Bagian Sembilas

1.6K 121 9
                                    

Sungguh tak sanggup aku berpindah dari hatimu.~ Ungu "Untukmu Selamanya"

"Lagu tahun berapa nih?" Raisa menatap kearah depan. Mereka berdua duduk di bangku depan.

Albar mengemudi dengan seksama. Sejenak ia menoleh Raisa mendengar mengajaknya berbicara. Ia mulai menyadari bahwa lagu ini begitu romantis.

"Entah, pas banget dengan perasaan kita." Albar melirik Raisa dari kaca kecil di atas dashboard mobil mereka.

"Perasaan Mas Albar kali, bukan perasaan Raisa." Raisa menoleh ke arah samping menyembunyikan rasa malunya.

"Kamu tak panda berbohong Sa. Bahasa tubuhmu itu mencintai aku." Albar tersenyum manis.

"Sok tahu." Jawab Raisa.

"Apa tidak ada sedikit rasa untuk aku Sa?" Albar mencuri pandang dengan Raisa.

"Andai Mas Albar tidak berhubungan dengan Azizah. Mungkin masih bisa aku toleransi." Jawab Raisa.

"Mas dan Hasya negatif loh Sa. Kamu juga sudah membaca hasil tes lab kami." Albar mulai gusar.

"Aku juga perlu masa depan cerah kan Mas. Aku juga bukan penganut paham poligami. Aku tidak membenci syariatnya, tapi aku tak sanggup jadi pelakunya Mas." Tolak Raisa tanpa basa basi.

"Apa tidak ada sedikit ampunan untukku Sa?" Albar menghembuskan nafas kasar.

"Ngeri sekali dengan kata ampunan Mas. Aku bukan Tuhan. Mas jika kamu mencintai aku, kamu pasti memikirkan masa depan aku. Bukan keinginanmu terus!" Raisa mulai berwajah masam.

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Raisa duduk disebuah kafe berdua dengan Albar. Albar menatap wajah gadis yang ada didepannya. Wajah cantik, hidung mancung, mata belo dan bulu mata yang lentik. Sedikit sesal membuat gadis yang ada didepannya itu bersedih.

"Kenapa aku harus mengalah?" Raisa menatap lekat Albar.

"Aku ingin mencoba memperbaiki semua ini Sa. Beri aku waktu." Albar menundukkan kepala.

"Mas. Aku memang mencintai kamu. Tapi rasa sakit itu sudah sangat dalam. Bertahun-tahun Mas. Aku menahan perih sendirian. Kamu menikahi Azizah. Dan Hasya? Hasya tetaplah orang yang paling kamu cintai. Lalu apa gunanya aku? Aku tidak mau Mas, menjadi obyek pelampiasan syahwatmu. Aku berhak punya masa depan. Dengan tetap bertahan denganmu, masa depanku suram." Raisa berkata lirih penuh penekanan.

"Kata siapa Sa? Kita tidak bisa mendahului takdir." Albar menatap mata Raisa yang mulai menggelap.

"Jelas gelap Mas. Aku hidup sebagi bayangan Hasya. Aku hanya akan menjadi pemain cadangan. Jika tidak sebagai seorang wanita, tolong pertimbangkan aku sebagai sesama manusia." Raisa membuang muka.

"Apa karena ada dia?" Albar berbicara penuh penekanan.

"Dia siapa?" Raisa menoleh.

"Teman kuliahmu." Albar tersenyum kecut.

"Kamu menuduhku? Andai aku mau dari dulu, sudah kupacari saja temanku. Lajang, masa depan jelas. Sama-sama kaya dan yang jelas tidak membina hubungan dengan orang lain." Darah Raisa naik ke ubun-ubun.

"Aku tau Sa, keluargaku jauh secara materi dari keluargamu." Albar menunduk.

"Sudah tau begitu, mau poligami." Raisa pergi meninggalkan Albar sendirian.

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang