Meminta Pertanggungjawaban

23 8 10
                                    

Tandai kalo ada typo, akan aku perbaiki nanti.
Thanks,

Alangkah baiknya follow terlebih dulu akun author sebelum baca, hehe
Wuwulana

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, AND SHARE

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT, AND SHARE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Seperti pagi hari pada umumnya di pelataran SMA Pertiwi, sebagian siswi akan berhambur menuju parkiran saat mendengar deruan motor yang bersaut padu sekedar melihat penampakan pangeran berkuda besi. Siapa lagi kalo bukan anggota inti Vecwaan?

Lima motor ninja varian warna terlihat memasuki gerbang sekolah dengan kecepatan sedang. Hanya sekali klakson, mampu membuat beberapa siswa yang berjalan saling berdempetan membuka jalan.

Suara familiar itu selaksa sirene, memperingatkan manusia bumi akan bahaya suatu bencana yang datang dari ketua Vecwaan bila tidak segera enyah dari pandangan.

Di waktu yang sama, Elmyra baru saja memarkirkan motor. Baru tiga langkah menjauh dari tempat nangkring motornya, tiba-tiba bunyi barang keras yang berbenturan memenuhi gendang telinga. Memberi eksitasi pada sistem syaraf yang menjalar ke otot dan kelenjar di seluruh tubuh, secara otomatis menoleh mencari sumber suara.

'Gubrak!'

Siswi lain yang semula berkerumun, kini berhambur menjauh seolah laron yang memilih keluar dari tempat nyamannya jika akan terjadi marabahaya di sana.

"Woy! Buta loe ya, motor segede gaban gini loe tumbuk. Loe--"

"Berisik!" potong Elfarehza dengan aksen penuh intimidasi.

Laki-laki berambut gondrong itu menuruni motor dan berjalan melewati gadis berhijab yang baru saja meneriakinya. Keempat temannya yang masih kaget, saling melempar pandang. Tanpa ada niatan mengikuti langkah kaki tersebut.

"Minta maaf gak!" tuntut Elmyra sambil mengepalkan tangan, rasanya darah mendesir merangkak naik ke wajahnya.

Langkah Elfarehza terhenti, berbalik. Mendekati gadis itu dengan  kelopak mata atas-bawah membuka lebar, dan garis bibir melengkung ke bawah.

"Gak!" tekannya, mencondongkan wajah menghapus sekat yang ada.

Salah satu sudut bibirnya yang lebam terangkat, saat mendapati kepalan tangan Elmyra berubah remasan pada celana hitamnya

Elmyra menelan saliva, mengerjapkan mata berkali-kali. Meski tubunya sudah bergetar, tapi egonya menghalau untuk tak gentar.

"Tanggungjawab!"

Elfarehza memincingkan mata. "Tanggungjawab apa? Gue gak pernah ngerasa nganuin loe, jadi gak mungkin loe hamil anak gue 'kan?"

Gadis berhijab itu menjatuhkan rahangnya lalu mengembuskan napas kasar. Dia mengepalkan tangan, kemudian mengangkat tangannya yang siap meluncur indah mengenai wajah tampan Elfarehza.

"Loe--"

"Apa? Loe mau nampar gue, nih." Laki-laki berambut gondrong itu menyuguhkan wajah tampannya sambil menunjuk pipi sebelah kanan.

Elmyra menahan napas tatkala Elfarehza mendekatkan wajahnya kembali, lebih sangat dekat.

"Lagian gue penasaran gimana rasanya dibelai tangan loe," imbuh Elfarehza setelah beberapa menit lalu tidak ada pergerakan dari lawannya.

Elmyra berdecak kesal, mundur satu langkah dan berlalu dengan menghentakkan kaki. Membiarkan motor kesayangan hasil jerih payahnya tergeletak tak berdaya.

Sudahlah! Dia memilih waras daripada stres melayani laki-laki semacam Elfarehza. Soal motor, bisa diurus nanti.

Tanpa disadari bibir Elfarehza melengkung membentuk senyuman setelah berhasil mengusili gadis berhijab itu.

"Ciyeelahhh, ada yang senyum-senyum buaya," celetuk Nevan sambil melempar kerikil tepat mengenai lengan Elfarehza.

Laki-laki berambut gondrong melirik sekilas ke arah Nevan. "Diem loe tai semut!"

"Ini motornya dia gimana?" tanya Marvin sambil mengangkat motor ninja kuning yang dibantu Edwin.

"Bawa ke bengkel," balas Elfarehza singkat.

"Icikiwir, kalo suka bilang bos," seloroh Nevan dengan senyum absurd yang menambah ketololannya.

"Loe beneran suka sama dia, El?" Kali ini Adrian yang bersuara.

"Loe suka sama dia?" Elfarehza melempar balik pertanyaan yang diajukan Adrian dengan intonasi kelewat datar.

Adrian melongo. "Lah kok?"

"Kemarin loe nyebut namanya," terang Edwin memberi maksud arah pembicaraan ketua geng mereka.

"Ouh soal itu ...." Adrian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Keempat temannya menatap dengan seksama, penasaran. Ya, mereka memang sangat penasaran karena sebelumnya Adrian selalu menyebut terang-terangan setiap gadis yang jadi incarannya. Sejauh ini, nama gadis itu belum pernah masuk ke dalam list pendengaran mereka.

"Dia itu sahabatnya mantan gue dulu, lagian kalen kok bisa gak kenal dia. Kayaknya loe pada jasadnya aja yang di sini, tapi jiwanya entah di planet mana," ungkap Adrian malas membahas sesuatu yang berkaitan dengan mantan.

Nevan menangkup kedua pipinya dengan mulut terbuka sempurna. "Gue ketinggalan berita fenomenalkah?"

"Berita yang loe tahu 'kan tai semua, gak ada estetiknya," cetus Adrian sambil menyentuh hidungnya.

"Emang dia siapa?" tanya Elfarehza dengan tone datar tak berekspresi.

Pertanyaan yang terlontar mewakili apa yang tercetak pada wajah tampan ketiga temannya.

"Dia itu murid yang dua tahun ini selalu berada di peringkat pertama pararel, masyak gak pada denger kehebohannya." Adrian bersedekap, menatap satu persatu temannya yang masih menunjukkan wajah cengo-nya, tak percaya.

"Telinga loe semua pada kesumpel kerikil neraka kayaknya," sambungnya.

Elfarehza dan ketiga teman lainnya menatap sinis ke arah Adrian, sedangkan yang ditatap hanya mesam-mesem sekenanya.

"Loe ngajak bertumbuk, Ad. Pegangin tangan gue. Pegangin!" Nevan menyodorkan tangannya masing-masing pada laki-laki bermata sipit dan laki-laki berkulit eksotis.

"Sok jago loe! Dasar keturunan dajjal," desis Edwin dan Marvin hampir bersamaan sambil mendorong pelan punggung laki-laki berkulit putih itu.

"Kalen tuh ya bener-bener tega sama akuh, selalu melakukan ka-de-er-te."

"Mulai," gerutu Edwin memutar bola matanya malas.

Nevan buru-buru mengunci mulutnya saat Elfarehza memberi tatapan setajam silet. Seketika mengheningkan cipta. Seperkian detik setelahnya, laki-laki berkulit putih mulai buka suara dengan topik berbeda.

"By the why, cewek tadi unik juga ya. Wajahnya padahal kalem, manis, imut-imut gemesin gitu, tapi naiknya motor ninja pinter pula."

Adrian menyentil kening Nevan yang sepertinya sedang menghayal tentang gadis itu.

"Gak usah ngimpi, dia itu bukan penganut aliran pacar-pacaran."

"Menarik," gumam Elfarehza sambil mengusap dagu beberapa kali dengan senyum smirk yang menghias wajahnya.

.

.

.

Bersambung ...

Klik gmbar bintang di bawah ini ya, guys 👇

Thanks,
a.n. author
yang manis

SW ❤️






VERSCHILLEND [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang