SEASON 2 | 03

76 8 0
                                    

"Apa? Yura memutuskan untuk turun ke medan tempur?! Apakah itu perbuatan mereka?"

Ucap seorang pahlawan super legendaris, All Might sembari menyetir mobil hitamnya. Ia sedang bertelepon dengan Hawks sebagai penyampai berita.

Desas-desus mengenai Yura juga semakin marak setelah beberapa orang melihat Yura tengah membunuh para penjahat tanpa ampun.

Seakan-akan Yura sudah tiada harganya lagi, ia sudah dijadikan bidak catur sekaligus domba hitam oleh para pemerintah tak bertanggung jawab itu.

Mata All Might kini tertuju pada Midoriya yang nampak duduk diatas gedung. Ia segera menghentikan laju mobilnya lalu memanggil murid tersayangnya itu.

Midoriya segera menghampiri All Might dan menerima bekal yang ia berikan. Penampilan Midoriya pun sudah tampak lusuh bahkan cahaya dimatanya seakan sudah redup.

All Might sekilas teringat soal Yura, ia mulai membayangkan bagaimana penampilan Yura sekarang. Mungkin saja, keadaannya seburuk Midoriya sekarang.

Helaan nafas All Might membuat Midoriya menyadari sesuatu yang aneh pada guru sekaligus pahlawab favoritnya itu.

"Apa ada yang salah, All Might?" Tanyanya dengan penuh keingin tahuan.

"Aku baru saja mendengar kalau Yura turun ke medan pertarungan sendirian guna membunuh para penjahat yang kabur dan semua itu perintah langsung dari para pemerintah sialan itu" jawab All Might sembari memijat keningnya sendiri.

Midoriya tanpa pikir panjang langsung kembali memasang topengnya "akan ku bawa Yura untuk kembali ke Yuuei sekarang!" Ucap Midoriya dengan nada tegas penuh amarah.

Sebelum Midoriya hendak pergi, All Might sempat meraih tangan muridnya itu. Raut wajah All Might seakan mengatakan pada Midoriya untuk menjaga diri baik-baik. Mengetahui kekhawatiran itu, Midoriya menepuk pelan tangan kurus yang memegang tangannya dengan penuh kehangatan.

.
.
.
.
.
.
.
.

[Disebuah distrik kota yang sudah luluh lantah]

*Kruuuuuuyuuukk~~*

Suara perutku membuatku harus sedikit beristirahat sejenak. Entah kapan terakhir kali aku melahap sebutir nasi.

Aku merebahkan tubuhku di atas reruntuhan dengan di selimuti tetesan hujan kala itu. Langit gelap nan mendung menutupi hari yang seharusnya cerah.

Sejenak aku pejamkan mata tuk menahan rasa lapar ini. Baru sebentar aku beristirahat. Suara telepon dari mereka membuat telingaku berdenging.

Rasa-rasanya aku sudah muak mendengar keluhan mereka yang memintaku untuk pergi kemana pun yang mereka mau. Hampir setiap menit itu terjadi, rasanya telingaku sudah hampir pecah.

Secepatnya aku mengangkat telepon itu, mulai terdengar di telingaku suara keributan yang tak kunjung mereda.

"Hei! Apa yang terjadi?! Kau dengar aku?!" Tanyaku yang sudah langsung bangkit dari rebahan singkatku.

"APA YANG SEDANG KAU KERJAKAN HA?! KAMI MEMINTAMU UNTUK MEMBASMI MEREKA DAN MELINDUNGI KITA SEMUA! TAPI LIHATLAH SEKARANG ADA SEORANG PENJAHAT YANG MENCOBA MENYERANG MARKAS RAHASIA KITA! CEPAT BASMI DASAR TOLOL!!!"

*Patzzzz* telepon berhenti seketika. Aku menghela nafas kesal. Rasa-rasanya aku ingin sekali mengamuk pada mereka. Tapi apa dayaku, aku hanya bidak catur mereka. Bahkan aku tak punya pilihan lain selain menuruti mereka.

Dengan tenaga yang tersisa, aku mulai melesat cepat menuju markas rahasia itu guna melindungi para orang-orang itu.

Butuh waktu agak lama untuk sampai ke tempat karena harus memutar arah. Keadaan di markas itu tengah kesusahan, mencoba bertahan dengan peralatan dan tenaga seadanya.

Todoroki Shoto MY HEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang