06

570 76 11
                                    

Happy reading ❤️

•••••

Tiba-tiba pandanganku menggelap. Setelah sekujur tubuh ini hampa rasanya, beberapa detik kemudian semua tampak gelap di pandanganku.

Tapi aku masih bisa berusaha untuk sadar, meski penglihatan ku hanya tampak segaris saja.

Tubuhku sedikit berguncang, karena rupanya aku tengah berada di dalam dekapan seseorang yang terus berlari bersamaan dengan tetesan air hujan mulai menyentuh kulit.

Deru nafas pria itu begitu jelas terdengar. Sekilas aku bisa melihat wajahnya di atas sana, raut wajahnya penuh dengan ketakutan, kekhawatiran, dan rasa bersalah secara bersamaan.

Aku tak tahu apa yang membuatnya sekhawatir itu hingga ia tetap berlari dengan cepat membelah derasnya hujan.

"Maaf, karena sudah memintamu kembali kemari,"

Sepatah kata kudengar, sedikit samar karena suara hujan yang juga ikut mendominasi

Hingga sambungan kalimat lainnya kudengar lagi

"Karena saya, kamu menjadi semakin tidak baik-baik saja,"

"Maafkan saya Clara,"

Oh Tuhan, apa lagi rencanamu,

Bagaimana bisa hari ini aku mendengar namaku diucapkan lewat bibir seorang pria yang tak pernah tahu siapa sebenarnya aku

Jika benar ia mengenalku, aku bersyukur

Karena aku takut,

Takut untuk berpijak sendiri di sini tanpa siapapun kukenali. Di dunia asing yang tak pernah kubayangkan sebelumnya

Tetesan air mata jatuh membaur bersama rintik hujan tepat sebelum penglihatan ku kembali menggelap

~~~

Apa aku sudah kembali?

"Rukmini...?? Kamu dengar saya??"

Perlahan Clara membuka matanya, samar-samar ia bisa memandang seseorang yang juga tengah memandanginya dengan wajah khawatir. Pria itu tersenyum lega, setelah akhirnya wanita yang sudah semalaman tak sadarkan diri akhirnya bangun juga.

Rasanya berat jika hanya untuk berucap, maka Clara memilih untuk mengangguk.

Sekilas ia memandang langit-langit ruangan, sedikit kecewa karena ternyata ia masih berada di sini, di tempat yang asing ini.

Namun rasa kekecewaan nya itu seketika pudar, setelah memandang kembali senyuman pria yang duduk di samping tempat tidurnya.

"Terimakasih sudah sadar, terimakasih!" Pria berparas Kaukasian itu tersenyum lebar dan mencium punggung tangannya, gadis itu juga bisa merasakan tangannya sedikit dibasahi oleh setetes air mata.

Clara tak tahu mengapa sebegitu senangnya pria ini terhadap kesadarannya, namun ia hanya diam. Karena tubuhnya yang hampir remuk ini lebih menyakitkan dari pada memikirkan hal yang akan membuatnya pusing sendiri.

Ia perlahan bangun, dibantu oleh Pierre yang cekatan meletakkan bantal ke kepala dipan agar gadis itu bisa bersandar dengan nyaman.

"Ini, minumlah teh ini dulu," Pierre menyodorkan secangkir teh dan menuntun gadis itu untuk meminumnya perlahan.

MIRACLES | PIERRE TENDEAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang