Happy reading ❤️
•••••
Beberapa bulan kemudian, 30 September 2022
"Tidak jadi ikut makan steak yang baru buka itu? Saya dan Ana akan kesana,"
Wanita yang kini rambutnya sudah mulai memanjang itu menggeleng dan tersenyum akan menjawab pertanyaan dari seberang sana.
"Tidak usah, aku ada acara hari ini. Lagipula jika aku ikut hanya akan jadi nyamuk di sana. Nikmati harimu dengan Ana,"
"Baiklah. Nikmati harimu juga, Clara. Semoga keberuntungan datang padamu hari ini!"
Setelah kalimat terakhir dari Azkha, sambungan terputus.
Clara menghela nafas dan tersenyum sekali lagi.
Aku harap begitu,
Gadis itu beranjak dari tepi kasurnya, sudah siap mengenakan pakaian rapih dengan warna hitam mendominasi.
Ia bercermin sekali lagi. Seperti ada yang kurang?
Ah, ternyata ia lupa mengenakan syal. Hari ini Jakarta ditemani dengan langit temaram, angin yang sedikit lebih kencang dari biasanya, jadi untuk melindungi tubuhnya yang rentan akan flu ia memutuskan untuk mengenakan pakaian hangat.
Seharusnya ada syal putih di lemarinya, tapi kemana? Gadis itu terus mencari, untung saja ditemukannya. Jika hilang, maka mungkin Clara akan sedih. Barang kesayangannya ini tak boleh hilang.
Setelah siap dengan semuanya, ia keluar dari kamarnya akan meminta izin
"Tidak lama, kok. Sebelum petang aku akan pulang," Izin Clara meyakinkan.
Sang Mama mengangguk dengan sedikit wejangannya. "Iya, hati-hati. Jangan pulang terlambat ya, kamu ini wanita sayang," Kalimat itu dibalas anggukan kepala. Clara segera bergegas karena ojek online yang dipesannya sudah tiba.
Semenjak kecelakaan itu, Clara tak mau mengendarai mobil. Trauma dalam dirinya masih berbekas. Lagipula naik motor juga tak masalah, bisa menikmati sore mendung ini dengan damai dan melihat pemandangan Jakarta dengan lebih leluasa.
Ada rasa gelisah setibanya di tempat tujuan. Gadis anggun yang memeluk sebuah bucket bunga lumayan besar itu terus berjalan menuju sebuah tempat persemayaman terakhir seseorang.
Seseorang, yang bahkan tak pernah ditemuinya di dunia nyata.
Apa kabar?
Clara masih membungkam mulutnya. Ia hanya berbicara di dalam hati sambil menahan sesak.
Tak lama ia tersenyum manis.
Bunga yang ia bawa dibaringkan di samping nisan yang terbubuhkan nama "PIERRE TENDEAN".
"Bolehkah...aku merindukanmu?"
Setetes air mata turun dan jatuh, senyumannya berubah menjadi kepedihan.
Keheningan pecah kala suara tangisnya benar-benar keluar sekarang. Air matanya menetes deras satu persatu, diikuti yang lainnya--- terjatuh bergantian seiring semua kalimat yang ingin dilontarkannya namun kelu untuk disampaikan.
Clara sudah tak dapat mengendalikan diri lagi, ia menangis sejadi-jadinya di tempat sunyi itu. rintihan nya semakin kencang dan tubuhnya bergetar hebat.
Tak ada yang menenangkan, ataupun memeluk tubuhnya yang hancur.
Ia hanya bertemankan sendu dan sesak di sini.
Hampir 30 menit gadis itu masih bersimpuh di sisi nisan, berusaha menenangkan hatinya. Sepertinya langit pun sedang merasa sendu, tak ada setitik cahaya matahari yang terik. Masih gelap, angin yang tak menyegarkan terus berlalu. Pepohonan besar di sekeililing tempat pemakaman terus bergoyang karena angin yang lumayan kecang tak henti menerpa.
Setelah menenangkan hati Clara merasa dirinya menjadi lebih baik. Ia sudah ikhlas, ia tak akan lagi mengharapkan sebuah keajaiban lagi untuk bertemu dengannya dan memperbaiki segala penyesalan.
Penyesalan, karena tak lagi bisa menatapnya dan menatap mata teduhnya untuk mengungkapkan segala perasaan yang tersimpan di relung hatinya yang terdalam. Yang bahkan belum sempat ia utarakan.
Gadis itu berusaha bangkit dan tegar. Seiring kakinya berbalik melangkah, saat itu juga ia melepaskan semua rasa sesak yang sudah berlalu. Tinggalkan, lupakan. Mungkin Tuhan akan merencanakan keajaiban takdir yang lain.
"Clara,"
Langkahnya terhenti. Seorang pria sudah berdiri di depannya. Seorang pria yang sempat ia rindukan tanpa alasan, karena sejujurnya setitik perasaan aneh menjalar perlahan ke seluruh tubuhnya kala memikirkan gelang yang dikenakannya.
Clara terpaku melihat siapa yang berhadapan dengannya kini.
Sepasang netra yang dirindukan dan berharap agar terus menatap. Tanpa jarak, tanpa keraguan.
Segaris senyum tercipta pada wajah berahang tegas itu. Gelang yang selalu ia kenakan masih ada, masih setia melingkar di tangannya.
"Ternyata saya salah,"
"Rupanya semesta masih mengizinkan saya untuk bertemu denganmu,"
Mungkin Tuhan memang sudah menciptakan takdirku yang lain,
Namun siapa sangka, jika takdir yang tercipta untukku masih sama,
Masih dengan tokoh yang sama,
•••••
- THE END -
•••••
Alhamdulillah, Ramadhan berkah! Karena tulisan ini selesai juga.
Terimakasih temen-temen atas apresiasinya, yang sudah membaca cerita ini dan mengikuti sampai akhir. Terimakasih saya ucapkan sebanyak-banyaknya untuk kalian❤️
Oh ya, karena bertepatan dengan bulan Ramadhan juga. Saya minta maaf ya kalau banyak salah sama temen-temen, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga Ramadhan kali ini puasanya lancar dan berkah ya! Jangan lupa bahagia, ya🥰
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi temen-temen yang melaksanakan🙏🏻❤️
Lov ya so so much!!❤️
Sampai jumpa di karya selanjutnya ❤️
•
•Love,
Dimplechocolat
End : 12th April 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLES | PIERRE TENDEAN ✔️
Fanfiction[END] Pertemuan singkat di alam mimpi, dengan kebahagiaan yang mustahil jika dikatakan hanyalah sebuah mimpi belaka. "Bukan pertemuan kita yang ajaib. Tapi dirimulah keajaibannya," ------------------------- biggest rank : #1 for pierretendean Discla...