Happy reading ❤️
•••••
Remang-remang cahaya memasuki mata, Clara terbangun dengan sekujur tubuhnya terasa remuk. Perban melingkari kepalanya, membalut luka bentur yang telah menggores dahinya.
Gadis itu menatap sekitar, aroma khas dan cahaya lampu begitu terang. Entah sejak kapan ia bisa terbaring di bangsal rumah sakit, seingatnya ia baru saja berkunjung ke Puncak bersama Azkha.
"Clara? Sayang? Sudah bangun?" Wanita paruh baya yang dikenalnya itu memanggil. Clara mengangguk dan mendapati mamanya tengah menitihkan air mata.
"Syukurlah! Mama sangat khawatir kamu kenapa-napa...," Ucap sang Mama penuh syukur.
"Clara gak papa Ma, sudah jangan nangis," Clara berusaha tersenyum, berharap sang Mama bisa kembali tenang.
Gadis itu melirik ke kanan dan ke kiri, seperti mencari seseorang yang tak ada di ruangan.
"A-azkha...mana, Ma?' Tanya nya masih mengedarkan pandangan.
"Oh itu...Azkha sedang di luar menanyakan terkait biaya administrasi. Anak itu... sekalipun kepalanya diperban masih saja memikirkan pembayaran, persis seperti kakaknya...keras kepala," Rosa tersenyum mengingat-ingat bagaimana sifat Sakha dan Azkha yang begitu identik.
"Tapi dia baik-baik aja, kan?"
Pertanyaannya belum sempat dijawab, sudah ada seseorang yang baru dibicarakan masuk ke dalam ruangan.
"Clara sudah sadar? Syukurlah," Pria itu tersenyum lebar, seperti tak merasakan ngilu pada kepala yang terlingkar perban itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kita di sini?" Tanya Clara yang terus memegang kepalanya yang terasa ngilu.
"Kita... mengalami kecelakaan ketika akan pulang dari Puncak," Wajah pria itu berubah seketika, mengingat kejadian tragis yang hampir merenggut nyawa mereka di tengah hujan deras kala itu.
"Tapi untungnya, ada malaikat tak bersayap yang menemukan kita dan segera membantu menghubungi polisi,"
"M-malaikat?"
"Iya...seorang pria yang sangat baik. Pria itu sampai-sampai membawamu ke rumah sakit secara pribadi. Dan bahkan sudah membayar semua biaya administrasi. Entah, aku heran ternyata masih ada orang sebaik itu," Azkha tersenyum penuh syukur.
"Kalau tidak salah, namanya...Farrel Adrian,"
Clara mengingat-ingat siapa pria yang dimaksud Akzha. Memorinya seketika berputar mundur kala kejadian itu berlangsung.
Pria berkemeja hitam...
Mata tajam...
Gelang...
Bandul!
Apakah pria yang mengenakan gelang waktu itu?
~~~
Setelah semua kepedihan dan kemalangan yang dialami, Clara memilih untuk mencari hal lain yang membuatnya melupakan segala kehilangan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLES | PIERRE TENDEAN ✔️
Fanfiction[END] Pertemuan singkat di alam mimpi, dengan kebahagiaan yang mustahil jika dikatakan hanyalah sebuah mimpi belaka. "Bukan pertemuan kita yang ajaib. Tapi dirimulah keajaibannya," ------------------------- biggest rank : #1 for pierretendean Discla...