Rio menatap foto Raisa. Hatinya sedikit bahagia mendengar gadis itu telah berpisah dari suaminya. Kini ia hanya perlu meyakinkan orang tuanya agar merestui perasaannya.
Rio Gunawan, merupakan salah satu anak pengusaha terkenal di jawata tengah, Harsono Gunawan. Rio adalah anak laki-laki satunya. Harsono terkejut mengteahui putranya mencintai menantu rekan bisnisnya.
"Papa tidak setuju kamu menikahi dia. Apa kata semua orang? Kamu menikahi janda dua kali sekaligus menantu rekan bisnis papa." Harsono murka saat Rio mengutarakan perasaannya.
"Dia dari keluarga baik-baik Pa. Mantan suaminya berpoligami. Ia menolak dan memilih untuk bercerai." Bela Rio.
"Perempuan sampai dipoligami, pasti ada kekurangannya. Apa dia tidak memiliki anak?" Harsono kekeh menolak.
"Tidak. Mereka dijodohkan. Aku mencintainya Pa. Tolong nikahkan aku. Apa papa tidak takut jika aku terjerumus pada hal yang salah?" Ancam Rio.
"Banyak gadis yang sepadan dengan kita. Belum menikah dan pasti tidak penuh masalah. Jika kamu menikahinya, apa kamu tidak cemburu pada masalalunya. Sidikit banyak pasti kamu akan dibandingkan dengan mantan suaminya." Jawab Harsono.
Rio tersentak. Ia tak terpikirkan sampai kesitu. Ia memilih diam. Keraguan muncul di dalam hatinya. Ia memejamkan mata.
"Rio mencintainya Pak. Segala resikonya akan Rio tanggung tanpa mengeluh kepada Bapak." Rio meyakinkan hatinya.
"Ya sudah. Terserah kamu. Tapi bapak tidak menerima segala keluhanmu itu." Kapan kamu akan kerumahnya?" Harsono mengelus dada.
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
Satu semester paska perceraian Raisa dengan Albar, Raisa dan Rio menikah. Keduanya kini duduk bersanding di pelaminan. Rio tampak tersenyum manis kepada semua tamu undangan. Namun tidak dengan Raisa. Ada rasa malu dan canggung. Terlebih lagi Albar dan Hasya juga datang. Sempat terlihat mata Albar berkaca-kaca.
Pernikahan mereka hanya mengundang seratus tamu undangan, sesuai peemintaan keluarga Raisa. Merka menggelar acara dengan sederhana. Penuh kebahagiaan diantara mereka, sementara batin Raisa berkecamuk.
Malam penamgantin telah tiba. Kamar hotel yang dipesan Telah dihias Rapi untuk mereka bersdua. Raisa canggung duduk di tepian tempat tidur. Teringat malam pertamanya dengan Lukman, Lukman memilih tidur dilantai, sementara malam pertamanya dengan Albar tidak pernah terjadi sebab Albar beralasan pengobatan mental Raisa.
Rio menatap Raisa dari kejauhan. Gadis itu sangat cantik dengan gaun merah jambunya. Rio mendekatinya dan memilih duduk di karpet dan bersandar di tempat tidur. Keduanya duduk menghadap ke arah tembok.
"Raisa,, mari kita bicara." Jantung Rio bergemuruh.
"Silahkan." Raisa gugup.
"Raisa, kemarin kita adalah teman. Sekarang kita adalah pasangan. Aku mengajakmu beribadah dan menuju kebahagiaan." Rio mulai menyentuh tangan Raisa yang dingin karena gugup.
"Aku momohon. Buanglah segala resahmu. Aku sudah mendengar semua masalalumu dan aku menerimanya. Sekarang mari kita memulai masa depan kita." Ucap Rio menggennggam erat tangan Raisa. Raisa meneteskan airmata. Ia segera bangkit dan menghapus airmata itu.
"Kok dingin Sa? Kamu sakit?" Rio menatap wajah istrinya.
"Takut" Raisa menunduk.
"Tenang Sa. Aku tidak akan memaksamu sampai kamu siap. Aku ingin kamu menerimaku seutuhnya dalam hatimu. Tanpa paksaan dan penuh keikhlasanmu." Ucap Rio.
"Mas." Ucap Raisa lirih malu.
Rio tersenyum, kata itu begitu lembut terdengar ditelinganya. Tidak seperti biasanya Raisa memanggilnya dengan namanya saja
"Coba ucapkan lagi!" Perintah Rio.
"Mas." Jawab Raisa malu-malu.
Rio segera mengecup kening Raisa. Raisa menunduk malu dengan perlakuan Rio barusan. Kemudian keduannya bersiap tidur satu kasur walaupun penuh canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia
General FictionSemua akan terjawab, saat kau menanyakan dan mencobanya.~ Raisa