Aku ingat malam itu, makan malam tersaji di meja, uap panas menguar dari cangkir kami berdua, alunan musik dari piringan hitam, dan keheningan yang panjang.
Rasanya keadaan terlalu sempurna untuk membicarakan akhir dari sebuah hubungan. Sempat bertanya-tanya apa maksud dirinya membuat pesta perpisahan yang seakan "meriah".
"Aku pun bingung, kenapa sampai akhir aku masih memikirkan perpisahan yang setidaknya nanti tidak terlalu menyedihkan ketika kita kenang." ujar dirinya tersenyum hampa sambil mengambil alih piringku untuk diisi makanan.
"Kamu suka ini 'kan?" tanyanya menggeser mangkuk acar dan secangkir teh ke arahku.
"Lalu yang ini masih kesukaanmu." kataku mengambil piring berisi kentang goreng yang berada di ujung meja.
Ternyata hubungan ini punya makna lebih besar dari dugaanku, dan begitupun baginya.
Aku rasa kami takkan pernah baik-baik saja setelah pembicaraan itu dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rehat
Cerita PendekSetengah perjalanan yang kau tempuh. Belum cukup. Belum sampai. Masih ada setengahnya lagi, untuk kau raih. Kita ada untuk tetap bertahan meski semuanya rumit. Kita ada tanpa pernah tahu jalan yang dituju amat penat. Kita tahu, kalau sebuah perasaa...