Ara menghela nafas melihat kelakuan anaknya. Wanita itu masih menatap remaja yang kini sudah berjejer di ruangan kepolisian. Jeffry medongak, menatap mama nya sebentar lalu menunduk lagi. Jujur, dia sekarang bodoamat sama situasi apapun. Yang di pikiran nya cuma adiknya, jevan.
Mereka tidak masuk jeruji besi itu, hanya di beri beberapa nasehat dan pelajaran. Ara yang di panggil mewakilkan remaja-remaja itu untuk datang ke kantor kepolisian. Tidak, Reina juga datang- bunda addy.
Wanita itu tak beda jauh dengan Ara. Menatap tajam semua remaja yang sedang senggol-senggolan tidak tahu tempat."Silahkan ibu membawa putra-putra nya pulang. Dan mohon segera di tindak lanjuti saat di rumah masing- masing" ucapan pak polisi membuat Reina dan Ara berdiri dari duduknya. Tidak lupa mengucap maaf dan terimakasih sebelum kedua wanita paruh baya itu menggiring remaja nakal itu untuk keluar.
Saat sampai pakiran kantor polisi, mereka mengambil motornya masing-masing yang sempat di angkut oleh pihak kepolisian.
"Langsung pulang dan jangan lupa di obati luka nya" ucap Reina, bunda dari addy.
"Tante... Maaf tapi kami mau lihat jevan dulu" ucap Haikal mewakili semuanya.
Reina menghela nafas nya lelah "ini sudah malam. Apa tidak ada waktu lain? Dan panggil saya bunda seperti jevan dan Jeffry"
Mereka kompak menggeleng " tan- bunda besok kan libur sekolah. Sekalian aja kita jagain jevan disana"
Reina rasa percuma jika ia melarang remaja- remaja ini. Dengan pasrah ia akhirnya mengangguk.
Addy memegang lengan bunda nya ketika wanita itu ingin menaiki mobil nya "bunda pulang aja ya? Biar kita sendiri kesana nya"
"Ngga. Ayo sama bunda aja. Bunda ngikutin dari belakang"
Addy menggeleng "bunda pasti capek. Di rumah aja ya bund??"
"Oke. Tapi kalian langsung ke rumah sakit! Jangan mampir kemana-mana!"
Mereka langsung senyum sumringah " siap bund!!"
Reina tersenyum tipis. Ia menyodorkan tangan kanan nya. Mereka menatap bingung bunda Reina.
"Salim! Ga sopan banget langsung berangkat gitu aja" ucap bunda Reina.
Mereka langsung buru- buru mendekat dan Salim kepada bunda Reina. Wanita itu sempat mengusak rambut mereka satu-satu.
"Addy, adek kamu ada disana. Jangan lupa suruh pulang. Dia belum makan dari pulang sekolah tadi" addy mengangguk patuh.
Setelahnya mobil bunda Reina meninggalkan area kantor polisi.
"Ayo langsung aja, udah pada tau kan rumah sakit nya" mereka ngangguk.
Haikal mengedarkan pandangannya, seperti ada yang kurang " loh, bang Jeffry mana yakk?"
Rendi yang di sebelah lelaki itu, menggeplak kepala Haikal keras " Lo gak liat dia ke rumah sakit dulu sama mama Ara tadi??"
Haikal menggeleng polos. Mereka udah bodoamat, dan ninggalin Haikal yang masih diem di atas motor nya.
"Ck, woi! Sialan gua di tinggal"
***
Mama Ara dan Jeffry berlarian di koridor rumah sakit. Keduanya berhenti di ruangan bernomor 179, di luar hanya ada Shania yang setia menunggu.
Juan dan papa Ryan ada di dalam. Jevan sudah selesai di tangani dari 15 menit yang lalu. Keduanya langsung ingin menjenguk jevan, sementara Shania menunggu. Entahlah ia tidak siap melihat kondisi jevan saat ini.
Jeffry menghampiri Shania yang terlihat memandang pintu ruangan itu kosong. Lelaki itu segera menepuk bahu Shania lembut.
"Sha-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex- || Anak SMK
Teen Fictionini tentang shania yang gagal move on sama mantannya. Tetapi, ada pada saat hari itu Shania mengubah alur yang tak semestinya. Entah, akhirnya bagaimana, masih menjadi tanda tanya bagi Shania sendiri. | melokal | tw/ harsh word