Raisa hanya bisa menangis. Perseteruannya dengan Azizah tidak pernah berhenti, sampai Azizah mendapatkan seluruh hal yang berhubungan dengan Lukman. Padahal Raisa hanya meminta kamar dan isinya saja, tidak sampai pada beberapa harta dan saham Lukman pada perusahaan ayahnya.
Raisa menatap foto Lukman. Rasa benci, kecewa dan sedih menyeruak didalam batinnya. Ia kemudian mengambil buku pernikahan mereka berdua yang tersimpan rapi dari dalam laci. Semua kenangan masalalu muncul.
Raisa sedang keluar dari pondok pesantren. Hari ini adalah hari bebas bagi santri, untuk bisa pergi ke pasar atau kemana pun membeli beberapa barang yang mereka butuhkan di pondok, atau kesempatan bertemu dengan sanak keluarga mereka.
Hari itu Raisa sedang menunggu temannya di halte depan pondok. Tepat didepannya seorang pemuda turun dari kendaraan roda empat, menggunakan celana panjang casual, berkaos menggendong ransel. Kacamata hitam dilepasnya kemudian ditaruhnya pada kerah bajunya.
Siapapun akan terpesona melihat seorang lelaki tampan melakukan adegan itu tepat didepan remaja berusia enam belas tahun. Raisa hanya bisa terbengong, memandang pemandangan yang luar biasa didepannya. Pria tampan, berkulit kuning langsat dan berbibir merah, tersenyum manis ke beberapa remaja yang sedang ada di halte itu.
Hari itulah, Raisa bertemu dengan Albar. Pria yang membuat hatinya berdebar pertama kali. Raisa kemudian menundukkan pandangannya sejenak. Bukankah memandang lawan jenis yang bukan mahram adalah dosa?
Sejak saat itu, Albar lah yang menjadi mimpi, menjadi imajinasinya dalam menuliskan puisi-puisi yang ia tulis dalam beberapa diary, yang belakangan ia sering posting dalam sosial medianya.
Setahun kemudian, ia begitu terkejut. Seseorang, bagian dari pondok pesantrennya datang kerumahnya untuk melamarnya. Raisa selalu berdoa agar dijodohkan dengan pria yang menjadi cinta pertamanya.
Dan hari perjodohan itu tiba. Raisa begitu girang. Pria yang sangat ia dambakan, datang mengajaknya ta'aruf. Dan Raisa tanpa ragu langsung menyetujui perjodohan itu.
Raisa hanya bisa meneteskan air matanya. Dengan segera ia menghapus air mata. Bayangan masa lalu hanya bisa menghantui hidupnya dalam kondisi mata terbuka. Bukan hanya pada mimpi tidurnya. Raisa segera beranjak setelah mendengar dering hp nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
General FictionSemua akan terjawab, saat kau menanyakan dan mencobanya.~ Raisa