Aku menutup telingaku yang tak tahan mendengar amukan dari teman kelasku bernama Bakugou Katsuki. Ia tampaknya kesal padaku lantaran aku berhasil menang 1vs1 melawan Ojiro Mashirao tanpa menggunakan Quirk kemarin.
Lagi pula kenapa dia marah-marah padaku? Padahal aku tidak berduel dengannya bahkan aku tak pernah mengusik dirinya.
Tak lama ketua kelas kami, Iida Tenya mengatakan padaku kalau aku di panggil oleh Aizawa sensei ke ruang guru.
Aku pun berjalan meninggalkan ruang kelas dan menuju ruang guru. Disana semua guru berkumpul dan memperhatikanku dengan serius.
"Apa kamu sudah mengetahui tentang Quirk milikmu?" Tanya Aizawa Sensei padaku.
"Aku masih tidak tahu, aku takut untuk mencobanya. Aku juga takut jika pembunuhan yang kulakukan dulu terulang lagi" jawabku dengan kepala yang terus menunduk ke bawah.
"Dari hasil pengamatan kami dan para pemerintah yang dulu mengisolasimu. Kamu memang bisa meniru Quirk orang yang bersentuhan denganmu. Tapi kami juga tidak memahami dengan cara kerjanya, kalau memang hanya meniru kenapa sampai bisa merenggut nyawa" ucap seorang guru bernama Cementoss sensei.
Aku tak berani mengangkat kepalaku karena teringat akan jeritan kesakitan mereka dulu lalu aku pun menjawab "Saat aku masih berumur 4 tahun, aku bahkan tidak ingat siapa diriku, kenapa aku berada di sini, yang hanya aku ingat kalau aku sedang bersembunyi dari seseorang tapi aku tidak tahu siapa dia, aku tak ingat"
"Ada 2 kemungkinan yang bisa kami simpulkan sementara, kamu di cuci otak atau mengalami trauma berat sampai membuatmu lupa ingatan. Hanya saja, kami menyarankan untuk tidak takut dengan Quirk-mu. Belajarlah untuk mengendalikannya" ucap Aizawa sensei.
Waktu berlalu, sudah waktunya pulang sekolah. Aku membereskan barang-barangku dan berjalan keluar kelas. Aku berjalan pelan agar tidak berbarengan dengan teman kelasku.
"Yura...."
Suara itu sangat jelas sampai membuatku tersentak kaget dan menoleh ke arah sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari Todoroki yang sedang berjalan di belakangku.
"Yura.... Apa namamu hanya Yura?" Tanyanya.
"Um iya...."
Mataku tertuju pada luka bakar yang ada di sebelah kiri Todoroki, saat masih kecil dulu aku tak ingat kalau Todoroki punya luka bakar. Quirk miliknya itu setengah dingin dan setengah panas. Apa mungkin itu karena latihan keras?
"Yura.... Ku antar pulang"
"Tidak perlu, aku bisa-"
"Kuantar" Todoroki langsung menggenggam tanganku.
Aku kembali teringat perkataan Cementoss, kutarik tanganku kemudian menyembunyikannya di dalam saku. Todoroki terlihat kaget sekaligus murung karena tindakanku.
Maafkan aku, aku hanya takut terjadi hal buruk padamu hanya karena menyentuhku.
Maka sebagai gantinya aku mengiyakan tawarannya untuk mengantarku pulang dengan syarat dia hanya boleh berjalan di belakangku.
Dalam perjalanan menuju rumahku, kami hanya diam dan tak ada yang bisa kami obrolkan. Rasanya canggung, memang lebih baiknya aku pulang sendirian.
"Yura...."
"Iya! Ada apa?!" Aku kaget, jantungku hampir copot karena Todoroki tiba-tiba akan memulai percakapan.
"Tidak apa-apa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Todoroki Shoto MY HERO
FanfictionTodoroki Shoto, dia yang sudah menyelamatkanku dari kegelapan. Dia juga yang pertama kali mengulurkan tangannya untukku. Memberiku harapan dan alasan untuk tetap hidup. Todoroki Shoto adalah Pahlawanku, MY HERO. Karakter Boku No Hero Academia ©Kohei...