bg.19

57 11 23
                                    

⚠️ 4300 kata.
Cw// blood, harsh word .

Tanpa terasa, umurnya sudah menambah.

Mulai hari ini umur  dia sudah berubah menjadi angka 17 tahun.

Orang-orang melabelinya sweet seventeen.

Disaat-saat seperti ini biasanya semua orang mengucapkan harapannya kelak di masa depan bukan ? Maka yang dilakukan jevan sebaliknya.

Lelaki itu hanya diam dengan menyandarkan tubuhnya pada headboard kasur.

Ia tidak berani berdoa terlalu jauh. Bahkan, hanya sekedar meminta umur panjang. Jevan tahu semesta tak akan merestuinya jika ia meminta umur panjang apalagi meminta untuk diberikan kesehatan.

Semuanya mustahil.

Lelaki itu melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi. Dia bangkit dari duduknya dan menuju ke kamar mandi.

Didalam sana Jevan melihat dirinya sendiri di cermin yang terletak di kamar mandi. Ia membalikkan tubuhnya ke kanan-kiri, dan yang paling terlihat adalah bekas jarum kemoterapi yang dijalaninya.

Jevan memandangi tubuhnya sendiri dalam pantulan cermin. Ia menghela nafas singkat saat tubuhnya tak se-atletis  dulu, yang sekarang ia lihat adalah hanya tubuh yang ringkih.

Tak ingin terlalu berlarut, jevan memutuskan untuk mandi lalu menjemput Shania. Ia punya janji dengan gadis itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Lohh udah rapi kamu ? Mau kemana ?" Tanya sang papa saat melihat anak keduanya turun dari tangga dengan keadaan rapi dan bersih.

"Pergi sama kak Shania, pa."

"Sini sarapan dulu." Titah beliau.

Jevan melirik arlojinya, masih ada waktu untuk sarapan. Ia mengangguk dan duduk dengan tenang di kursi.

"Emang mau kemana kamu sama Shania? Berdua aja atau sama yang lain?"

Jevan mendongak, menatap papanya " gatau. Aku cuma disuruh jemput aja sama dia." Jawabnya.

Kepala keluarga itu mengangguk, "obatmu dibawa."

"Iya."

Suara tapakan sepatu terdengar lagi dari arah tangga. Kini si sulung yang turun dan langsung menghampiri meja makan.

"Ini juga udah rapi. Mau kemana ?"

Jeffry menelan roti yang baru saja dikunyahnya " ada urusan sama anak frapsatu, pa."

Jevan mengernyit menatap sang kakak, "urusan apa ? Kok gue gatau?"

Jeffry menunduk, ia merutuki mulutnya yang hampir keceplosan. "Bukan frapsatu sih sebenernya. Sama ilichil aja."

"Oalahh. Emang ada apa sama geng lu bang?"

"Kepo aja lu."

"Yeee" jevan mendengus karena tidak mendapat jawaban yang tepat dari jeffry.

"Eh, udah! Udah! Kalian ribut aja terus. Masih pagi ini!" Ujar mamah Ara dengan kesal. Ia meletakkan sebuah kotak kue sedang dihadapan jevan.

"Selamat ulang tahun anak mamahh!!!" Seru mamah Ara gembira.

Jevan menatap kue itu datar. Entahlah, melihat angka 17th di kuenya membuat moodnya sedikit turun.

"Eh ayo jev! Itu lilinnya ditiup dulu. Jangan lupa berdoa!" Ucap papa jevan.

Jevan mengangguk singkat, ia tak akan berdoa.

Fyuhh

Lilin itu mati setelah ditiup olehnya.

Ex- || Anak SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang