bg. 10

118 15 4
                                    

Happy reading, komen nya mana hayoo??

"Lo kok bisa sakit gini sih, kak sha?"

Shania hanya tersenyum tipis. Akhirnya pemuda itu datang kerumahnya setelah sekian lama. Shania berfikir apa ia harus sakit dulu agar jevan mau datang kerumahnya?

Berkali-kali Shania mengajak jevan hanya sekedar jalan tapi pemuda itu selalu sibuk dan tidak ada waktu baginya. Shania tau kalau jevan cuma sebatas temen aja.

"Pasti mikirin tugas nih. Makanya jadi lupa makan sama kecapean kayak gini. Iya kan?" Ucap jevan memastikan.

"Ngga. Sok tau banget"

"Terus? Gara-gara apa lo sakit?"

"Gue kangen sama Lo " gamblang Shania. Gadis itu berucap jujur, sejujurnya.

Jevan tertawa garing " bercanda ya? Ini bukan kak Shania yang gue kenal nih"

"Lo juga bukan jevan yang gue kenal" balas  Shania yang mana membuat jevan terdiam membisu.

"Nyadar ga Lo ngehindarin gue? Panggilan lo ke gue juga udah jelasin semuanya. Jevan yang gue kenal ngga mungkin manggil gue embel-embel 'kak' didepan nya." Ucap Shania lagi.

Jevan meneguk ludahnya pelan, semua ucapan Shania benar adanya. Tapi jevan tahu harus menyangkalnya.

"Ga kok, Biasa aja. Dan untuk panggilan 'kak' itu kan Lo lebih tua dari gue. Setelah dipikir-pikir gue dulu juga ga sopan banget manggil Lo nama doang" sangkal jevan. Ia tidak boleh ketahuan jika ia memang benar menghindari Shania.

"Jujur aja deh jev. Gue capek" balas nya dengan helaan nafas lelah.

"Suer deh kak. Gue ngga sama sekali ngehindarin Lo, cuma sekarang gue lagi memperbaiki diri aja" jevan berusaha memberi pengertian.

"Memperbaiki diri?"

Jevan mengangguk " iya. Mama pingin gue jadi anak baik, ga kayak dulu lagi yang selalu buat masalah sana sini. Tugas yang gue tinggalin juga udah mulai gue cicil sedikit demi sedikit dibantu sama anak Draze. Makanya gue akhir-akhir sibuk." Ia meringis sedih didalam hatinya karena sudah menggunakan mama nya untuk ia berbohong.

Shania tampak percaya, Bahkan kini gadis itu sudah tersenyum manis kepada jevan. Tangan nya terulur hanya untuk sekedar mengelus tangan jevan.

"Gue percaya. Jangan terlalu ditekan diri Lo. Gue dukung apapun itu kalau menurut Lo baik. Semangat ya" ucap nya. Jevan ikut mengulas senyum saat Shania juga tersenyum tulus.

"Heuum, makasih kak"

Kalau tidak ada teman-teman nya Shania disini, jevan sudah memeluk tubuh lemas itu. Ia juga sangat rindu pada gadis itu. Maka, yang ia lakukan hanya bisa mengelus Surai Shania lembut.

Brakk

Dobrakan pintu membuat gerakan tangan jevan berhenti. Ia menoleh, dan mendapati kakak nya berdiri disana dengan raut kepanikannya.

Ia mundur beberapa langkah saat kakaknya mengambil tempat yang ia gunakan sebelumnya. Jevan hanya diam sembari menatap keduanya.

"Kapan sih Lo berhenti ga ngebuat khawatir gue? Gue takut Lo kenapa-napa" ucap Jeffry, sembari menggenggam tangan Shania dan mengecup nya sekilas.

Jevan memejamkan matanya lama, ia tidak sanggup melihat keduanya. Apalagi Shania tidak keberatan sekalipun saat Jeffry melakukan hal seperti itu kepadanya.

Ia memutuskan keluar dari kamar Shania sebelum sebelah tangan nya ditahan oleh joya selaku teman Shania yang juga berada didalam ruangan itu.

Seakan mengerti jevan memberikan anggukan kepalanya " gapapa kak, gue cuma mau keluar" ucapnya. Joya dengan helaan nafasnya akhirnya melepaskan cekalan tangan itu, membiarkan jevan keluar.

Ex- || Anak SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang