Berita pengsiun All Might dan pertarungan melawan All For One tersebar begitu cepat, bahkan tak dapat di pungkuri bahwa para pembawa berita itu bisa mendapatkan info akurat tentang diriku yang di tangkap All For One.
Untuk beberapa hari, aku perlu di isolasi guna memastikan bahwa Quirk ku tidak mengganas seperti dulu mengingat bahwa ingatanku telah kembali.
Di hari dimana Todoroki dan kepala sekolah memohon pada pemerintah, aku merasa sangat tertolong. Pemerintah itu menyetujui bahwa aku akan di bebaskan dan tak akan di bunuh. Tapi bila ada bukti jika Yuuei tidak mampu mengajariku mengendalikan Quirk atau sampai aku membunuh warga sipil lagi maka hukuman mati tetap harus di lakukan.
Maka dari itu sebelum aku bisa kembali ke Yuuei mereka mengecek keadaan mental juga Quirk ku tiap jam, sangat-sangat ketat.
Hari ini aku di antar keruang kunjungan, aku masuk ke dalam ruangan yang terdapat kaca besar dan lubang-lubang kecil supaya aku bisa berbincang dengan orang yang ingin menjengukku.
Melihat rambut warna merah dan putih itu membuat hatiku begitu senang, aku duduk berhadapan dengannya yang di batasi sebuah kaca.
"Aku senang melihatmu, Todoroki" ucapku sambil melambai.
Todoroki tersenyum dan membalas lambaianku. Ia menanyakan bagaimana keadaanku sekarang, tentu saja aku jauh lebih baik daripada dulu.
Terlebih mengetahui bahwa ada yang menjengukku, dulu aku selalu merasa sendirian. Tak memiliki siapapun yang datang menanyakan keadaanku.
Setelah itu Todoroki bercerita tentang para guru yang datang ke kediaman para murid guna meminta izin tentang pengadaan asrama khusus murid Yuuei.
Hal itu guna melindungi para murid dari berbagai bahaya terlebih asrama itu di awasi langsung oleh pahlawan pro.
Aku tentu saja paham bagaimana turunnya kepercayaan para masyarat tentang Yuuei saat ini setelah kejadian All for One. Terlebih mengetahui bahwa mereka menerima seorang pembunuh sepertiku.
"Todoroki, maaf jika memastikan hal ini. Dengan pensiunnya All Might maka Endeavor menjadi No. 1"
"Hm...." Jawab Todoroki.
Suara pertanda batas waktu menjenguk sudah berbunyi, Todoroki dan aku berdiri dari kursi kami. Sebelum berpisah Todoroki meletakkan telapak tangannya pada dinding kaca, aku pun melakukan hal yang sama. Aku ingin segera bisa di genggam lagi oleh tangan Todoroki lagi meski saat ini hanya bisa seperti ini.
Todoroki lalu melambai padaku dan pergi dari pandanganku. Pengeras suara dari ruangku berbunyi, aku menyadari kalau itu suara dari dokter lab yang selalu memeriksa keadaanku.
"Pacarmu ya? Pantas saja perkembanganmu sangat bagus secara mental dari pada dulu" ucapnya.
"Bukan pacarku, ngomong-ngomong aku penasaran dengan namamu pak dokter. Selama ini aku cuek sekali sampai tidak bertanya tentang nama"
"Lihat, bahkan kamu sudah berubah. Panggil saja Dokter Froz. Kalau begitu aku juga akan memanggilmu dengan nama Yura" jawabnya.
Aku menghela nafas sembari tersenyum. Aku memang merasa jauh lebih baik, aku bersyukur karena sekarang ada banyak orang yang menyayangiku tanpa aku sadar sedari dulu.
Aku yang selalu menutup diri, takut bersosialisai, merasa kalau aku seharusnya mati. Aku yang dulu perlahan hilang dari diriku, terkadang aku sering teringat akan senyum ibuku yang selalu memberiku semangat, begitu hangat dan menenangkan. Kini senyuman ibu yang tak akan pernah ku lihat lagi terganti oleh senyum Todoroki yang sudah menyelamatkanku dari kegelapan.
*
*
*
*Sudah lama aku di isolasi, dokter Froz tidak melihat gejala-gejala Quirk ku yang mengganas. Mereka pun akhirnya memperbolehkanku untuk langsung berangkat ke Yuuei.
Dengan tas koper yang sudah di siapkan oleh mereka, aku berjalan keluar dari tempat itu. Cahaya silau menerangiku, aku melihat mobil hitam yang tak pernah aku lihat. Dari mobil itu turun Aizawa sensei dan All Might dengan penampilan kurusnya.
Mereka ingin mengantarku ke asrama, aku memasukkan koperku ke dalam bagasi dan duduk di bangku belakang bersama All Might.
"All Might, terima kasih karena dulu anda memberi saya kesempatan untuk masuk ke Yuuei." Ucapku sambil menundukkan kepalaku
"Tidak, itu karena dirimu sendiri yang mau merubah hidupku sendiri." Jawab All Might dengan di barengi senyumnya.
Sampainya di asrama Yuuei, para wartawan sudah menunggu kedatangan kami. Dengan dilindungi All Might dan Pak Aizawa, kami menghadapi pertanyaan para wartawan.
"Apakah dengan menerima mantan kaki tangan All For One juga menjamin keamanan para murid yang lain?" Tanya seorang wartawan yang sontak membuatku tertegun. Pertanyaan itu membuatku terpercik emosi sesaat, ketika aku hendak menjawab mereka dengan penuh amarah. Pak Aizawa mencegahku untuk bicara.
"Atas nama semua pahlawan pro yang mengajar di Yuuei, kami sangat menjamin bahwa Yura tidak akan jadi ancaman sama sekali. Sekali lagi saya ingatkan bahwa anak ini bernama Yura. Terima kasih"
All Might dan Pak Aizawa langsung membawaku masuk lalu gerbang Yuuei pun tertutup rapat.
Di sebuah gedung baru nan besar disitulah aku akan tinggal sekarang, di asrama Yuuei yang di bangun sangat cepat.
Di pintu masuk yang amat tinggi ku buka pintu itu perlahan.
*Ctaaaaar*
"SELAMAT DATANG YURA!" Sambut semua teman-teman kelas A yang memberiku kejutan sederhana.
Uraraka juga langsung memelukku sambil menangis, di ikuti oleh yang lain menyambut kedatanganku. Dari kelas A, akulah yang terakhir datang ke asrama.
Maka dari itu mereka menunjukkan kamar asrama yang di persiapkan untukku.
Aku begitu kaget ketika melihat penampakan kamarku, begitu mirip seperti tempat tinggalku.
"Kau tau, tatanan kamarmu ini atas intruksi Todoroki loh~ detail sekali! Apa kalian pernah tidur bersama?" Ucap Kaminari.
*Duagghh* Jiro memukul kepala Kaminari.
Todoroki berjalan mendekatiku lalu tersenyum. Tangannya menggapai kepalaku dan membelaiku lembut. "Selamat datang, Yura" ucapnya lembut padaku.
Aku hanya tersipu malu dan mengangguk. Ashido yang girang langsung mengajak semuanya berpesta barbeque nanti malam. Kami pun bersemangat untuk mengadakannya bersama.
Ketika semua sudah kembali ke tempat masing-masing tersisa Todoroki yang masih terus memandangiku.
Aku yang merasa malu lantas masuk ke kamarku "Baiklah, aku akan beres-beres dulu" ucapku sambil perlahan menutup pintu. Namun tangan Todoroki menghalangi pintuku, ia mendekatkan wajahnya padaku.
"Aku merindukanmu" ucapnya di susul dengan ciuman lembut di keningku. Tanpa aku sadar tanganku seakan bergerak sendiri membelai pipi Todoroki itu. Kecupan itu begitu nikmat terasa hingga membuatku mabuk.
Setelah puas Todoroki melepas ciumannya, ia melambai padaku dan kembali ke kamarnya. Begitu juga aku yang langsung menutup pintu dan menjatuhkan tubuhku pada kasur empuk itu.
======================
Todoroki berjalan menuju ruang televisi untuk berkumpul dengan yang lain, dari balik tembok Bakugou keluar dan menghadang jalan Todoroki saat itu.
"Apa kau yakin bisa melindunginya?" Tanya Bakugou sinis.
"Tentu...." Jawab Todoroki ketus.
"Ckh, harusnya aku yang lebih baik menjaganya dari pada dirimu sialan!" Bakugou lantas berjalan meninggalkan Todoroki yang sudah sedikit kesal pada ucapan Bakugou.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Todoroki Shoto MY HERO
FanfictionTodoroki Shoto, dia yang sudah menyelamatkanku dari kegelapan. Dia juga yang pertama kali mengulurkan tangannya untukku. Memberiku harapan dan alasan untuk tetap hidup. Todoroki Shoto adalah Pahlawanku, MY HERO. Karakter Boku No Hero Academia ©Kohei...