinya Mas Albar. Aku juga mau Sya, jadi wanita sepertimu. Tapi apa daya, suamiku berpoligami. Dan tidak ada yang pernah bertanya apa aku mau?" Rasia mulai berdiri kemudian mengambil minum di dapur.
"Nih minum buat semuanya." Raisa menyuguhkan minuman. Sementara Hasya membantu Azizah duduk.
"Umi, ada pria yang mau menerima kondisi Raisa, mimpi Raisa dan mencintai Raisa seperti Mas Albar mencintai Hasya." Raisa menunjukkan foto Rio.
"Ini putra Pak Kamil? Rekan bisnis Abi?" Hafiza terkejut.
"Iya. Teman sekalas Raisa." Jawab Raisa enteng.
Muka Albar memerah. Ia geram dengan pernyataan Raisa barusan. Tangannya terkepal. Ia berdiri dan segera menarik Raisa masuk kekamar Lukman. Sementara Azizah dan Hasya terdiam.
Albar segera mengunci kamar itu. Perkataan Raisa sangat melukai harga dirinya. Ia merasa sangat disepelekan oleh gadis muda ini. Dengan kasar Albar mulai mendekap Raisa. Ia mendekatnya dan segera berusaha mencium bibir merah Raisa.
'Plak' Raisa menampar Albar.
"Maaf mas. Aku orang waras yang bisa kamu perlakukan tanpa perlu memikirkan perasaan. Aku normal mas." Rasia menghindari Albar dan meraih gagang pintu. Namun Albar mencekalnya.
"Aku, tidak mau mas, berbagi ranjang dengan wanita manapun. Dan asal Mas tau, Mas Lukman, Azizah dan Adam. mereka berdua positif terkena HIV." Raisa menghentakkan tangannya dari cekalan Albar. Sementara Albar melemas mendengarkan pernyataan Raisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
General FictionSemua akan terjawab, saat kau menanyakan dan mencobanya.~ Raisa