Ia terjaga, memikirkan hal yang sama tiap malam. Berulang-ulang.
Malam terlalu sepi untuk seorang pemimpi. Malam terlalu menakutkan untuk yang kelaparan. Dan, malam terlalu mencekam untuk pendendam.
Satu-dua–lima—tujuh——sembilan belas.
Ia memandang langit-langit kamar, menguraikan semua kenangan yang ia punya, menutup wajahnya jika itu memalukan, tertawa kecil, kesal pada diri sendiri.
Kedua pipinya basah, tersadar oleh sesuatu, ia tak bisa kembali lalu memutar kenangan itu berkali-kali, ia takkan bisa kesana.
Sekalipun.
Hanya tiga hal yang ia bisa lakukan yaitu, menulis, memotret, lalu ia simpan rapi dalam memorinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rehat
Short StorySetengah perjalanan yang kau tempuh. Belum cukup. Belum sampai. Masih ada setengahnya lagi, untuk kau raih. Kita ada untuk tetap bertahan meski semuanya rumit. Kita ada tanpa pernah tahu jalan yang dituju amat penat. Kita tahu, kalau sebuah perasaa...