09

415 61 5
                                    

Happy reading ❤️

•••••

Langit sore yang sangat indah, namun tak seindah pemandangan di seberang sana.

Aku tadinya hanya berniat untuk menikmati suasana senja di balkon, dengan segelas teh di tangan. Namun niatku seketika hancur setelah tak sengaja pandanganku menangkap hal yang benar-benar tak hendak kulihat.

Gigiku menggeretak, bahkan aku menaruh cangkir teh ke meja dengan keras hingga isinya bergoyang dan sedikit tumpah.

"Kurang ajar...kenapa harus hari ini!?"

Aku masih senantiasa memandang ke seberang, dimana kedua pria wanita tengah bersenda gurau bahkan berpelukan di depan mataku.

Rukmini...

Wanita yang paling kubenci karena memiliki pria yang seharusnya milikku.

Langit jingga bak berubah mendung, aku bangkit dan membatalkan niatku untuk bersantai. Aku kembali masuk ke dalam dengan pintu jati berukir yang kubanting lumayan keras.

Aku bersandar di balik pintu itu dengan segala amarah bak bom yang mungkin akan meledak kapan saja.

Nafasku menggebu, wajahku memerah padam.

"Seharusnya aku..bukan wanita itu..,"

~~~

Pagi-pagi sekali di hari Minggu, Clara sudah disibukkan dengan mencatat daftar belanjaan.

Ibu Chamim menyuruhnya untuk belanja ke pasar hari ini karena banyak persediaan yang habis.

Clara mencatat setiap hal yang diucapkan Ibu Chamim dengan saksama dan teliti.

"Sepertinya sudah semua," Ucap Bu Chamim memeriksa catatan Clara.

"Tulisanmu bagus nduk, padahal sebelumnya seperti ceker ayam," Wanita itu memperhatikan tulisan yang terbubuh di secarik kertas.

Clara hanya tersenyum.

Jelas saja berbeda, orangnya saja lain.

"Yasudah, berangkat sekarang saja. Kalau terlalu siang nanti pasarnya ramai," Ujar sang Ibu yang segera diangguki oleh Clara.

Setelah berpamitan gadis itu bergegas pergi.

"Naik bus...terus berhenti di halte ini..," Clara berjalan menuju halte sambil fokus dengan secarik kertas penunjuk jalannya. Sengaja ia catat karena takut akan tersasar nanti. Pikirnya.

Bruk!

"Eh, saya minta maaf!"

Akibat pandangannya yang hanya terpaku pada kertas di tangannya, Clara tak sengaja menabrak seseorang.

"Wah Rukmini! Kamu mau ke pasar juga?"

Syukurlah, ternyata orang yang ia tabrak adalah orang yang ia kenal. Anita, Gadis bule yang sempat bertemu dengannya tempo lalu.

"I-iya, saya mau ke pasar," Clara tersenyum kikuk.

Tiba-tiba tangannya ditarik oleh Anita. "Yasudah ayo, nanti kita ketinggalan bus nya,"

Kebetulan setelah mereka sampai ke halte, bus yang diharapkan langsung datang. Mereka segera menaiki bus itu.

Syukurlah tidak banyak penumpang, jadi mereka masih bisa leluasa untuk duduk.

"Sepertinya belanjaan mu akan banyak Min," Anita mengintip daftar belanjaan yang sedari tadi digenggam Clara.

Clara tersenyum kaku. "Iya, Nit. Kebetulan kebutuhan dapur habis semua," jelasnya.

MIRACLES | PIERRE TENDEAN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang