Tutor Belajar

23 8 9
                                    

Buat yang kemarin udah sempat baca part ini, mon maap author keliru update isinya 🙈

Jadi, kalo berkesempatan dibaca ulang ya hehe

Kalau ada typo tandai, akan kuperbaiki nanti.
Thanks,

Beri comment tiap paragrafnya, biar pas di-scroll keliatan gemesin~

Beri comment tiap paragrafnya, biar pas di-scroll keliatan gemesin~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Kelima laki-laki yang selalu mengenakan jaket kebanggaannya meski di lingkungan sekolah--bahkan tidak melepasnya meski sedang mengikuti proses belajar mengajar- dalam kelas--berjalan santai dengan praduga masing-masing yang memenuhi isi kepala mereka.

"Gue ngerasa gak ngelakuin kesalahan, kok diundang ke ruang BK. Jedag-jedug nih jantung gue," cicit Nevan seraya meraih tangan Adrian yang berjalan di sampingnya dan meletakan tangan laki-laki itu ke dada kirinya.

Adrian melebarkan mata, menarik tangannya dari genggaman Nevan. "Anjrit! Kelakuan loe lama-lama kayak gay, sumpah jijik gue. Kalo loe beneran belok, keluar gih dari Vecwaan."

"Mulut setan! Biasanya juga loe yang paling gapapa gue gituin. Kalian berempat emng jahat banget sama gue," ucap Nevan sambil mencebikkan bibir.

"Gak usah drama loe anak tuyul! Kayak perawan lagi ngambek aja," geram Elfarehza memperlihatkan wajah datar dengan rahang yang sudah menegang.

Nevan menelan saliva paksa. Wajah ketuanya itu seolah menyiratkan sebuah arti 'mau mati loe'. Laki-laki berkulit putih itu menarik Marvin agar berganti posisi.

"Emangnya ada tuyul yang beranak? Dan sejak kapan loe perhatian sama anak perawan? Utututu babang El, aselole."

Meskipun rasa takut melingkupinya, Nevan tetap berusaha biasa dengan segala kerecehannya di belakang Marvin. Ya, laki-laki berkulit putih itu menjadikan Marvin sebagai tamengnya.

Elfarehza berdecak, malas untuk menanggapi kelakuan Nevan yang akan membuatnya sinting seperti Edwin. Dia memilih terus berjalan dengan tatapan lurus ke depan.

"Gue juga sedikit bingung," gumam Edwin sambil melirik dua orang yang berjalan sejajar dengannya--Marvin dan Adrian

"Kita juga hari ini, aman-aman aja." Marvin mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk.

"Gak melanggar peraturan sekolah yang sering kita lakuin juga," imbuh Adrian cengengesan mengingat dirinya dan keempat temannya yang selalu bolos di jam siang, memilih ngetem di rooftop.

"Tapi kita selalu pakai jaket ini dalam kelas, termasuk pelanggaran," timpal Nevan yang hampir tak terlihat karena berjalan di belakang tubuh menjulang Marvin.

VERSCHILLEND [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang