bg.16

69 11 8
                                    

Diperjalanan menuju ke sekolah, jevan hanya diam sembari menatap keluar jendela. Sang kakak hanya bisa terheran melihat jevan diam seperti itu. Tidak biasanya.

"Oii." Panggil Jeffry.

Jevan menoleh, mengangkat alisnya.

"Lu ada masalah ? Diem ae daritadi."

"Ga bang. Ga ada tenaga aja gue." Balas Jevan santai.

Jeffry langsung memegang dahi jevan dan memeriksa seluruh tubuh adiknya.

Sedangkan jevan hanya memutar bola matanya malas, "ck, gausah berlebihan."

"Ya kan gue khawatir. Trauma lu tiba-tiba pingsan dan berakhir dirawat seminggu."

Helaan nafas keluar, "gue pengen kayak dulu bang. Bebas, bisa berantem sana sini tanpa mikir tubuh gue. Sekarang ? Ga ngapa-ngapain udah lemes duluan. Gue benci tubuh gue yang lemah gini." Ungkap jevan.

Jeffry menoleh, menatap mata adiknya. Jelas ia ikut merasakan sedih. Bahkan ia pernah berfikir, kenapa penyakit itu hanya di jevan saja? Harusnya ia juga terkena.

"Lupain yang gue bilang." Ucap jevan. Ia membuka pintu mobil saat sudah sampai di sekolahnya. Diikuti oleh Jeffry dibelakangnya.

"Pelan-pelan, jangan buru-buru jev." Peringat Jeffry.

"Ish i—

"WOI JEV!!"

Jevan memaksakan senyumnya saat anak draze teriak yang membuat warga sekolah ikut menatap dirinya.

Sehari tidak bikin malu, memang tidak bisa.

"Lu duluan aja bang. Gue ada babu noh." Dagu jevan menunjuk anak draze yang berjalan menghampirinya.

"Oke, hati-hati." Jevan mengangguk.  Ia menatap kepergian kakaknya, lalu beralih pada anak draze yang sekarang sedang cengengesan.

"Udah bawa kameranya belum?" Tanya jevan.

Jendra mengangkat tas kecil yang berisi kamera itu, membuat jevan mengulas senyum tipisnya.

"Lu yakin bikin kayak gini?" Tanya renan.

"Iya."

"Huh, oke. Lu emang batu."

"Wkwk, udah kalian mulai sana. Kecuali, Haikal. Kan babu gue." Ucap jevan sembari tersenyum lebar ke arah Haikal yang sudah muak.

"Bangsat." Umpat Haikal.

Jevan tertawa lebar, ini pertama kalinya mereka melihat jevan tertawa seperti ini. Haikal tersenyum, ia lega jevan sedikit sedikit kembali yang seperti dulu lagi. Anak yang ceria dan kalian pasti tau lanjutannya.

Begitu sampai dikelas mereka, jevan mengambil langkah dulu ingin membuka pintu itu. Belum sampai tangannya memegang knop pintu, pintu itu terbuka menampilkan Hariss yang berlari sembari menoleh ke belakang.

Duk.

Tak sempat menghindar, jevan memejamkan matanya rasa pusing hebat yang kini ia rasakan.

"Jev, jev sorry. Waduhh maafin gue. Lu gapapa?" Tanya Hariss panik.

Haikal dan anak draze lainnya melotot melihat hidung jevan mimisan.

Dengan cepat Haikal melepaskan seragam putihnya, menyumbat darah itu agar tak terus mengalir.

Hariss menggeret kursi yang terletak didepan kelas mereka, menyuruh jevan duduk disana.

"Jangan nunduk! Lihat ke atas." Tutur Hariss.

"Panggil ambulance ya?" Tanya Jendra, lelaki itu mengotak Atik hape miliknya berniat menghubungi pihak rumah sakit.

Ex- || Anak SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang