Bukan Kelemahan

28 5 5
                                    

Budayakan vote sebelum baca~
Follow juga akun author Wuwulana

Btw kalian nemu cerita ini dari mana?
Facebook,
Instragram,
Story WA author?
Atau rekomendasi dari temen?

Komen tiap paragrafnya, biar gemesin pas discroll 🤭

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Terlihat seorang gadis duduk sendirian sambil mengetuk-ngetuk gelas berisikan jus jambu untuk menghalau rasa bosan, matanya terfokus pada buku tebal di atas meja sambil sesekali membenarkan kacamata berframe tebal yang merosot dari pangkal hidung. Dia melirik sekilas layar ponsel sekedar mengecek sudah berapa lama dirinya berdiam di tempat itu.

Kini matanya tertuju pada dinding kaca di depan sana, menyuguhkan tempat parkir yang tidak terlalu ramai juga tidak sangat sepi. Gadis itu menghela napas panjang, buru-buru menundukkan kepala setelah beberapa detik lalu menangkap sosok laki-laki yang ditunggu memasuki kafe.

"Udah lama?" tanya Marvin sambil memposisikan diri duduk di samping gadis  berkacamata tebal.

Gadis itu menggeleng dengan kepala masih tertunduk. Dia membuka buku tebal yang tadi sudah sempat dibaca, lalu menggesernya tepat di hadapan Marvin.

Laki-laki berkulit eksotis itu menyipitkan mata, mengamati gerak-gerik gadis di sampingnya yang sedikit aneh. Ralat, sangat aneh.

"Santai aja, gak usah buru-buru. Lagian gue baru aja duduk, sudah disuguhi rumus aja," ujar Marvin disertai kekehan ringan di ujung kalimatnya.

"Loe gak mau pesan apa lagi gitu?" imbuhnya dengan tatapan yang tak lepas dari gadis berkacamata.

Lagi-lagi gadis itu hanya menggeleng tanpa bersuara dan masih setia menundukkan kepala, kemudian meraih gelas  dengan tangan sedikit gemetar. Belum sempat meminumnya, gelas itu lolos dari genggaman tangan. Untung saja Marvin bergerak cepat menangkap gelas itu hingga lengan jaketnya yang kini harus menjadi korban--ketumpahan jus jambu.

"E-eh! Ma-maaf," gagap gadis berkacamata seraya mengambil tisu dengan terburu dan membantu membersihkan bagian lengan jaket Marvin yang kotor.

"No problem."

Di tengah aktivitas membersihkan tersebut, tak sengaja kedua mata mereka bertemu. Sekian detik saling bertukar pandang, keduanya sama-sama terdiam tanpa mengalihkan pandangan seolah waktu berhenti.

Marvin tergugah dari diamnya tatkala melihat darah mengalir dari lubang hidung gadis berkacamata.

"Mei, loe sakit?" Marvin hendak membersihkan darah tersebut. Namun, belum sempat tangannya mendarat sempurna, sudah ditepis dulu oleh gadis berkacamata.

VERSCHILLEND [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang